INISIASI 1
Karakteristik Sistem
Pengendalian Manajemen
Saudara mahasiswa, selamat datang
pada Inisiasi 1 program Tuton SPM 2012.2. Inisiasi 1 Tuton ini akan berlangsung
selama 1 minggu. Setelah anda harus mengikuti Inisiasi selanjutnya.
Manfaatkanlah layanan belajar ini karena Tuton akan berlangsung hanya selama 8
minggu, setelah itu Anda harus mempersiapkan diri untuk UAS. Agar Anda dapat
memahami materi SPM dengan baik, kami harap anda dapat membaca modul SPM
terlebih dahulu sebelum membaca Inisiasi 1. Partisipasi aktif anda dalam forum
diskusi sangat kami harapkan.
Pada inisiasi 1 Tutorial Online,
kita akan membahas mengenai Karakteristik
Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) atau EKSI4416. Untuk memudahkan pemahaman Anda, beberapa konsep SIM yang
akan dibahas secara rinci sebagai berikut :
- Konsep
Sistem
- Konsep
Pengendalian
- Konsep
Manajemen
- Konsep
Sistem Pengendalian Manajemen
Dari
beberapa konsep diatas, kemudian kita juga akan membahas tujuan mengenai
lingkungan/struktur dan proses pengendalian manajemen dalam organisasi
perusahaan.
1. Konsep Sistem
Menurut Robert. N. Anthony (2004)
menyatakan bahwa :
“Suatu sistem merupakan
suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau
sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian
langkah-langkah yang berirama, terkoordinasi dan berulang; yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan tertentu.”
Sistem adalah
prosedur melaksanakan serangkaian aktivitas yang biasanya dilakukan secara
berulang. Karakteristik suatu sistem adalah runtut, terpola, terkoordinasi, dan
terdiri dari beberapa langkah yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem disusun untuk menyelesaikan permasalahan yang mempunyai
karakteristik yang sistematis.
Sistem terdiri
dari dua bentuk, yaitu sistem formal dan sistem informal. Sistem formal (sistematik)
adalah sistem yang memungkinkan pendelegasian otoritas
dimana sistem formal memperjelas struktur kebijakan dan prosedur, yang harus
diikuti oleh anggota organisasi. Sistem dengan struktur, prosedur, dan respons
yang terpola membantu manajemen dalam merencanakan dan mengelola strategi untuk
mencapai tujuan organisasi dengan tetap memperhatikan lingkungan yang ada.
Sedangkan sistem informal adalah sistem yang berdimensi hubungan antar pribadi
yang tidak ditunjukkan dalam sistem formal. Biasanya organisasi memiliki kedua
bentuk sistem,
karena beberapa tindakan manajemen bersifat tidak sistematis.
2. Konsep Pengendalian
Dalam suatu
sistem pengendalian akan ditemukan minimal 4 (empat) elemen proses
pengendalian, yaitu:
a. Detector / Sensor atau Pelacak
adalah alat untuk
mengidentifikasi apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses pengendalian dalam
organisasi.
b. Assessor / Penilai
adalah alat untuk
menilai signifikansi apa yang sedang terjadi (peristiwa actual) dalam proses
pengendalian. Pada umumnya yang dilakukan adalah membandingkan apa yang sedang
terjadi dengan yang seharusnya terjadi (standar).
c. Effector / Pelaksana
adalah alat yang
mendorong perilaku atau tindakan tertentu jika assessor menyatakan bahwa realitas tidak sesuai dengan ketentuan
atau standar. Elemen tersebut kadang disebut “feedback” atau umpan balik.
d. Communication Network / Jaringan komunikasi
adalah transmisi
informasi dari detector dan assessor atau assessor dan effector.
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
Sumber: Anthony dan
Govindarajan, Management Control System,
11th Ed., (Chicago: Irwin, 2004), hal : 3
3. Konsep Manajemen
Manajemen adalah
pimpinan dari organisasi, dan memiliki hierarki tertentu. Hierarki manajemen
adalah pembagian manajemen menjadi beberapa lapisan. Semakin kompleks
organisasi maka semakin banyak lapisan manajemen yang dibentuk. Secara garis
besar hierarki manajemen dibagi menjadi tiga level (Gambar 1.2), yaitu:
a.
Manajemen Atas (Top
Management),
b.
Manajemen Tengah (Middle
Management)
c.
Manajemen Level Bawah (Lower
Level Management).
Dikenal manajemen
atas atau top management sebagai CEO
(Chief Executive Officer), kemudian
dibawahnya adalah manajer bisnis unit, departemen, seksi, dan subunit lain yang
berada dibawahnya sesuai struktur organisasi perusahaan. CEO menentukan
strategi yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan
manajer bisnis unit memformulasikan strategi unitnya untuk mencapai tujuan.
Tentunya dengan pengesahan CEO.
Secara garis
besar fungsi manajemen adalah:
a.
Perencanaan (planning),
b.
Pengarahan (directing),
c.
Pengorganisasian (organizing),
d.
Penyusunan
staf (staffing),
e.
Pengendalian (controlling), dan
f.
Pengambilan
keputusan (decision making).
Jadi manajemen
mempunyai tanggung jawab atas kegiatan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan operasional perusahaan.
Pembagian
tanggung jawab tampak jelas pada Gambar 1.2, yaitu manajemen atas melakukan aksi: “Do the right things” dan manajemen level bawah/operasional melakukan aksi:“Do things right” (istilah Peter Drucker). Yang dimaksud dengan
“Do the right things” adalah
tanggungjawab manajemen atas untuk menentukan strategi yang tepat bagi
organisasi untuk masa yang akan datang. Manajemen level bawah atau operasional
bertanggung jawab untuk “Do things right”
, yaitu melaksanakan tugas tepat waktu seperti terjadwal. Manajemen tengah,
tentunya berdiri di bawah manajemen atas dan di atas manajemen
bawah/operasional, yaitu melakukan fungsi koordinasi.
Hubungan antar manajemen dalam organisasi ditunjukkan dalam format Struktur Organisasi.
Dengan adanya struktur organisasi, maka anggota organisasi diatur hubungan satu
dengan lainnya. Manajemen level bawah/operasional memiliki karakteristik tidak
bekerja sendirian, tetapi dengan tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan
melalui supervisi langsung dengan usaha bersama orang lain.
![]() |
||||||
![]() |
||||||
|
Perusahaan dapat diumpamakan sebagai
sebuah piramid. Seorang di posisi puncak akan melihat secara jelas ke bawah,
demikian pula bagi yang berada di posisi bawah hanya mengenal fungsi spesialis
saja. Seperti dalam bisnis, seorang yang memiliki kelebihan atau spesialisasi
fungsi, seperti keuangan, marketing,
produksi, dan teknik cenderung melihat persoalan dari sisi bidang
spesialisasinya. Hanya ketika orang tersebut mencapai posisi puncak, baru dapat
melihat gambaran keseluruhan persoalan.
4. Konsep Sistem
Pengendalian Manajemen (SPM)
Menurut
R.N.Anthony dan Vijay Govindarajan, sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang
dipergunakan manajemen untuk mengendalikan organisasi agar tujuan organisasi
dapat tercapai. Sistem
Pengendalian Manajemen berbeda dengan pengendalian sederhana. Proses
pengendalian yang dipergunakan manajemen menggunakan elemen dasar pengendalian,
yaitu detector, assessor, effector
dan communication network. Detector melaporkan apa yang sedang
terjadi di organisasi, assessor
membandingkan antara apa yang terjadi (aktual) dengan standar, effector melakukan tindakan jika ada
perbedaan antara apa yang terjadi (aktual) dengan apa yang diharapkan
(standar). Namun ada perbedaan signifikan antara pengendalian manajemen dengan
proses pengendalian sederhana.
Adapun perbedaannya sebagai berikut:
1. Standar pengendalian
manajemen tidak dapat ditetapkan di muka. Standar lebih ditentukan oleh hasil dari proses perencanaan yang
berkesinambungan.
2. Pengendalian manajemen
tidak otomatis, karena berkaitan dengan faktor
manusia.
3. Pengendalian manajemen
membutuhkan koordinasi antar individual.
4. Hubungan antara tindakan
yang harus dilakukan dengan perilaku yang diharapkan tidak tegas.
5. Pengendalian yang
optimal adalah pengendalian oleh diri
sendiri (self control).
a. Batas-batas
Pengendalian SPM
Pengendalian
manajemen adalah kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam organisasi, yang
berada di antara dua kegiatan yaitu perumusan atau formulasi strategi yang
dilakukan manajemen atas dan pengendalian tugas yang dilakukan manajemen level
bawah/operasional (Gambar 1.3). Untuk dapat memahami pengertian pengendalian manajemen,
terlebih dahulu harus dapat dibedakan dari dua aktivitas lainnya yaitu
formulasi strategi dan pengendalian tugas. Selanjutnya dengan melihat perbedaan antara aktivitas formulasi strategi
dengan penetapan sasaran (objective
setting), pengendalian manajemen dengan perencanaan strategik maupun dengan
pengendalian tugas.
Beberapa
karakteristik dari masing-masing aktivitas adalah:
1.
Formulasi Strategi
merupakan kegiatan yang jauh dari sistematik, sedangkan pengendalian tugas merupakan kegiatan paling sistematik.
2.
Formulasi strategi
mencakup periode jangka panjang, sedangkan pengendalian tugas lebih pada
cakupan waktu jangka pendek.
3.
Aktivitas formulasi
strategi lebih berkaitan dengan perencanaan, sedangkan pengendalian tugas lebih
pada pengendalian.
![]() |
1. Perumusan
Strategi
Formulasi
strategi adalah proses menentukan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan tersebut. Tujuan (goal) adalah apa yang hendak dicapai
oleh seluruh organisasi sedangkan strategi menjelaskan langkah spesifik untuk
mencapai tujuan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan biasanya untuk jangka
panjang, dan jarang sekali dirubah. Banyak perusahaan menetapkan tujuannya seperti:
pencapaian laba tertentu, mencapai pangsa pasar luas atau untuk bisnis
non-profit: memberikan pelayanan maksimum.
Strategi adalah
rencana besar organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi biasanya
untuk jangka pendek. Apa yang tertuang dalam strategi adalah arah organisasi
yang dikehendaki oleh manajer senior sebagai responnya atas hambatan atau
kesempatan yang dihadapi organisasi.
Hambatan,
misalnya pada kasus terjadinya perubahan selera konsumen, adanya regulasi
pemerintah yang berubah atau tuntutan baru sebagai akibat aksi pesaing.
Kesempatan, misalnya adanya persepsi baru konsumen, inovasi produk, ataupun
inovasi teknologi. Manajemen atas biasanya berpijak pada hambatan dan
kesempatan untuk menentukan strategi. Oleh karena itu sering kali terjadi
perubahan strategi organisasi secara besar ketika diangkat seorang manajer atas (top
manager) baru.
2. Pengendalian
Manajemen
Pengendalian
manajemen adalah proses dimana manajemen mempengaruhi anggota organisasi untuk
mengimplementasikan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Aktivitasnya
meliputi:
a.
Perencanaan, apa yang seharusnya dilakukan
b.
Koordinasi,
atas berbagai bagian dalam organisasi
c.
Komunikasi, informasi
d.
Evaluasi, informasi
e.
Mengambil Keputusan, atas tindakan tertentu
f.
Mempengaruhi, orang untuk merubah perilaku orang
Fokus utama
pengendalian manajemen ada pada pelaksanaan strategi atau eksekusi, dan
merupakan salah satu alat dalam implementasi strategi. Alat lainnya adalah
struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, dan kultur (Gambar 1.4).
