Pentingnya Meluruskan dan Merapatkan Shaf dalam Sholat
Kaum
Muslimin Rahimakumullah
Pada
kesempatan khutbah jumat ini, khatib mengajak kaum muslimin jamaah sholat jumat
yang berbahagia, khususnya diri khatib pribadi untuk selalu berupaya
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt dan mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selalu berusaha untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan
penuh ketundukan dan keikhlasan, menjauhi segala yang dilarang-Nya dengan penuh
ketaatan. Karena tak ada yang yang mampu menyelamatkan manusia saat tibanya
hari perhitungan kecuali wujud ketaatan yang telah ia lakukan, sebaik-baik
persiapan menghadapi hari itu adalah taqwa,
firman Allah:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
Artinya:
“Dan berbekallah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang menggunakan akalnya.”
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Di
antara syari‘at yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya yang amat penting,
namun tidak banyak diketahui, disadari dan dilaksanakan oleh umatnya adalah
pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah. Barangsiapa
yang melaksanakan syari‘at agama, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan
dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba‘ nya atau
pengikutannya dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman di
dalam Al-Quran:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya:
“Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS: Ali Imran: 31).
Rasulullah
SAW bersabda :
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
“Shalatlah
kalian sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (HR. Bukhori)
Adapun
hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf dalam sholat
berjamaah teramat banyak, hampir semua imam-imam hadist meriwayatkan
hadist-hadist tersebut, antara lain hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالُوا وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ يُتِمُّونَ الصَّفَّ الْأَوَّلَ ثُمَّ يَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ
Dari
Jabir bin Samurah ra, Rosulullah keluar kepada kami lalu ia berkata: “Tidakkah
kalian berbaris sebagaimana berbarisnya
para malaikat di sisi Tuhan mereka?” Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah,
bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Tuhan mereka?” Beliau menjawab, “Mereka
menyempurnakan shaf yang pertama kemudian shaf yang berikutnya, dan mereka
merapatkan barisan.” (HR Muslim, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Dalam
riwayat yang lain juga disebutkan :
عن أنس بن مالك : عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال "رصوا صفوفكم وقاربوا بينها وحاذوا بالأعناق فوالذي نفسي بيده إني لأرى الشيطان يدخل من خلل الصف كأنه الحذف" . قال الشيخ الألباني : صحيح
Dari
Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian, dekatkan
jarak antaranya, dan sejajarkan bahu-bahu kalian! Demi jiwaku yang ada di
tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah shaf seperti
anak kambing.” (HR: Abu Dawud, Ahmad dan lainnya, dishohihkan oleh Imam
Al-Albani)
Dalam kitab
Maqomusy Syaithan disebutkan bahwa hadits ini menjelaskan bahwa setan masuk
dari celah-celah shaf yang tidak rapat, kemudian menghalangi antara seseorang
dengan saudaranya dan menjauhkan antara keduanya, yang demikian itu akan
membawa pada perselisihan di dalam hati-hati mereka.
Dalam
hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Nu‘man bin Basyir
disebutkan:
عن النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُسَوِّى صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّى بِهَا الْقِدَاحَ حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ فَقَالَ « عِبَادَ اللَّهِ لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ ».
Dari
Nu'man bin Basyir berkata, “Dahulu Rasullullah saw meluruskan shaf kami
sehingga seakan meluruskan anak panah, sehingga beliau menganggap kami telah
paham terhadap apa yang beliau perintahkan kepada kami sampai rapi, kemudian
suatu hari beliau keluar (untuk shalat) lalu beliau berdiri, hingga ketika
beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka
beliau bersabda; “Wahai para hamba Allah, sungguh ratakanlah shaf kalian atau
Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian.” (HR: Muslim)
Dalam
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin malik, ia mengatakan:
عن أَنَس قَالَ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِوَجْهِهِ فَقَالَ : أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا ، فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى
Dari
Anas bin Malik ra, ia mengatakan: "Telah dikumandangkan iqomat untuk
sholat, lalu Rosulullah menghadap kepada kami lalu bersabda: “Luruskan dan
rapatkan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari balik
punggungku.” (HR. Bukhari dan Muslim dan lafaz ini dari Imam Muslim).