![]() |
Sumber: Anthony dan Govindarajan, Management
Control System, 11th Ed., (Chicago: Irwin, 2004), hal : 8
Struktur
Organisasi meliputi peran spesifik dalam organisasi, hubungan pelaporan, dan
pembagian tanggungjawab, sedangkan manajemen sumber daya manusia adalah proses
seleksi, pelatihan, evaluasi, promosi, dan penghentian karyawan untuk membangun
keahlian dan kompetensi yang dibutuhkan organisasi untuk mengimplementasikan strategi.
Variabel lain adalah kultur, mencakup
norma, kepercayaan, perilaku yang secara implisit atau eksplisit
digunakan untuk melandasi segala keputusan manajemen. Jadi, agar strategi bisa
menghasilkan kinerja terbaik, maka alat seperti struktur organisasi, manajemen
sumber daya manusia, kultur dan pengendalian manajemen harus dirancang secara
harmonis.
Sistem
pengendalian manajemen membantu manajer menggerakkan organisasi ke sasaran
stratejik, sedangkan pengendalian manajemen berfokus pada implementasi strategi.
Dalam industri yang lingkungannya bergerak cepat, maka pengendalian manajemen
dapat memberikan dasar untuk menentukan strategi baru.
3. Pengendalian
Tugas
Pengendalian
tugas adalah proses memastikan bahwa tugas tertentu telah dikerjakan secara
efisien dan efektif. Tugas tersebut
harus mematuhi aturan atau standar yang berlaku. Bahkan kadang kehadiran
manusia sama sekali tidak dibutuhkan karena tugas 100%
dikendalikan oleh mesin dan teknologi. Hampir semua informasi di organisasi
adalah informasi pengendalian tugas, misalnya : jumlah produk selesai, jumlah
produk terjual, jumlah produk cacat, bahan baku dipakai, jam kerja karyawan,
kas dikeluarkan, dan sebagainya. Banyak aktivitas organisasi di pusat merupakan
sistem pengendalian tugas, seperti: penjadwalan, logistik, sistem penerimaan
barang, manajemen kas, dan lain-lain.
a. Penetapan
Sasaran (objective) vs Formulasi Strategi
Pemahaman atas
sasaran (objective) menjadi syarat
untuk merancang pengendalian apapun dalam sistem pengendalian manajemen.
Sasaran tidak perlu kuantitatif maupun bersifat
keuangan, seperti 20% Return on
Investment atau 10% Average Rate of
Return. Organisasi yang non-profit mungkin menetapkan sasaran seperti
penyediaan tempat tinggal bagi anak terlantar atau penyediaan bahan pangan bagi
daerah bencana.
Strategi adalah
suatu rencana organisasi tentang
bagaimana organisasi menggunakan sumber daya untuk mencapai sasaran (objectives). Atau dapat dilihat dari
sisi lain, bagaimana manajemen memberi batasan atas aktivitas yang harus
difokuskan sehingga organisasi dapat melaksanakan usaha terbaiknya, khususnya
dalam menghadapi pesaing. Untuk organisasi yang kompleks, strategi dibagi
menjadi dua level, yaitu strategi level korporat dan level bisnis unit. Kedua
strategi memfokuskan pada bagaimana organisasi melakukan yang terbaik.
Formulasi
strategi adalah proses untuk menentukan strategi dalam mencapai tujuan
organisasi. Tujuan organisasi menjelaskan secara luas apa yang ingin dicapai
organisasi sedangkan sasaran (objective) menjelaskan
setiap langkah untuk mencapai tujuan organisasi dalam kurun waktu tertentu.
Contoh tujuan organisasi adalah laba yang memuaskan, mencapai pangsa pasar
dominan, memberikan servis secara maksimal, dan sebagainya.
INISIASI
2
Organisasi Strategi dan Perilaku Organisasi
Saudara Mahasiswa, Setelah kita
mengenal konsep Sistem Pengendalian Manajemen, maka kita juga baiknya kita
kembali membahas apa itu organisasi secara ringkas, strategi yang bagaimana
yang digunakan organisasi dan bagaimana perilaku organisasi disuatu perusahaan.
Organisasi
Menurut James. L. Gibson, dkk
menyatakan bahwa Organisasi adalah :
Kesatuan yang
memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu
secara perorangan.
Robbins memberikan defenisi :
Organisasi adalah kesatuan
sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja secara terus menerus untuk mencapai suatu
atau sekelompok tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan definisi seperti di atas maka
dapat dikatakan bahwa definisi tersebut mengandung unsur-unsur :
1.
Kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar;
2.
Adanya batasan yang relatif dapat diidentifikasi;
3.
Adanya keterikatan yang terus menerus;
4.
Perlu adanya tujuan.
Memahami Strategi
Menurut Robert N. Anthony menyatakan
bahwa :
Formulasi strategi
merupakan proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Sistem pengendalian manajemen membantu para manajer
untuk menjalankan organisasi ke arah tujuan strategisnya.
Formulasi
strategi merupakan penetapan tujuan suatu organisasi dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan merupakan kondisi umum yang diinginkan oleh
organisasi. Selain tujuan, dalam organisasi dikenal pula istilah sasaran
(objectives) yaitu tahapan-tahapan spesifik selama jangka waktu tertentu untuk
mencapai tujuan tersebut. Strategi merupakan
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Formulasi strategi menyangkut kehidupan organisasi
dalam jangka panjang (masa depan) dan merupakan pekerjaan manajemen puncak.
Formulasi strategi sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam
mempertahankan eksistensinya pada masa yang akan datang. Karakteristik yang
lain adalah menghadapai ketidak pastian pada masa yang akan datang sehingga
mengandung risiko tinggi.
Untuk memahami formulasi strategi, dapat kita kategorikan menjadi 3 kegiatan penting, yaitu:
(1) Memahami
tujuan organisasi
Tujuan
organisasi adalah apa yang hendak dicapai organisasi, dan biasanya
ditetapkan oleh manajemen atas (CEO – Chief
Executive Officer, Manajemen senior dengan BOD – Board of Director). Banyak juga perusahaan yang tujuan aslinya ditetapkan oleh pendiri perusahaan.
Untuk banyak perusahaan, tujuan organisasi misalnya
memperoleh tingkat keuntungan (profitability)
tertentu, atau memperoleh pangsa pasar yang luas. Ada pula tujuan organisasi
selain tingkat keuntungan (profitability)
seperti pemberian jasa kepada publik, produktivitas tinggi, moralitas tinggi,
laba maksimal, laba memuaskan, posisi pasar (market position), product
leadership, pengembangan diri (personal development), sikap karyawan (employee attitude), dan lain-lain.
a. Tingkat
Keuntungan (Profitability)
Tingkat
keuntungan (profitability) adalah
tujuan yang umum dipilih oleh kebanyakan organisasi, walaupun sebenarnya bukan
satu-satunya tujuan organisasi. Profitability
adalah kemampuan menghasilkan laba, lebih menunjukkan laba jangka panjang
daripada jangka pendek. Biaya seperti biaya pemasaran, dan biaya penelitian dan
pengembangan mengurangi laba jangka pendek, tetapi menaikkan laba masa yang
akan datang. Laba secara eksplisit diwujudkan dalam perhitungan, misalnya ROI –
return on investment atau ROA – return on asset. Perhitungan ROI sebagai
berikut:
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.png)
Profit
margin ´ Perputaran Investasi = Return on Investment
Investasi
biasanya mewakili besarnya investasi pemegang saham, yang terdiri dari saham
beredar ditambah laba ditahan. Investasi tersebut tidak termasuk pembiayaan
dengan utang. Karena salah satu tujuan manajemen adalah mengatur keseimbangan
antara utang dan modal, maka nilai investasi yang tidak memasukkan utang
menjadi tidak relevan. Oleh karena itu investasi memasukkan tidak hanya total
modal (saham beredar dan laba ditahan) tetapi ditambah total utang. Dengan
demikian investasi di-perhitungkan dari total utang ditambah total modal (sama
dengan total aktiva), maka secara detil perhitungan return on asset (ROA) dapat ditunjukkan pada Gambar 2-1.
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.png)
b. Memaksimalkan
Nilai Pemegang Saham (Shareholder Value)
Konsep tujuan organisasi yang memaksimalkan nilai pemegang saham muncul
pada tahun 1980-an dan 1990-an. Menurut konsep tersebut, tujuan yang cocok
untuk perusahaan yang berorientasi mencari laba adalah memaksimalkan nilai
pemegang saham. Meski tidak jelas arti terminologi tersebut, kemungkinan yang
dimaksud memaksimalkan nilai pemegang saham adalah mengacu pada harga pasar
saham. Banyak yang meyakini bahwa mencapai “laba memuaskan “ merupakan terminologi
yang lebih baik dari “memaksimalkan nilai pemegang saham” dengan dua alasan.
Pertama, terminologi maksimal mengimplikasikan bahwa ada
cara untuk mencari jumlah maksimal. Untuk menghitung laba maksimal, maka biaya
marginal dan kurva permintaan harus dihitung. Manajer selain biasanya tidak
tahu bagaimana menghitung dua hal tersebut, juga ketika mengambil keputusan
hanya memilih alternatif yang diperkirakan dapat meningkatkan profitability saja. Jika perhitungan
tersebut dipaksakan untuk dilaksanakan, maka manajer harus menghabiskan waktu
lama. Aktivitas ini tidak lagi realistis jika membandingkan antara usaha dan
hasil.
Kedua, bahwa mengoptimalkan nilai pemegang saham
adalah tujuan utama, tetapi bukan berarti satu-satunya tujuan organisasi.
Kinerja ekonomi bukan tanggung jawab tunggal dalam bisnis, demikian pula nilai
pemegang saham. Manajer berkeinginan bertindak secara etis, dan bertanggung
jawab pada stakeholder lain dalam
organisasi.
Aksi manajemen seperti keputusan menurunkan biaya yang tidak mempengaruhi
elemen lain, misalnya pangsa pasar, sudah jelas kasusnya. Demikian pula
keputusan manajer menaikkan biaya sebagai kenaikan proporsional atas pendapatan
yang berlebih (misalnya biaya promosi), atau kenaikan laba dengan proporsi
lebih dari investasi pemegang saham, akibat membeli mesin yang efisien pada
prinsipnya adalah keputusan manajemen berdasar pertimbangan etika yang
konsisten dengan tujuan lain organisasi.
c. Risiko
Tingkat keuntungan tidak lepas dari kelonggaran manajemen dalam menerima
risiko. Keberanian mengambil risiko tidak lepas dari kepribadian manajernya.
Meski demikian, ada batas atas, di mana organisasi menyatakan secara eksplisit
tanggung jawab utama manajemen adalah perlindungan atas aktiva perusahaan,
kedua tingkat keuntungan (profitability).
d. Multiple
Stakeholder Approach
Untuk organisasi yang berpartisipasi
pada tiga pasar, yaitu pasar modal, pasar produk dan pasar faktor, maka
organisasi akan memiliki tanggungjawab pada multiple
stakeholders. Dana diperoleh dari pasar modal, sehingga pemegang saham
perlu mendapat perhatian. Perusahaan menjual produk di pasar produk, sehingga
yang perlu diperhatikan adalah konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga
kerja dan bahan baku, perusahaan mencari di pasar faktor, sehingga perhatiannya
pada karyawan, rekanan dan beragam komunitas tempat operasional perusahaan.
Idealnya sistem pengendalian manajemen harus mampu mengidentifikasi tujuan dari
masing-masing pihak dari kelompok tersebut seperti pemegang saham, konsumen,
karyawan, rekanan, dan komunitas (masyarakat).
(2)
Merancang strategi melalui Strenght Weakness Opportunity Threat
Analysis (SWOT Analysis)
Formulasi strategi adalah proses menentukan strategi baru
oleh manajemen atas (top management).
Metode yang secara luas dikembangkan adalah SWOT Analysis. SWOT adalah
singkatan dari Strenghts, Weaknesses,
Opportunities dan Threats (Kekuatan,
Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman) dan digunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi posisi bisnis dan lingkungan (Gambar 2-2). Strenghts dan Weaknesses adalah
faktor internal dan Opportunities dan
Threats adalah faktor eksternal.