Dan
dalam riwayat lafaz Imam Bukhari disebutkan pula;
عنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
Dari
Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: "Luruskan shaf kalian! Dan salah
satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki
temannya.”
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Hadist
ini menegaskan bahwa menempelkan bahu dengan bahu, kaki dengan kaki dalam shaf
adalah sunnah yang telah dikerjakan oleh para sahabat di belakang Nabi SAW. Dan
inilah maksud dari menegakkan shaf dan meluruskannya.
Perintah
wajibnya meluruskan dan merapatkan barisan dalam shaf sholat adalah pendapat
yang benar dan kuat, sehingga wajib pula bagi imam-imam shalat serta para
makmum agar memperhatikan shaf, apabila didapatkan padanya kebengkokan atau ada
yang sedikit maju atau mundur, maka para imam tersebut harus memperingatkan
ma'mum agar meluruskan shaf mereka.
Rosulullah
SAW pun kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf sahabat untuk meluruskannya
dengan tangannya yang mulia dari shaf yang pertama sampai terakhir. Ketika
manusia semakin banyak di masa khilafah Umar bin Khaththab, Umar pun
memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah dikumandangkan
iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan mengatakan,
"Shaf telah lurus" maka Khalifah Umar pun bertakbir untuk memulai
shalat berjamaah.
Demikian
juga hal ini dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika menjadi khalifah, beliau
menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf kaum muslimin, maka apabila
orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus", beliaupun bertakbir
untuk memulai shalat.
Semuanya
ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf.
Akan
tetapi, sungguh amat disayangkan, sekarang kita banyak mendapati para makmum
belum memahami akan pentingnya lurus dan rapatnya shaf di dalam sholat
berjamaah, bahkan ada yang sampai tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf,
enggan mengisi shaf yang kosong di depannya. Sering kita saksikan yang satu
agak maju ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli akan
lurusnya shaf dalam sholat tersebut, tetapi mereka lebih mengikuti ukuran
sejadahnya masing, bukan merapatkan bahu dan kaki mereka masing-masing
sebagaimana yang dilakukan para sabhabat rodhiyaaLLAHU 'anhum.
Kaum
Muslimin Rahimakumullah
Seorang
ulama ahli hadist Syaikh Al-Albani mengomentari hadits Anas dan Nu‘man yang
telah disebutkan di atas dalam kitab Akhto'ul Mushollin seprti kata beliau:
“Dalam dua hadits ini mengandung beberapa faedah yang penting;
Pertama,
wajibnya menegakkan shaf dan meluruskannya serta merapatkannya, karena
diperintahkan yang demikian itu. Disini dikuatkan akan kewajibannya, yaitu
sabda Nabi SAW, “atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian.”
Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan di dalam suatu urusan yang
tidak diwajibkan.
Kedua,
bahwasanya meluruskan shaf, sebagaimana yang tersebut dalam hadits itu adalah
dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki, karena inilah yang
dilakukan oleh para sahabat ketika diperintahkan untuk menegakkan shaf.” (Dalam
kitab Akhtha‘ al-mushallin (Kesalahan orang-orang yang sholat) halaman:
208-209).
Dalam
shalat berjamaah, kerapatan shaf merupakan salah satu syarat diterimanya
shalat. Umat muslim adalah umat yang satu dan harus tunduk dengan setiap
perintah imam. Tak ada lagi perbedaan pejabat dan rakyat biasa, orang kaya dan
miskin. Semua menjadi sama di hadapan Allah. Shaf yang rapat juga mencerminkan
eratnya hubungan orang muslim, sehingga tidak mudah dipecah belah. Jadi
siapapun yang shalat di sebelah kita, kita harus merapatkan shaf dengannya.
Shaf yang tidak rapat berarti menyediakan tempat untuk setan yang akan selalu
mengganggu kita. Bahkan shaf yang rapi, akan membantu sholat menjadi khusyu'.