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.png)
Gambar 2.2.
menunjukkan sistematika formulasi strategi dengan menggunakan SWOT Analysis. Analisis eksternal mencakup
identifikasi faktor eksternal seperti
kompetitor, konsumen, supplier,
regulasi, dan kondisi sosial politik. Hasil analisis eksternal adalah
identifikasi kesempatan industri yang belum tersentuh. Analisis internal
mencakup analisis keunggulan perusahaan dari teknologi, produksi, marketing, sistem distribusi, logistik, dan sebagainya. Hasil analisis internal
adalah identifikasi keunggulan kompetensi organisasi. Selanjutnya adalah
mempertemukan kesempatan industri yang belum tersentuh dengan keunggulan kompetensi
dari sisi internal, sehingga lahirlah strategi organisasi.
(3) Dua level strategi.
Strategi dapat ditemukan pada dua level, yaitu pertama, strategi untuk
keseluruhan organisasi atau yang biasa disebut strategi korporat dan kedua,
strategi bisnis unit di dalam organisasi. Gambar 2.4 menunjukkan strategi pada
dua level dan alternatif strategi secara umum.
Strategi Level
|
Issue Strategik
|
Pilihan Strategik secara Umum
|
Organisasi
yang terlibat
|
Level Korporat
|
Apakah perusahaan berada dalam bauran bisnis yang tepat?
Industri atau sub-industri apa yang seharusnya dijalankan?
|
Industri tunggal
Diversifikasi sejenis
Diversifikasi tidak sejenis
|
Kantor Pusat
|
Level Bisnis Unit
|
Apa misi bisnis unit?
Bagaimana bisnis unit berkompetisi untuk mewujudkan misinya?
|
Build
Hold
Harvest
Divest
Low cost
Differentiation
|
Kantor Pusat dan Manajer bisnis Unit
Manajer Bisnis Unit
|
Sumber: Anthony dan Govindarajan, Management Control System, 11th
Ed., (Chicago: Irwin, 2004), hal : 56
a. Strategi
Korporat
Strategi korporat
menentukan cara bagaimana perusahaan memaksimalkan nilai dari sumber daya yang
digunakan. Fokusnya adalah: “Ke mana sumber daya diinvestasikan?”. Keputusan
menentukan apakah industri yang dipilih industri sejenis, diversifikasi sejenis
atau tidak sejenis merupakan
keputusan strategi yang melibatkan
manajemen level korporat.
Perusahaan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: bisnis tunggal, diversifikasi
sejenis, dan tidak sejenis. Untuk perusahaan bisnis tunggal, strategi
perusahaan memilih untuk berkonsentrasi pada satu jenis usaha. Untuk Perusahaan
diversifikasi sejenis, keputusan level korporat adalah membuat alokasi sumber
daya untuk semua unitnya dan mengatur kepentingan utama perusahaan untuk meningkatkan
keuntungan bisnis unit tersebut.
b. Strategi
Bisnis Unit
Kompetisi pada
perusahaan yang terdiversifikasi tidak terjadi pada level korporat, akan tetapi
pada level bisnis unit. Perusahaan level korporat memperoleh laba dari hasil
akumulasi pada level bisnis unit. Strategi bisnis unit merumuskan bagaimana
berkompetisi di pangsa pasar terpilih. Dengan demikian maka strategi level
bisnis unit menjadi penting dipandang dari dua aspek, yaitu 1, misi bisnis unit
dan 2, keunggulan kompetitif.
1. Misi
Bisnis Unit
Misi bisnis unit menentukan sasaran keseluruhan dari
bisnis unit. Dua variabel yang menentukan misi adalah 1, tingkat pertumbuhan
pasar dan 2, pangsa pasar relatif.
Kombinasi tinggi rendahnya kedua variabel tersebut membentuk alternatif
kuadran :
1)
Kuadran
Question Mark – Build : Misi
tersebut memiliki tujuan memperluas pangsa pasar meskipun mengorbankan
pendapatan jangka pendek dan arus kas.
2)
Kuadran
Star – Hold : Misi tersebut bertujuan mempertahankan pangsa pasar dan
posisi kompetitif.
3)
Kuadran Cash
Cow – Harvest :
Misi tersebut bertujuan memaksimalkan
pendapatan jangka pendek dan arus kas meskipun mengorbankan pangsa pasar.
4)
Kuadran
Dog – Divest :
Misi tersebut memilih untuk mundur
lewat likuidasi perlahan-lahan atau dijual langsung.
2. Keunggulan
Kompetitif
Strategi Bisnis
pada sisi lain mengkonsentrasikan pada bagaimana berkompetisi untuk pasar
produk tertentu. Pengukuran
kinerja dan teknik pengendalian penting untuk implementasi baik strategi
korporat maupun bisnis unit. Sebelum membentuk strategi bisnis, maka manajer
harus menganalisis dan memahami:
1) Dinamika Pasar yang
Kompetitif
Apa dasar
pembentukan pasar? Siapa pesaingnya? Apa saja aturan main? Seberapa besar
potensi mendapatkan laba? Ini semua pertanyaan bagi semua manajer untuk dijawab
untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif pada pasar tertentu. Sebuah
aplikasi dari ide tersebut dapat ditemukan pada “five forces” Michael Porter. Dalam analisis akan digambarkan
kerangka dan data untuk menyelidiki dinamika kompetisi untuk industri tertentu.
Lima kekuatan
yang menunjukkan tingkat dan dasar kompetisi menurut Michael Porter adalah 1)
konsumen, 2) supplier 3) produk substitusi, 4) pendatang baru dan 5)kompetitor
(Lihat Gambar 2-6). Dalam industri apapun kelima kekuatan secara individual
maupun kolektif mempengaruhi kompetitif tidaknya pasar suatu industri.
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image015.png)
2) Sumber daya dan Kapabilitas
Bisnis
Satu cara untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan
adalah dengan melihat neraca untuk memahami lebih lanjut tentang sumber daya
yang tersedia untuk berkompetisi. Aktiva menurut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) adalah suatu kekayaan yang dikendalikan oleh entitas yang dapat
memberikan manfaat dimasa yang akan datang. Untuk sumber daya, didefinisikan
lebih luas, yaitu kekuatan bisnis yang berkaitan dengan aktiva berwujud dan
tidak berwujud dan terikat semi-permanen ke perusahaan. Dengan demikian sumber
daya mungkin tidak tampak di neraca.
Aktiva dikelola
untuk mendapatkan pendapatan, sehingga fokus atas aktiva untuk pengukuran
kinerja serta pengendalian strategi.
a) Aktiva Lancar
Adalah aktiva
golongan pertama di neraca. Yang termasuk aktiva lancar adalah semua aktiva
yang dapat dikonversi ke kas dalam satu siklus akuntansi – normalnya satu
tahun. Aktiva lancar terdiri dari:
a)
Kas
b)
Investasi Jangka Pendek
c)
Piutang Dagang
d)
Persediaan
e)
Persekot Biaya
b) Aktiva Produktif
Adalah golongan
aktiva kedua di neraca setelah aktiva lancar. Aktiva tersebut dipergunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen. Aktiva produktif
mencakup teknologi, mesin serta infrastruktur yang dibutuhkan untuk bersaing.
Contoh dari aktiva produktif adalah
a)
Komputer dan peralatan
teknologi informasi
b)
Gedung
c)
Mesin dan Peralatan
Aktiva produktif
harus memadai, baik kualitas maupun jenis, untuk mendukung strategi bisnis.
Efektivitas penggunaan aktiva produktif dipergunakan untuk mengukur dan
mengendalikan kinerja organisasi.
c) Aktiva Tak Berwujud
Kategori terakhir
aktiva adalah aktiva tak berwujud, yaitu:
a)
Copyrights, patents, dan trademark
b)
Goodwill
c)
Lisensi
d)
Leasing
Agar aktiva
tersebut dapat tampil di neraca, maka ada dua kriteria yang harus dipenuhi.
Pertama, aktiva harus memiliki nilai futuristik dari perusahaan. Kedua,
nilainya harus terkuantifikasi dengan ukuran tertentu. Dengan demikian akan ada
aktiva tak berwujud seperti reputasi perusahaan dan kontrak dealer yang akan menjadi problem bagi
akuntan, karena nilai moneternya sulit diukur di samping beberapa sumber daya
tersebut sering tidak tampak di neraca.
Perilaku Organisasi
Menurut James. L. Gibson, dkk
mendefinisikan perilaku organisasi :
Penelaahan tentang
individu dan kelompok dalam lingkungan organisasi; penggunaan teori, metode dan
prinsip-prinsip dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan
antropologi budaya untuk mempelajari persepsi, nilai-nilai kapasitas belajar
dan tindakan-tindakan individu ketika bekerja di dalam kelompok dan di dalam
organisasi secara keseluruhan; penganalisisan dampak lingkungan luar atas organisasi
dan sumber daya manusia, misi, tujuan dan strateginya.
Sistem pengendalian manajemen akan
mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu sistem pengendalian manajemen
yang baik akan mempengaruhi perilaku manusia ke arah keselarasan tujuan (goal congruence), yaitu memastikan bahwa
tujuan setiap individu selaras dengan tujuan organisasi. Jika terjadi
keharmonisan dalam organisasi, maka pencapaian tujuan organisasi akan terbantu
pencapaiannya dalam kurun waktu yang lebih cepat. Perilaku ke arah goal congruence dapat melalui tindakan
atau aksi informal maupun sistem yang formal. Aksi yang informal itu bisa
ditentukan oleh faktor eksternal maupun internal
a. Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah
norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan di dalam masyarakat, dimana
organisasi menjadi bagiannya. Norma-norma ini mencakup sikap, yang secara
kolektif yang disebut dengan etos kerja (work
ethics), yang diwujudkan melalui loyalitas pegawai terhadap organisasi,
keuletan, semangat dan juga kebanggaan yang dimiliki oleh pegawai dalam
menjalankan tugas.
INISIASI
3
Pusat Pertanggungjawaban :
Pusat Pendapatan dan Pusat Biaya
Saudara Mahasiswa, mari kita
membahas lebih lanjut mengenai Pusat pertanggung jawaban.
PUSAT PERTANGGUNG
JAWABAN
Menurut Robert N. Anthony menyatakan
bahwa :
Pusat tanggung jawab
merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas yang dilakukannya.
Dengan demikian, perusahaan adalah
kumpulan pusat pertanggungjawaban yang digambarkan dalam sebuah struktur
organisasi. Fungsi dari berbagai pusat tanggung jawab dalam perusahaan adalah
untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Karena setiap organisasi merupakan
sekumpulan pusat tanggung jawab, maka jika setiap pusat tanggung jawab telah
memenuhi tujuannya, maka cita-cita organisasi juga telah tercapai.
![]() |
Gambar 4.1
Pusat
Pertanggungjawaban
Gambar 4.1 menggambarkan operasional
dari setiap pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban menerima input, dalam bentuk bahan baku, tenaga
kerja, dan jasa. Dengan menggunakan model kerja (piutang, persediaan, dan
sebagainya), peralatan dan aktiva lain, pusat pertanggungjawaban mengemban
tugas mengolah input menjadi output (berwujud-barang, tidak
berwujud-jasa).
INPUT DAN OUTPUT
1.
Hubungan Input dan Output
Dalam pusat
pertanggungjawaban dapat ditemui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung
dan tidak langsung antara input dan output. Di sini, faktor pengendalian
adalah memanfaatkan minimum input
yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
berdasarkan spesifikasi dan standar kualitas pada waktu dibutuhkan dan jumlah
yang diinginkan.
2.
Mengukur Input dan Output
Input pusat
pertanggungjawaban ditetapkan dalam pengukuran fisik-jam kerja, beban listrik,
dan lain-lain. Dalam sistem pengendalian manajemen ukuran tersebut diubah
menjadi unit moneter. Nilai moneternya adalah perkalian antara pengukuran fisik
dengan unit moneter.
Input pada dasarnya mencerminkan sumber daya, sedangkan ouput diukur melalui hasil pendapatan
atau yang berorientasi pada laba.
3.
Efisiensi dan Efektivitas
Konsep input,
output dan biaya bisa digunakan untuk menjelaskan makna dari efisiensi dan
efektivitas, yang merupakan dua kriteria penilaian kinerja pusat tanggungjawab.
Efisiensi adalah rasio output terhadap input, sedangkan efektivitas ditentukan
dari hubungan antar output pusat pertanggungjawaban dengan sasaran.
Karena output dan
sasaran adalah dua hal yang sulit diukur secara kuantitas, efektivitas menjadi
sangat objektif. Ukuran efisiensi digunakan dengan cara membandingkan antara
pusat pertanggungjawaban satu dengan lainnya, jarang digunakan dengan
perbandingan makna yang absolut.
TIPE PUSAT
PERTANGGUNGJAWABAN
Terdapat empat
tipe pusat pertanggungjawaban, diklasifikasikan berdasar karakter input dan
atau output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian yaitu : pusat pendapatan,
pusat biaya,
pusat laba,
dan pusat investasi. Setiap pusat
pertanggungjawaban membutuhkan sistem perencanaan pengendalian yang berbeda.
Berikut akan kita
jelaskan mengenai dua dari empat tipe pusat pertanggungjawaban, yaitu : pusat pendapatan
dan pusat
biaya.
(1) Pusat Pendapatan (Income Center)
Pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban yang menajernya bertanggungjawab atas pendapatan. Input tidak berhubungan dengan output. Input
mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output.
![]() |
Gambar 4.2
Pusat Pendapatan
(Contoh fungsi pemasaran)
Dapat dilihat dari gambar 4.2 bahwa
jika output dihubungan dengan input, maka unit tersebut menjadi suatu pusat
laba. Biasanya unit pemasaran tidak ikut menentukan harga jual maupun dibebani
harga pokok produk yang dijual. Jadi pengukuran baik tidaknya kinerja adalah
dengan membandingkan realisasi penjualan dengan targetnya. Meskipun manajer
pusat pendapatan kadang dibebani tanggung jawab biaya, misalnya gaji pegawai
pemasaran, akan tetapi prioritas utamanya adalah pendapatan. Oleh karena itu,
manajer tersebut sebenarnya mengelola dua pusat pertanggung jawaban, yaitu
pusat pendapatan dan pusat biaya. Artinya dalam satu unit manajernya,
memanajerkan pusat pendapatan sekaligus pusat biaya
(2) Pusat Biaya (Expense Center)
Pusat biaya adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab atas biaya. Biaya adalah
input yang dikonsumsi oleh suatu pusat pertanggungjawaban. Terdapat pembagian
secara umum atas pusat biaya, yaitu pusat biaya teknik (engineered
expense center) dan pusat biaya kebijakan (discretionary expense center).
a) Pusat Biaya Teknik (Engineered Expense Center)
![]() |
Gambar 4.3
Pusat Biaya
Teknik (Engineered Expense Center)
Contoh : Fungsi
produksi atau fungsi manufaktur
Pusat biaya teknik adalah pusat
biaya yang sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dengan
output yang dihasilkan. Dilihat dari gambar 4.3 Karakteristik pusat biaya
teknik :
·
Input diukur dengan satuan moneter
·
Output diukur dengan satuan satuan fisik
·
Optimal input untuk menghasilkan satu unit output dapat
diukur
Dalam pusat biaya teknik, seperti
manufaktur, hubungan input dengan output dapat dihubungkan secara langsung atau
optimal. Sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan membandingkan biaya
sesungguhnya dengan standar. Output yang dikalikan biaya standar setiap unit
diproduksi mengukur produk jadi yang seharusnya. Perbedaan antara biaya
sesungguhnya dengan standar menunjukkan efisiensi biaya yang diukur.
Pusat biaya teknik mempunyai tugas
penting yang tidak diukur dari biaya saja. Manajer pusat biaya teknik dapat
bertanggungjawab atas training dan pengembangan karyawan yang tidak berhubungan
dengan produksi, kinerjanya merivew pula sebaik apa melaksanakan tanggung
jawabnya.
b) Pusat Biaya Kebijakan (Discretionary Expense Center)
![]() |
Gambar 4.4
Pusat Biaya
Kebijakan (Discretionary Expense Center)
Contoh : Fungsi
Penelitian dan Pengembangan
Dilihat dari gambar 4.4 Pusat Biaya
Kebijakan, output sulit untuk diukur secara moneter. Selain itu hubungan input
dan outputnya tidak dapat dihubungan secara optimal, sehingga pengendalian
biasanya memastikan aktivitas dilaksanakan sesuai level anggaran.
Pengertian Discretionary tidak artikan kebijakan manajemen sebagai biaya
optimum, tetapi lebih merefleksikan kebijakan manajemen berkaitan dengan
kebijakan tertentu. Lebih jauh, pandangan manajemen atas biaya discretionary mungkin berubah terutama
jika manajemen baru masuk di perusahaan.
Dalam pusat biaya teknik
perbandingan antara anggaran input dan realisasi dapat untuk mengukur
efisiensi, karena input berhubungan secara optimal dengan output. Akan tetapi,
untuk pusat biaya kebijakan perbedaan antara input dan realisasinya tidak dapat
untuk mengukur efisiensi, karena input tidak berhubungan secara optimal dengan
output.
---Kesuksesan diraih dengan
99% kerja keras, dan 1% kejeniusan---
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Kenneth R. (1987). Concepts of Corporate Strategy,3rd Ed. (Irwin, Mc
Grawhill)
Anthony dan Govindarajan. (2004). Management Control Systems. Chicago: Irwin.
Boone, L., Kurtz, D. (1992). Contemporary Marketing. Fort Worth, TX: Dryden Press.
Cholis, David J., Montgomery, Chyntia A. (1998). Corporate Strategy. Irwin, Mc Grawhill.
"Developing
Your Strategic SWOT Analysis." Austrainer. (2005). http://www.austrainer.com/archives/1397.htm. (10 Desember 2005).
Ferrell, O., Hartline, M., Lucas, G., Luck, D. (1998). Marketing Strategy. Orlando, FL: Dryden
Press
"Swoting Your Way to Success." BHC. (2005). http://www.bradhuckelco. com. au/reports. (10
Januari 2005).
INISIASI
4
Pusat
Laba dan Harga Transfer
Saudara Mahasiswa, mari kita
membahas lebih lanjut satu lagi dari empat tipe pusat pertanggung jawaban dari
inisiasi sebelumnya yaitu : (3) Pusat Laba dan (4) Pusat Investasi.
(3) Pusat
Laba (Profit Center)
Pusat laba adalah suatu unit
organisasi yang kinerjanya diukur berdasarkan laba, yaitu selisih antara
pendapatan dan beban. Bisnis unit biasanya ditetapkan sebagai pusat laba.
Perkembangan selanjutnya bahwa unit fungsional, unit pelayanan jasa dan unit
pembantu, dapat pula ditetapkan sebagai pusat laba. Dilihat dari gambar 4.5
pusat tersebut dapat menyediakan output untuk pusat pertanggungjawaban lain,
atau menerima input dari pusat pertanggungjawaban lain. Oleh karena itu, harus
ada penetapan harga atas output atau input yang dipertukarkan. Harga tersebut
kemudian dinamakan harga transfer.
![]() |
Gambar 4.5
Pusat Laba (Profit Center)
Contoh : Bisnis
Unit dan Non Unit
Banyak keputusan manajemen
melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan bahwa hal itu akan
menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan penjualan. Langkah
utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi di mana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Menjadikan unit organisasi sebagai
pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
·
Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut
dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.
·
Kecepatan dari
pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
·
Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian
sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.
·
Manajer karena tunduk pada hanya sedikit batasan-batasan
dari korporat, lebih bebas untuk menggunakan imajinasi dan inisiatif-nya.
·
Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang
independen, maka pusat laba memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen
umum. Para manajer mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area
fungsional, dan manajemen yang lebih tinggi mendapatkan kesempatan untuk
mengevaluasi potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi.
·
Kesadaran laba (profit consciousness) dapat
ditingkatkan karena para manajer yang bertanggung jawab atas laba akan selalu
mencari cara untuk meningkatkan labanya.
·
Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi
manajemen puncak (top management)
mengenai profitabilitas dari
komponen-komponen individual perusahaan.
·
Karena keluaran (output)
yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba sangat responsif terhadap
tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya.
Selain manfaat yang diperoleh dalam
pusat laba, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa kesulitan :
·
Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa
manajemen puncak untuk lebih mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan
bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya
pengendalian.
·
Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki
indormasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan
yang diambil pada tingkat unit akan berkurang.
·
Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai
harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum (common cost) yang tepat,
dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh
dua atau lebih unit bisnis.
·
Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai
unit fungsional akan saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatan laba
untuk satu manajer dapat berarti pengurangan laba bagi manajer yang lain. Dalam
situasi seperti ini, seorang manajer dapat saja gagal untuk memberikan potensi
penjualan ke unit lain yang lebih tepat untuk merealisasikannya, menimbun
pegawai atau peralatan yang akan lebih baik, dari sudut pandang seluruh
perusahaan jika digunakan di unit lain.
·
Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya
tambahan manajemen, pegawai dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin
mengakibatkan duplikasi tugas disetiap pusat laba.
·
Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada
dalam organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk
mengembangkan kompetensi manajemen umum.
·
Adanya tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan
mengorbankan profitabilitas jangka panjang. Karena ingin melaporkan laba yang
tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan penelitian dan pengembangan
ataupun perawatan.
·
Tidak ada sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi
laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara
keseluruhan.
A.
Unit Usaha Sebagai Pusat Laba
Hampir
semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba, karena manajer yang
bertanggungjawab atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk,
proses produksi, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk
mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap
bertanggungjawab atas ”laba bersih”.
Batasan atas Wewenang Unit Bisnis
Untuk
memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan
memiliki otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan independen. Meskipun
demikian, dalam praktik sehari-hari, otonomi semacam ini tidak pernah ada. Jika
suatu perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka
perusahaan tersebut akan kehilangan manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada.
Batasan dari Unit Bisnis
Lain
Salah
satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit
bisnis lain. Sangatlah berguna untuk memikirkan pengelolaan suatu pusat laba
dalam hal pengendalian atas tiga jenis keputusan : (1) keputusan produk (barang atau jasa apa saja yang harus dibuat dan
dijual); (2) keputusan pemasaran
(bagaimana, dimana, dan berapa jumlah barang atau jasa yang akan dijual?); (3) keputusan perolehan atau sourcing (bagaimana mendapatkan atau
memproduksi barang dan jasa). Jika seorang manajer unit bisnis mengendalikan
ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam melaksanakan
tanggung jawab laba dan mengukur kinerja.
Batasan dari Manajemen
Korporat
Batasan-batasan
yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokkan menjadi tiga bagian : (1) batasan yang timbul dari
pertimbangan-pertimbangan strategis; (2) batasan yang timbul karena adanya
keseragaman yang diperlukan; dan (3) batasan yang timbul dari nilai ekonomis
sentralisasi.
Hampir
semua perusahaan mempertahankan beberapa keputusan, terutama keputusan
finansial, pada tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas-aktivitas
domestik. Akibatnya salah satu batasan utama atas unit bisnis berasal dari
pengendalian korporat terhadap investasi baru. Pemeliharaan citra korporat juga
memerlukan batasan atas kualitas produk atau atas aktivitas-aktivitas hubungan
masyarakat.