Kalau saat kita menghadap Allah saja masih tidak dapat bersatu dan bersama
dengan yang lain, bagaimana umat islam dapat hidup rukun dalam kehidupan
sehari-hari?”
Kaum
Muslimin yang dimuliakan Allah
Berdasarkan
dalil hadist-hadits tersebut di atas, menunjukkan betapa pentingnya meluruskan
dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah, karena hal tersebut termasuk
kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ
Dari
Anas ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf
termasuk kesempurnaan shalat.” (HR. Bukhori Muslim)
Kaum
Muslimin jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Ada
beberapa pelajaran yang perlu kita ketahui dalam meluruskan shaf sholat jika
tidak dilaksanakan, hal ini pernah disampaikan oleh Syeikh Masyhur Hasan
Salman, beliau mengatakan: “Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan
sebagaimana yang dilakukan oleh Anas ra dan An Nu‘man ra, maka akan selalu ada
celah dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya kebanyakan para jamaah shalat apabila mereka dapat
merapatkan shaf maka akan luaslah shaf tersebut, sehingga akan menampung banyak
jamaah, khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang ketiga. Namun jika
mereka tidak melakukannya.
Maka
yang terjadi adalah: Pertama, mereka terjerumus dalam larangan syar‘i karena tidak
meluruskan dan merapatkan shaf.
Kedua,
mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah SWT akan memutuskan
hati-hati mereka. Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadist:
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - قَالَ قُتَيْبَةُ عَنْ أَبِى الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ أَبِى شَجَرَةَ لَمْ يَذْكُرِ ابْنَ عُمَرَ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ «أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». لَمْ يَقُلْ عِيسَى « بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». « وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ أَبُو شَجَرَةَ كَثِيرُ بْنُ مُرَّةَ. قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَمَعْنَى « وَلِينُوا بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». إِذَا جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الصَّفِّ فَذَهَبَ يَدْخُلُ فِيهِ فَيَنْبَغِى أَنْ يُلَيِّنَ لَهُ كُلُّ رَجُلٍ مَنْكِبَيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ فِى الصَّفِّ
Dari
Abdullah bin Umar, Rosulullah bersabda: “Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan
bahu-bahu kalian, tutuplah celah-celah dan jangan kalian tinggalkan celah untuk
syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan
barangsiapa memutus shaf niscaya Allah akan memutuskannya.” (HR: Abu Dawud dan
dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim )
Imam
Dawud menjelaskan: "Apabila seorang datang dan masuk kedalam shaf maka
hendaklah orang yang ada diantara kedua shaf itu melembutkan bahunya sehingga
orang tersebut masuk ke dalam shaf."
Ketiga,
jika tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian shaf maka akan terjadi
perselisihan di dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di antara
mereka. Sebagaimana dalam hadits An Nu‘man terdapat pelajaran yang menjadi
terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu sesungguhnya rusaknya zhahir mempengaruhi
rusaknya batin dan kebalikannya. Di samping itu bahwa sunnah meluruskan dan
merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong,
sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah
merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan
yang kuat, saling menopang satu sama lainnya.
Keempat,
mereka yang tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian shaf akan kehilangan
pahala yang besar seperti diceritakan dalam dalam hadits-hadits shahih. Antara
lain sabda Nabi SAW; “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat
kepada orang yang menyambung shaf.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu
Khuzaimah).
“Sebaik-baik
kalian adalah yang paling lembut bahunya, yaitu yang mau untuk ditempeli bahu
saudaranya ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih besar pahalanya
daripada langkah yang dilakukan oleh seseorang menuju celah pada shaf dan
menutupinya”. (HR: Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban)
Demikianlah
khutbah singkat ini, semoga kita termasuk dari umat Rosulullah yang senantiasa
memperhatikan kesempurnaan sholat dengan memperhatikan kesempurnaan shaf dalam sholat.
Amiin ya Rabbal'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah
Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Thanks for Visit..."
(^_^)
Bacaan Lain :
0 komentar:
Posting Komentar