(4) Pusat Investasi
Pusat investasi adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab atas laba serta investasi.
Pusat investasi merupakan bentuk khusus dari pusat laba dan bukan bentuk yang
berbeda dari pusat laba.
Tujuan menghubungkan laba dan
investasi adalah untuk memotivasi manajer bisnis unit untuk mencapai sasaran
perusahaan.
A.
Mengukur Profitabilitas Pusat Investasi
Sasaran yang
paling disukai manajemen adalah mengukur profitabilitas. Pengertian
profitabilitas tidak sama bagi semua orang. Apakah berarti laba? Laba sebelum
atau setelah kena pajak? Berapa nilai absolutnya? Berapa persentase laba
dibandingkan terhadap pendapatan atau investasi? Dua tolok ukur yang biasanya
digunakan untuk menghubungkan antara laba dan investasi, yaitu ROI (Return of Investment) dan EVA (Economic Value Added).
ROI (Return of Investment) adalah salah satu
tolok ukur yang berfokus pada laba terhadap investasi. Sedangkan EVA (Economic Value Added) lebih
menitikberatkan pada nilai absolut daripada persentase, yang dihitung dari laba
sebelum pajak dikurangi biaya modal. EVA adalah terminologi yang dipakai oleh
Stern Steward & Co.
B.
---Kesuksesan diraih dengan
99% kerja keras, dan 1% kejeniusan---
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Kenneth R. (1987). Concepts of Corporate Strategy,3rd Ed. (Irwin, Mc
Grawhill)
Anthony dan Govindarajan. (2004). Management Control Systems. Chicago: Irwin.
Boone, L., Kurtz, D. (1992). Contemporary Marketing. Fort Worth, TX: Dryden Press.
Cholis, David J., Montgomery, Chyntia A. (1998). Corporate Strategy. Irwin, Mc Grawhill.
"Developing
Your Strategic SWOT Analysis." Austrainer. (2005). http://www.austrainer.com/archives/1397.htm. (10 Desember 2005).
Ferrell, O., Hartline, M., Lucas, G., Luck, D. (1998). Marketing Strategy. Orlando, FL: Dryden
Press
"Swoting Your Way to Success." BHC. (2005). http://www.bradhuckelco. com. au/reports. (10
Januari 2005).
Berikut
sekilas tentang Pusat Laba dalam sebuah
organisasi unit bisnis …
Pengertian
Pusat Laba
- Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya diukur berdasarkan laba (selisih antara pendapatan dan
beban) yang diperoleh.
- Pusat laba dapat dibentuk dengan struktur
divisionalisasi, yang memungkinkan unit utama bertanggungjawab terhadap
produksi dan pemasaran sekaligus.
- Pusat laba dibentuk dengan keputusan expense and
revenue trade-off. Keputusan ini ditentukan dengan 2 kondisi, yaitu
Manajer memiliki akses ke informasi yang relevan dalam membuat keputusan
dan terdapat ukuran efektivitas atas trade-off yang dibuat manajer.
Manfaat Pusat Laba
- Kualitas keputusan manajer lebih meningkat.
- Kecepatan pengambilan keputusan operasional lebih
cepat.
- Manajer kantor pusat dapat lebih berkonsentrasi pada
hal-hal yang lebih luas.
- Manajer lebih bebas menunjukkan imajinasi dan
inisiatifnya.
- Memberikan tempat pelatihan sempurna bagi kemampuan
manajerial secara umum.
- Kesadaran terhadap laba semakin meningkat.
- Memberikan informasi siap pakai kepada manajemen
puncak tentang profitabilitas komponen-komponen individual perusahaan.
- Output yg siap pakai membuat pusat laba sangat
responsif terhadap tekanan utk meningkatkan kinerja kompetitif.
Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba
- Hilangnya pengendalian karena pengambilan keputusan
yang terdesentralisasi.
- Kualitas keputusan yang diambil unit akan berkurang
apabila manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang
lebih baik.
- Perselisihan dapat meningkat (karena argumen-argumen
tentang harga transfer, biaya umum dan kredit atas usaha bersama antara 2
unit).
- Kompetisi yang tinggi antar manajer unit.
- Adanya biaya tambahan karena duplikasi tugas di
setiap pusat laba.
- Manajer yang kompeten terhadap satu kompetensi
mungkin tidak ada.
- Cenderung kepada profitabilitas jangka pendek
daripada profitabilitas jangka panjang.
- Optimalisasi laba dari pusat laba tidak dapat
menjamin optimalisasi laba perusahaan secara keseluruhan.
Unit
Bisnis sebagai Pusat Laba
- Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya
batasan atas wewenang manajer unit bisnis.
- Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun
dari manajemen korporat.
- Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak
terlihat apabila keputusan produk, keputusan pemasaran dan keputusan
perolehan dilakukan oleh satu unit bisnis, disamping itu terdapat sinergi
antar unit bisnis.
- Apabila ketiga keputusan diatas dibentuk dalam lebih
dari 2 unit bisnis, maka batasan dari unit bisnis lain akan semakin
terlihat.
- Batasan dari manajemen korporat dikelompokkan
menjadi 3 bagian, yaitu batasan-batasan yang timbul dari:
pertimbangan-pertimbangan strategis, karena adanya keseragaman dan dari
nilai ekonomis sentralisasi.
Pusat Laba selain Unit Bisnis
- Pemasaran. Biaya standar merupakan pertimbangan
utama dalam harga transfer.
- Manufaktur.
Diharapkan
manajer membuat keputusan terpisah atas aktivitas pengendalian mutu,
penjadwalan produk ataupun keputusan membuat atau membeli.
Selisih antara harga jual produk dengan estimasi biaya pemasaran merupakan pertimbangan utama meskipun hanya merupakan laba semu.
Selisih antara harga jual produk dengan estimasi biaya pemasaran merupakan pertimbangan utama meskipun hanya merupakan laba semu.
- Unit Pendukung Pelayanan (pemeliharaan, TI,
transportasi, teknik, konsultan, layanan konsumen dan aktivitas
pendukung). Beban yang digunakan merupakan pertimbangan utama, jadi
manajer harus mampu menentukan biaya pelayanan yang ekonomis meskipun
berasal dari pemasok luar.
- Kantor cabang
Mengukur Profitabilitas Pusat Laba
- Terdapat dua ukuran profitabilitas, yaitu kinerja
manajemen dan kinerja ekonomis.
- Kinerja manajemen berkaitan dengan kegiatan
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian kegaiatan sehari-hari pusat
laba.
- Kinerja ekonomis berkaitan dengan kinerja pusat laba
sebagai entitas ekonomi.
Kinerja ekonomis dapat diukur dengan margin kontribusi, laba langsung, laba yang dapat dikendalikan, laba sebelum pajak dan laba bersih
- Margin Kontribusi.
Merupakan
selisih antara pendapatan dengan beban variabel.
Alasan penggunaan karena beban tetap berada diluar kendali manajer.
Alasan penggunaan karena beban tetap berada diluar kendali manajer.
- Laba Langsung.
Merupakan
kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan.
Alasan penggunaan karena pengeluaran pusat laba merupakan tanggung jawab manajer pusat laba, baik pengeluaran yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
Alasan penggunaan karena pengeluaran pusat laba merupakan tanggung jawab manajer pusat laba, baik pengeluaran yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
- Laba yang Dapat Dikendalikan.
Mempertimbangkan
pengeluaran-pengeluaran pada tingkat tertentu.
- Laba Sebelum Pajak.
Mempertimbangkan
pembebanan relatif dari biaya overhead korporat ke pusat laba.
- Laba Bersih.
Mempertimbangkan
jumlah laba bersih setelah pajak.
- Penentuan pendapatan yaitu ketika pesanan dibuat,
pesanan dikirim atau ketika kas diterima sangat penting diperhatikan
mengingat seluruh bagian pusat laba adalah bagian korporat.
- Pertimbangan manajemen dalam hal beban yang dapat
dikendalikan sangat penting, sehingga besarnya beban ini akan menunjukkan
pos-pos yang benar-benar terjadi pada pusat laba.
Selanjutnya mari kita lihat Penetapan Harga Transfer
khususnya mengenai metodologi penentuan harga transfer …
METODOLOGI PENENTUAN HARGA TRANSFER
Harga transfer dapat didasarkan pada biaya selisih kenaikan atau harga pasar. Pengaruh lingkungan atas harga transfer juga menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai metodologi penentuan harga. Prinsip wajar atau harga transfer antarperusahaan dengan mengandaikan transaksi itu terjadi antarpihak yang tidak berhubungan instimewa di pasar yang kompetitif. Menurut undang-undang Pajak Penghasilan di AS terdapat metode-metode:
1. Metode Harga yang Tidak Terkontrol Setara
Berdasarkan metode ini harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan dalam transaksi setara antara perusahaan yang independent atau setara perusahaan dengan pihak ketiga yang tidak berkaitan.
2. Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara
Metode ini diterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud. Metode ini mengidentifikasikan tingkat royalty acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol di mana aktiva tidak berwujud yang sama atau serupa dialihkan. Sebagaimana metode harga tidak terkontrol yang setara, metode ini bergantung pada perbandingan pasar.
3. Metode Harga Jual Kembali
Metode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan barang yang dimaksud kepada pembeli yang independent. Margin yang memadai untuk menutup beban dan laba nomal kemudian dikurangkan dari harga ini untuk memperoleh harga transfer antarperusahaan.
4. Metode Penentuan Biaya Plus
Metode ini berguna apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri atau jika suatu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.
5. Metode Laba Sebanding
Metode ini mendukung pandangan umum yang menyatakan bahwa pembayar pajak yang menghadapi situasi yang mirip harusnya memperoleh imbalan yang mirip pula selama beberapa periode waktu tertentu.
6. Metode Pemisahan Laba
Metode ini digunakan jika acuan produk atau pasar tidak tersedia. Metode ini mencakup pembagian laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa yaitu antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.
7. Metode Penentuan Harga Lainnya
Metode ini dapat digunakan jika menghasilkan ukuran harga wajar yang lebih akurat.
PRAKTIK HARGA TRANSFER
Dalam praktiknya, beberapa metode penentuan harga transfer digunakan bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode harga transfer antara lain tujuan perusahaan: apakah tujuannya adalah mengelola beban pajak, atau mempertahankan posisi daya saing perusahaan, atau memprromosikan evaluasi kerja yang setara.
MASA DEPAN
Teknologi dan perekonomian global menimbulkan tantangan sendiri bagi banyak prinsip-prinsip yang mendasari perpajakan internasional, bahwa setiap setiap bangsa memiliki hak menentukan untuk dirinya sendiri seberapa banyak pajak yang dapat dikumpulkan dari rakyatnya dan kalangan usaha yang ada di dalam wilayahnya. Namun, pemerintah di seluruh dunia mengharuskan metode penentuan harga transfer pada prinsip harga wajar. Yaitu, perusahan multinasional di Negara berbeda dikenakan pajak seakan-akan mereka adalah perusahaan independent yang beroperasi secara wajar dari satu sama lain. Perhitungan harga wajar tidak relevan karena semakin sedikit perusahaan yang beropreasi dengan cara ini. Efeknya bagi perpajakan nasional, kerjasama dan pembagian informasi yang makin erat antara otoritas pajak di seluruh dunia. Kompetisi pajak juga semakin besar. Internet membuat upaya mengambil keuntungan dari Negara surga pajak semakin mudah. Pajak tunggal juga digunakan sebagai alternative untuk menggunakan harga transfer dalam menentukan penghasilan kena pajak.
Hal yang diperhatikan dalam pembentukan organisasi yang di dalamnya akan timbul harga transfer dan hubungannya dengan proses sistem pengendalian manajemen adalah:
- Menetapkan tujuan yang selaras antara divisi dan
perusahaan. Dalam arti bahwa manajer divisi mengambil keputusan yang akan
memaksimumkan laba perusahaan dengan memaksimumkan laba divisinya.
- Menetapkan otonomi tiap divisi. Agar nantinya
terjaga otonomi divisi, dalam arti tidak ada campur tangan manajemen
puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam pengambilan keputusan
- Penyerahan kekuasaaan berdasarkan pada kemampuan
untuk menyerahkan tanggungjawab dari keuntungan. Tanggungjawab keuntungan
tidak dapat diserahkan dengan aman kecuali dua kondisi ada yaitu orang
yang menyerahkan memiliki seluruh informasi relevan yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan keuntungan yang optimum dan performa orang yang
menyerahkan diukur melalui bagaimana ia dengan baik membuat trade-off
biaya atau pendapatan. Oleh karena itu, idealnya organisasi harus mencari
orang-orang yang berkompeten dalam negoisasi dan arbitrasi dari harga
transfer.
- Dua keputusan yang meliputi perancangan sistem harga
transfer. Pertama adalah keputusan sourcing: haruskah perusahaan
memproduksi sendiri atau harus membelinya dari luar atau pemasok? Yang
kedua adalah keputusan harga transfer: pada harga berapa produk harus
ditransfer antar pusat laba? Idealnya, harga transfer kurang lebih seperti
harga pasar, dengan penyesuaian agar tidak ada biaya yang muncul selama
transfer dalam perusahaan.
- Jika kompetisi harga tidak terjadi, harga transfer
mungkin akan ditetapkan dengan dasar biaya ditambah laba, meskipun
beberapa harga transfer mungkin akan lebih rumit untuk dihitung dan
hasilnya kurang memuaskan bila berdasar pada harga pasar. Biaya transfer
dapat dibuat pada standar biaya ditambah profit margin, atau dengan
menggunakan sistem dari dua langkah penetapan harga.
- Metode negoisasi harga transfer harus berada
ditempatnya dan di sana harus ada mekanisme arbitrasi untuk penyelesaian
perdebatan, tetapi susunannya jangan terlalu susah supaya manajemen tidak
terlalu mencurahkan perhatian berlebih yang bisa mengakibatkan jumlah
waktu harga transfer jadi tidak semestinya.
- Terdapat beberapa contoh yang mungkin terjadi pada
organisasi kompleks secara lengkap memuaskan sistem harga transfer. Sama
dengan banyak pilihan desain pengendalian manajemen, perlu untuk memilih
yang paling baik dari beberapa aksi bagian yang hampir sempurna. Sesuatu
yang penting adalah menyadari area yang tidak sempurna dan memastikan
prosedur administrasi dipekerjakan untuk menghindari keputusan suboptimum.
Akhirnya,
coba renungkan kembali materi mengenai pusat laba dan penetapan harga transfer yang telah diberikan tutor
pada inisiasi 4 ini. Apakah masih ada hal-hal yang belum anda pahami?
Silahkan
bertanya dan berikan tanggapan anda dalam forum diskusi.
Salam
tutor anda,
Amalia
Kusuma Wardini, M.Comm.
Sumber :
http://cafe-ekonomi.blogspot.com
AKUNTANSI UNTUK LEASING
(SEWA GUNA USAHA)
Dalam
PSAK No. 30
tentang Leasing, disebutkan
bahwa kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk
pertama kalinya di Indonesia pada
tahun 1974 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perdagangan dan Menteri
Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No.
32/M/SK/2/1974 dan No.
30/Kpb/I/74 tanggal 7 Februari
1974 tentang "Perizinan Usaha
Leasing". Sejak saat
itu dan khususnya sejak
tahun 1980 jumlah
perusahaan sewa guna
usaha dan transaksi sewa
guna usaha makin
bertambah dan meningkat dari
tahun ke tahun untuk membiayai
penyediaan barang-barang modal dunia usaha.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha
patungan (joint venture) bersama perusahaan
swasta nasional telah
mampu memopulerkan peranan
kegiatan sewa guna usaha
sebagai alternatif pembiayaan
barang modal yang
sangat dibutuhkan para pengusaha
di Indonesia, di
samping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui
perbankan. Perluasan cara-cara pembiayaan tersebut
sejalan dengan definisi
leasing atau sewa
guna usaha sebagaimana dituangkan
dalam pasal 1 SKB Menteri
Keuangan, Menteri
Perdagangan dan Menteri
Perindustrian tersebut di
atas yang menyatakan: "Leasing ialah
setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk suatu
jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai
dengan hak pilih
(New York Optie)
bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang
telah disepakati bersama".
A. PENGERTIAN LEASING
Leasing adalah
perjanjian kontraktual antara
lessor dan lessee yang memberikan hak
kepada lessee untuk
menggunakan properti tertentu
yang dimiliki oleh lessor
selama periode waktu
tertentu dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah
ditentukan, yang pada umumnya dilakukan secara
periodik. Unsur penting
dari perjanjian leasing
bahwa hak
kepemilikan
lessor atas propertinya yang di-lease menjadi berkurang.
Oleh
karena lease adalah
suatu kontrak maka
perjanjian yang disetujui oleh lessor
dan lessee dapat
sangat bervariasi dan hanya
dibatasi oleh keinginan kedua
pihak tersebut. Durasi (jangka waktu lease) dapat bervariasi dari periode
waktu yang pendek
hingga seluruh umur
manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Pembayaran sewa
(rental payments) dapat dilakukan dari tahun
ke tahun dalam
jumlah yang meningkat
atau menurun; sementara nilainya dapat
ditetapkan terlebih dahulu
atau dapat bervariasi
dengan penjualan, suku bunga
utama, indeks harga
konsumen atau beberapa
faktor lainnya.
B. KEUNGGULAN LEASING
Walaupun
leasing memiliki kekurangan,
tetapi pertumbuhan
pengaplikasiannya menunjukkan bahwa
lease sering kali
memiliki keunggulan tambahan terhadap
kepemilikan properti. Beberapa
keunggulan yang umumnya dinikmati lessee adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan 100%
dengan suku bunga
tetap. Lease sering ditandatangani tanpa
membutuhkan uang muka
dari lessee, yang membantu
menghemat dana kas
yang terbatas, khususnya
sangat diinginkan oleh perusahaan
baru dan sedang
berkembang. Selain itu, pembayaran lease
juga sering bersifat
tetap sehingga melindungi
lessee dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost of money).
2. Proteksi terhadap
keusangan. Peralatan yang
di-lease dapat mengurangi risiko
keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus, dapat memindahkan risiko nilai
residu kepada lessor.
3. Fleksibilitas. Perjanjian
lease memiliki lebih
sedikit batasan-batasan bila
dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang inovatif mampu
membuat perjanjian lease disesuaikan dengan kebutuhan khusus lessee. Misalnya,
pembayaran sewa dapat diatur untuk memenuhi waktu pendapatan kas
yang dihasilkan oleh
peralatan yang di-lease
sehingga pembayaran dapat dilakukan
pada saat peralatan
tersebut mulai produktif.
4. Pembiayaan yang
lebih murah. Beberapa
perusahaan menyadari bahwa pembiayaan
dengan lease ternyata
jauh lebih murah
daripada jenis pembiayaan lainnya.
5. Pembiayaan di
luar neraca (off-balance-sheet financing).
Beberapa lease tidak mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan
untuk melakukan pinjaman. Pembiayaan
di luar neraca
semacam itu penting bagi perusahaan tertentu.
C. SIFAT KONSEPTUAL LEASE
Secara
singkat, FASB setuju
dengan pendekatan kapitalisasi
apabila lease serupa dengan
pembelian seluruh cicilan,
dengan menyatakan bahwa lease
yang secara substansial
memindahkan seluruh manfaat
dan risiko dari kepemilikan properti harus
dikapitalisasi. Pemindahan kepemilikan dianggap terjadi hanya
jika lease tersebut
tidak dapat dibatalkan.
Tidak dapat dibatalkan berarti
bahwa kontrak lease
bisa dibatalkan hanya
bila terjadi suatu hal
yang bersifat kontinjensi
atau ketentuan pembatalan
dari penalty kontrak begitu
tinggi bagi lessee
sehingga kemungkinan pembatalan
terjadi sangat kecil. Hanya
lease yang tidak
dapat dibatalkan yang
perlu dikapitalisasi.
Dengan
demikian, dapat diambil
3 kesimpulan. (1)
Karakteristik yang menunjukkan bahwa
secara substansial semua
manfaat dan risiko kepemilikan yang telah ditransfer
harus diidentifikasi. (2) Karakteristik yang sama harus
diterapkan secara konsisten
kepada lessee dan
lessor. (3) Lease yang
tidak mentransfer semua
manfaat dan risiko
secara substansial disebut sebagai lease
operasi. Kontrak lease
ini tidak perlu
dikapitalisasi, tetapi
diperlakukan sebagai pembayaran lease dan penerimaan lease.
AKUNTANSI OLEH LESSEE
A. PENCATATAN LEASE
Jika lessee mengkapitalisasi lease
maka lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban
yang umumnya sama
dengan nilai sekarang
pembayaran sewa, lessor yang
sudah memindahkan secara
substansial seluruh manfaat
dan risiko kepemilikan, mengakui
penjualan dengan mengeluarkan
aktiva dari neraca dan menggantikannya dengan piutang. Jurnal yang dibuat oleh lessor dan lessee dengan
asumsi peralatan di-lease dan dikapitalisasi adalah sebagai berikut:
Lessee Lessor
Peralatan
yang di-lease RpXXX Piutang lease
(bersih) RpXXX
Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX
Karena sudah mengkapitalisasi aktiva,
lessee akan mencatat penyusutan. Lessor
dan lessee akan
memperlakukan pembayaran lease
sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika kontrak lease tidak
dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan tidak
ada aktiva yang
dikeluarkan dari pembukuan
tersebut. Pada saat pembayaran lease
dilakukan, lessee mencatat
beban sewa dan
lessor mengakui pendapatan sewa.
Untuk
lease yang dicatat
sebagai Lease Modal
(capital lease), lease harus
dianggap tidak dapat
dibatalkan, dan memenuhi
satu dari lebih
empat kriteria berikut ini:
1. Lease
mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.
2. Lease memiliki
opsi untuk membeli
dengan harga khusus
(bargain purchase option).
3. Jangka waktu
lease sama dengan
atau lebih 75%
dari estimasi umur ekonomis aktiva yang di-lease.
4. Nilai sekarang
(present value) dan
pembayaran lease minimum
(tidak termasuk biaya executory)
sama dengan atau
melebihi 90% dari
nilai wajar properti yang di-lease.
Lease yang
tidak memenuhi salah
satu kriteria di
atas diklasifikasikan sebagai
Lease Operasi (operating lease).
B. KRITERIA KAPITALISASI
Keempat kriteria
kapitalisasi yang berlaku
untuk lease bersifat kontroversial dan
sulit diterapkan dalam
praktik. Kriteria-kriteria tersebut akan dibahas berikut ini.
1. Pengujian
Pengalihan Kepemilikan
Jika lease tersebut
mengalihkan kepemilikan aktiva
kepada lessee maka lease itu
dianggap sebagai lease
modal. Kriteria ini
tidak bersifat kontroversial dan
mudah untuk diterapkan.
2. Pengujian
Opsi untuk Pembelian dengan Harga Khusus (Bargain Purchase Option)
Opsi
pembelian khusus adalah
sebuah provisi yang
memungkinkan lessee untuk membeli
properti yang di-lease
dengan harga yang
secara signifikan lebih rendah
dibandingkan nilai wajar
properti yang diharapkan pada tanggal
opsi itu dapat
digunakan. Pada awal
lease, perbedaan antara harga
opsi dengan nilai
pasar wajar yang
diharapkan harus cukup
besar sehingga realisasi dari opsi bisa dipastikan secara layak.
3. Pengujian
Umur Ekonomis (Pengujian 75%)
Jika periode lease sama dengan atau melebihi 75% dari umur ekonomis aktiva, di
mana sebagian besar
risiko dan imbalan
atas pemilikan barang dialihkan ke lessee maka perlu
dilakukan kapitalisasi. Akan tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan
umur ekonomis aktiva dapat menimbulkan masalah.
4. Pengujian
Pemulihan Investasi (Pengujian 90%)
Jika nilai sekarang
(present value) dari
pembayaran lease minimum (minimum lease
payments) sama dengan
atau melebihi 90%
dari nilai pasar wajar aktiva maka aktiva yang di-lease
harus dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk
pengujian ini bahwa
jika nilai sekarang
pembayaran lease minimum tidak
berbeda banyak dengan
harga pasar aktiva
maka secara efektif
aktiva tersebut dapat dibeli.
C. AKTIVA DAN KEWAJIBAN YANG DIPERLAKUKAN SECARA
BERBEDA
Dalam
transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber pembiayaan. Lessor
membiayai transaksi (menyediakan
modal investasi) melalui aktiva
yang di-lease, dan
lessee melakukan pembayaran
sewa, yang sebenarnya merupakan
pembayaran cicilan. Oleh
karena itu, selama
umur properti yang di-lease,
pembayaran sewa kepada
lessor mencakup pembayaran pokok
ditambah bunga.
1. Pencatatan Aktiva dan Kewajiban
Dalam metode lease
modal, lessee memperlakukan
transaksi lease seolah-olah aktiva
telah dibeli dalam
transaksi pembiayaan di
mana aktiva diperoleh dan
kewajiban diakui. Oleh karena itu, lessee mencatat lease modal sebagai aktiva
dan kewajiban pada nilai terendah
antara (a) nilai
sekarang (present value) dari
pembayaran lease minimum
(tidak termasuk cost executory) atau
(b) nilai pasar
wajar aktiva yang
di-lease pada awal
lease. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini bahwa aktiva yang di-lease
tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai pasar wajarnya.
2. Periode Penyusutan
Salah satu
aspek yang menyulitkan
akuntansi untuk penyusutan
aktiva yang di-lease yang
dikapitalisasi berhubungan dengan
periode penyusutan. Jika perjanjian
lease mengalihkan kepemilikan
aktiva kepada lessee (Kriteria 1) atau mencakup opsi
pembelian dengan harga khusus (Kriteria 2) maka
aktiva yang di-lease
dengan cara yang
konsisten melalui kebijakan penyusutan norma lessee atas aktiva
yang dimilikinya, dengan menggunakan umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika
lease tidak mengalihkan kepemilikan atau
tidak mencakup opsi
pembelian dengan harga
khusus maka aktiva disusutkan selama masa lease.
3. Metode Bunga Efektif
Selama jangka
waktu lease, metode
bunga efektif digunakan
untuk mengalokasikan setiap pembayaran
lease antara pokok
dan bunga. Metode ini
menghasilkan beban bunga
periodik yang sama
dengan persentase konstan dari
nilai tercatat kewajiban lease. Tingkat
diskonto yang digunakan
oleh lessee untuk
menentukan nilai sekarang dari
pembayaran lease minimum harus digunakan oleh lessee ketika mengaplikasikan
metode bunga efektif pada lease modal.
4. Konsep Penyusutan
Walaupun
jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai kewajiban
telah dihitung pada
nilai sekarang yang
sama, tetapi penyusutan aktiva
dan pengurangan kewajiban
adalah 2 proses
akuntansi yang independen selama
jangka waktu lease.
Lessee harus menyusutkan aktiva
yang di-lease dengan menggunakan metode penyusutan konvensional; garis lurus,
jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi, dan lainnya.
AKUNTANSI OLEH LESSOR
A. KEUNGGULAN LEASING BAGI LESSOR
Keunggulan leasing
bagi lessor adalah :
sebagai
berikut.
1. Pendapatan bunga. Leasing adalah salah satu
bentuk pembiayaan. Oleh karena itu, lembaga
keuangan dan perusahaan
leasing menganggap leasing sangat
menarik karena menyediakan
marjin bunga yang kompetitif
2. Insentif
Pajak. Dalam banyak
kasus, perusahaan yang
me-lease tidak dapat menggunakan
manfaat pajak, tetapi
leasing memberikan mereka peluang untuk
mengalihkan manfaat pajak
semacam itu kepada
pihak lain (lessee) berupa pengembalian atas tarif sewa yang lebih
rendah dari aktiva yang di-lease.
3. Nilai
Residu yang Tinggi.
Keunggulan lain bagi
lessor adalah pengembalian properti
pada akhir masa
lease. Nilai residu
dapat menghasilkan laba yang sangat besar.
Dari sudut
pandang lessor, semua
lease dapat diklasifikasikan untuk tujuan akuntansi sebagai berikut :
1. Lease operasi.
2. Lease pembiayaan langsung.
3. Lease jenis penjualan.
Kriteria
Kapitalisasi (Lessor)
Kelompok
I
1. Lease
mengalihkan kepemilikan properti kepada lessee.
2. Lease
mencakup opsi pembelian dengan harga khusus.
3. Jangka waktu
lease sama dengan
atau lebih dari
75% estimasi umur ekonomis properti yang di-lease.
4. Nilai
sekarang dari pembayaran lease minimum (kecuali cost executory) sama dengan
atau melebihi 90% nilai wajar properti yang di-lease.
Kelompok
II
1. Ketertagihan pembayaran
yang diperoleh dari
lessee dapat diprediksi secara layak.
2. Tidak
ada ketidakpastian yang penting di seputar jumlah biaya/cost yang tidak dapat
dibayarkan kembali meskipun
telah dikeluarkan oleh
lessor menurut lease (apa
yang perlu dilakukan
oleh lessor secara
substansial telah selesai atau biaya masa depan dapat diprediksi secara
layak).
Mengapa kriteria
Kelompok II disyaratkan?
Jawabannya bahwa profesi ingin
memastikan bahwa lessor
telah benar-benar mengalihkan
risiko dan manfaat kepemilikan.
Jika ketertagihan pembayaran
tidak dapat diprediksi atau jika
apa yang perlu
dilakukan oleh lessor
tidak lengkap maka
kriteria untuk pengakuan pendapatan
belum dipenuhi, dan
hal itu harus diklasifikasikan sebagai lease operasi.
Perbedaan antara
lease pembiayaan langsung
dan lease jenis
penjualan bagi lessor adalah
ada atau tidaknya
untung (atau kerugian)
produsen atau penyalur: lease
jenis penjualan melibatkan
keuntungan produsen atau penyalur. Sedangkan, lease pembiayaan
langsung tidak memiliki keuntungan tersebut.
Keuntungan (atau kerugian)
lessor adalah perbedaan
nilai wajar properti yang
di-lease pada awal
lease dengan nilai
buku lessor. Umumnya lease
jenis penjualan terjadi
apabila perusahaan manufaktur
atau penyalur menggunakan leasing
sebagai sarana memasarkan produk mereka.
D. METODE PEMBIAYAAN LANGSUNG (DIRECT FINANCING
LEASE) – OLEH LESSOR
Pada hakikatnya,
lease merupakan pembiayaan
atau pembelian aktiva oleh
lessee yang mengharuskan
lessor mengganti aktiva
yang di-lease dengan “piutang
pembayaran lease”. Informasi
yang dibutuhkan untuk mencatat lease
pembiayaan langsung (direct
financing lease) ditunjukkan pada pembahasan berikut.
Perhitungan investasi
kotor (piutang pembayaran
lease) sering membi-ngungkan karena ketidakpastian mengenai
bagaimana memperhitungkan nilai residu.
Ingat, bahwa pembayaran
lease minimum mencakup
hal-hal berikut ini.
1. Pembayaran lease (tidak termasuk cost
executory)
2. Opsi pembelian dengan harga khusus (jika ada)
3. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
4. Denda atau penalty atas kegagalan untuk
memperbarui (jika ada)
INISIASI 5
Pusat Investasi
Saudara
Mahasiswa, kita lanjutkan kembali pembahasan mengenai Pusat Investasi pada
Inisiasi 5 ini.
B. Tujuan pengukuran prestasi suatu pusat
investasi, adalah :
1.
Menyediakan
informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang
digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk melakukan keputusan
yang tepat
2.
Mengukur
prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
3.
Menyediakan
alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomi.
C.
Informasi dari Pusat Investasi dapat digunakan memotivasi Manajer
Divisi dalam :
1.
Menghasilkan
laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang sumber ekonomi
dan fasilitas fisik yang digunakan.
2.
Mengambil
keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian
(return) yang memadai.
3.
Mengambil
keputusan untuk melepas/mengurangi investasi yang tidak memberikan kembalian
(return) yang memadai.
D.
Bentuk Pusat Investasi
Bentuk pusat
investasi adalah Kantor Pusat Perusahaan atau Unit Bisnis Strategis maupun
Divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menentukan keputusan
operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat (besarnya) dan
tipe (jenis) investasi.
Masalah yang
timbul pada Pusat Investasi adalah berkaitan dengan pengukuran dan tolok ukur
prestasi pusat investasi.
1.
Pada
umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan dari
investasi yang ditanamkan.
2.
Laba
yang yang diperoleh, berasal dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba
tersebut.
3.
Makin
besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.
Pengukuran
Kinerja Pusat Investasi
Pengembalian Atas
Investasi
Ukuran kinerja
yang paling lazim digunakan bagi suatu pusat investasi adalah pengembalian
investasi (return on investasi-ROI) dengan menggunakan rumus :
ROI =
Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata ATAU
ROI =
Margin x perputaran = (Laba operasi/Penjualan) x (Penjualan /Aktiva
operasi rata-
rata)
Keterangan :
·
Laba
Operasi ( operating income ) adalah laba yang dihasilkan sebelum bunga dan
pajak
·
Aktiva
operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi
·
Margin
adalah rasio dari operasi terhadap penjualan
·
Perputaran
(turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan
penjualan dengan aktiva operasi rata-rata.
Keunggulan ROI
1.
Mendorong
manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban dan investasi
yang seharusnya menjadi fokus bagi manajer investasi.
2.
Mendorong
manajer untuk memfokuskan pada efisiensi biaya
3.
Mendorong
manajer untuk memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi sehingga mengurangi
investasi yang berlebihan.
Kelemahan ROI
1.
Manajer
pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI pusat
pertanggung jawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusahaan
secara keseluruhan.
2.
Mendorong
Manajer pusat investasi hanya berpikiran jangka pendek tanpa memperhatikan
kepentingan jangka penjang.
Laba Residu (Economic Value
Added-EVA)
Laba Residu
(economic value added-EVA) adalah laba operasional setelah pajak dikurangi
dengan total biaya modal tahunan. Jika EVA positif berarti perusahaan manambah
kekayaan, jika negative berarti perusahaan menyia-nyiakan modal. EVA juga
menghasilkan tingkat pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan
bersih (pengembalian) dengan modal yang dipakai. Intinya EVA penekanannya pada
pendapatan bersih operasi dengan biaya actual dari modal.
EVA = Laba operasional setelah pajak –
(Biaya tertimabang rata-rata atas modal x Total
modal terpakai
Kesulitan yang
dihadapi oleh perusahaan adalah dalam menghitung biaya modal yang terpakai.
Untuk itu digunakan langkah-langkah :
1)
Menentukan
biaya tertimbang rata-rata atas modal (prosentase).
Dalam menghitung biaya tertimabang
rata-rata atas modal, perusahaan barus mengidentifikasi seluruh sumber dari
dana yang diinvestasikan. Sumber-sumber pinjaman, dan ekuitas.
2)
Menentukan
total jumlah modal yang dipakai.
EVA digunakan untuk menganalisa apakah
suatu proyek individual itu diterima atau ditolak. Selain itu sejumlah
perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang
benar dari berbagai divisi dengan menunjukan bahwa penekanan semata-mata pada
pendapatan operasional tidaklah mencukupi. Alasan yang menggarisbawahi adalah
EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
b.
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image021.png)
![](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image021.png)
c.
Balanced Scorecard Basics
d. The
balanced scorecard is a strategic planning and management system that is used
extensively in business and industry, government, and nonprofit organizations
worldwide to align business activities to the vision and strategy of the
organization, improve internal and external communications, and monitor
organization performance against strategic goals. It was originated by Drs.
Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton as a performance measurement
framework that added strategic non-financial performance measures to
traditional financial metrics to give managers and executives a more 'balanced'
view of organizational performance. While the phrase balanced scorecard
was coined in the early 1990s, the roots of the this type of approach are deep,
and include the pioneering work of General Electric on performance measurement
reporting in the 1950’s and the work of French process engineers (who created
the Tableau de Bord –
literally, a "dashboard" of performance measures) in the early part
of the 20th century.
e. The
balanced scorecard has evolved from its early use as a simple performance
measurement framework to a full strategic planning and management system. The
“new” balanced scorecard transforms an organization’s strategic plan from an
attractive but passive document into the "marching orders" for the
organization on a daily basis. It provides a framework that not only provides
performance measurements, but helps planners identify what should be done and
measured. It enables executives to truly execute their strategies.
f. This
new approach to strategic management was first detailed in a series of articles
and books by Drs. Kaplan and Norton. Recognizing some of the weaknesses and
vagueness of previous management approaches, the balanced scorecard approach
provides a clear prescription as to what companies should measure in order to
'balance' the financial perspective. The balanced scorecard is a management
system (not only a measurement system) that enables organizations to clarify
their vision and strategy and translate them into action. It provides feedback
around both the internal business processes and external outcomes in order to
continuously improve strategic performance and results. When fully deployed,
the balanced scorecard transforms strategic planning from an academic exercise
into the nerve center of an enterprise.
g. Kaplan
and Norton describe the innovation of the balanced scorecard as follows:
h. "The
balanced scorecard retains traditional financial measures. But financial
measures tell the story of past events, an adequate story for industrial age
companies for which investments in long-term capabilities and customer
relationships were not critical for success. These financial measures are inadequate,
however, for guiding and evaluating the journey that information age companies
must make to create future value through investment in customers, suppliers,
employees, processes, technology, and innovation."
![Description: balanced scorecard](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image022.jpg)
![Description: balanced scorecard](file:///C:/Users/HOTMAN~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image022.jpg)
i. Adapted
from Robert S. Kaplan and David P. Norton, “Using the Balanced Scorecard as a
Strategic Management System,” Harvard Business Review (January-February 1996):
76.
j. Perspectives
k. The
balanced scorecard suggests that we view the organization from four
perspectives, and to develop metrics, collect data and analyze it relative to
each of these perspectives:
l. The Learning & Growth Perspective
This perspective includes employee training and corporate cultural attitudes related to both individual and corporate self-improvement. In a knowledge-worker organization, people -- the only repository of knowledge -- are the main resource. In the current climate of rapid technological change, it is becoming necessary for knowledge workers to be in a continuous learning mode. Metrics can be put into place to guide managers in focusing training funds where they can help the most. In any case, learning and growth constitute the essential foundation for success of any knowledge-worker organization.
This perspective includes employee training and corporate cultural attitudes related to both individual and corporate self-improvement. In a knowledge-worker organization, people -- the only repository of knowledge -- are the main resource. In the current climate of rapid technological change, it is becoming necessary for knowledge workers to be in a continuous learning mode. Metrics can be put into place to guide managers in focusing training funds where they can help the most. In any case, learning and growth constitute the essential foundation for success of any knowledge-worker organization.
m. Kaplan
and Norton emphasize that 'learning' is more than 'training'; it also includes
things like mentors and tutors within the organization, as well as that ease of
communication among workers that allows them to readily get help on a problem
when it is needed. It also includes technological tools; what the Baldrige criteria
call "high performance work systems."
n. The Business Process Perspective
This perspective refers to internal business processes. Metrics based on this perspective allow the managers to know how well their business is running, and whether its products and services conform to customer requirements (the mission). These metrics have to be carefully designed by those who know these processes most intimately; with our unique missions these are not something that can be developed by outside consultants.
This perspective refers to internal business processes. Metrics based on this perspective allow the managers to know how well their business is running, and whether its products and services conform to customer requirements (the mission). These metrics have to be carefully designed by those who know these processes most intimately; with our unique missions these are not something that can be developed by outside consultants.
o. The Customer Perspective
Recent management philosophy has shown an increasing realization of the importance of customer focus and customer satisfaction in any business. These are leading indicators: if customers are not satisfied, they will eventually find other suppliers that will meet their needs. Poor performance from this perspective is thus a leading indicator of future decline, even though the current financial picture may look good.
Recent management philosophy has shown an increasing realization of the importance of customer focus and customer satisfaction in any business. These are leading indicators: if customers are not satisfied, they will eventually find other suppliers that will meet their needs. Poor performance from this perspective is thus a leading indicator of future decline, even though the current financial picture may look good.
p. In
developing metrics for satisfaction, customers should be analyzed in terms of
kinds of customers and the kinds of processes for which we are providing a
product or service to those customer groups.
q. The Financial Perspective
Kaplan and Norton do not disregard the traditional need for financial data. Timely and accurate funding data will always be a priority, and managers will do whatever necessary to provide it. In fact, often there is more than enough handling and processing of financial data. With the implementation of a corporate database, it is hoped that more of the processing can be centralized and automated. But the point is that the current emphasis on financials leads to the "unbalanced" situation with regard to other perspectives. There is perhaps a need to include additional financial-related data, such as risk assessment and cost-benefit data, in this category.
Kaplan and Norton do not disregard the traditional need for financial data. Timely and accurate funding data will always be a priority, and managers will do whatever necessary to provide it. In fact, often there is more than enough handling and processing of financial data. With the implementation of a corporate database, it is hoped that more of the processing can be centralized and automated. But the point is that the current emphasis on financials leads to the "unbalanced" situation with regard to other perspectives. There is perhaps a need to include additional financial-related data, such as risk assessment and cost-benefit data, in this category.
r. Strategy
Mapping
s. Strategy
maps are communication tools used to tell a story of how value is created for
the organization. They show a logical, step-by-step connection between
strategic objectives (shown as ovals on the map) in the form of a
cause-and-effect chain. Generally speaking, improving performance in the
objectives found in the Learning & Growth perspective (the bottom row)
enables the organization to improve its Internal Process perspective Objectives
(the next row up), which in turn enables the organization to create desirable
results in the Customer and Financial perspectives (the top two rows).
t.
INISIASI 6
PERSEROAN: MODAL DISETOR
1. Perseroan Terbatas
dan Modal Saham
Badan
usaha yang berbentuk
PT (Perseroan Terbatas)
secara hukum merupakan suatu
pribadi yang berdiri
sendiri. Hak dan
kewajiban yang ada pada
perusahaan berbentuk PT adalah hak dan kewajiban PT itu sendiri. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa
pemilik perusahaan yang berbentuk PT secara hukum terpisah
dengan perusahaan yang bersangkutan.
Dilihat dari
kaca mata akuntansi,
PT merupakan bentuk
badan usaha yang sesuai
dengan entity theory.
Entity theory memandang
perusahaan sebagai satu kesatuan
akuntansi yang berdiri
sendiri. Dalam hal
ini, perusahaan mempunyai kewajiban
pertanggungjawaban atas kekayaan
yang dikelolanya kepada 2
pihak, yaitu (1)
pihak luar sebagai
pemberi pinjaman, dan (2) pemilik
sebagai penyetor modal.
Ditinjau dari sumbernya, kekayaan yang
dimiliki oleh sebuah PT berasal dari 3 sumber, yakni (1) dari pihak luar yang
berbentuk utang (kewajiban), (2)
dari pemilik yang
berupa setoran modal,
dan (3) dari
hasil operasi perusahaan yang
berbentuk laba ditahan.
Sumber kekayaan yang
berasal dari pemilik biasa disebut sebagai Modal Saham (Stockholder’s
Equity) atau Shareholder’s Equity. Modal Saham
bersama Laba Ditahan
membentuk pos (rekening, akun)
Modal Sendiri (Owner’s
Equity) yang menunjukkan besarnya hak pemilik atas
kekayaan PT yang bersangkutan.
Pada
saat pendiriannya, sebuah
PT mendapatkan modal
dengan jalan menerbitkan dan
menjual saham. Jumlah
dan nilai saham
yang diterbitkan dan dijual
tersebut ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan
Akte Pendirian (Article of
Incorporation). Dengan demikian,
pemilikan atas sebuah
PT diwujudkan dengan dimilikinya
saham yang dikeluarkan
oleh PT tersebut. Pemilik mengawasi
operasi perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen dengan jalan
memilih dan membentuk
Dewan Komisaris (Board
of Directors) yang dilakukan
pada saat diadakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Terdapat beberapa jenis Perseroan
Terbatas yang secara garis besar dapat digolongkan sebagai berikut.
1. PT Pemerintah
(Public Corporations), merupakan
PT yang pemegang sahamnya adalah
pemerintah tempat PT
tersebut berdiri. Di
Indonesia PT jenis ini biasa disebut dengan PT – Persero, misalnya PT
Kereta Api Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT
PLN, PT
Perusahaan Tambang Minyak
& Gas Nasional,
PT Pelabuhan Indonesia II,
dan lain-lain. PT
ini bisa juga
tidak sepenuhnya milik pemerintah. Pihak swasta pun boleh memiliki
sahamnya, namun dengan proporsi yang lebih kecil, sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. PT swasta
(Private Corporation), merupakan
PT yang pemegang sahamnya didominasi oleh swasta.
Dilihat dari ada tidaknya saham yang diterbitkan, private corporation’s terdiri atas:
a. Tanpa saham
PT
ini tidak menerbitkan
saham dan tidak
bertujuan untuk mencari laba. Di Indonesia PT jenis ini tidak
ada.
b. Dengan saham
PT
jenis ini beroperasi
dengan tujuan untuk
mencari laba, dan ia
menerbitkan saham sebagai
bukti pemilikannya. PT
dengan saham dapat dibagi menjadi
berikut ini:
1)
PT tertutup (closed corporations)
Saham
yang diterbitkan PT
jenis ini hanya
dimiliki oleh beberapa orang
tertentu saja, dan
biasanya merupakan
perusahaan keluarga. Saham
yang diterbitkannya tidak
dijual kepada masyarakat umum.
2)
PT terbuka (open corporations)
Saham yang diterbitkan oleh PT Terbuka
dijual secara bebas ke masyarakat luas. PT Terbuka bisa berbentuk:
a)
PT terdaftar (listed corporations)
Pada PT jenis ini,
saham yang diterbitkan
diperjualbelikan oleh sebuah lembaga
resmi. Contohnya, di
Indonesia, lembaga yang mengelola
saham-saham yang diterbitkan oleh perusahaan
yang go public adalah
PT. Danareksa Sekuritas. Go
public merupakan istilah
yang digunakan untuk perusahaan
yang menerbitkan saham dan menjualnya ke masyarakat luas.
b)
PT tidak terdaftar
(unlisted corporations atau over
the counter corporation)
Saham
yang diterbitkan diperjualbelikan lewat
agen surat berharga yang
ditunjuknya.
A. CIRI-CIRI SAHAM
Saham sebagai
bukti pemilikan PT
yang mengeluarkannya bisa mempunyai nilai
nominal ataupun tidak
bernominal. Saham yang
tidak bernilai nominal dapat
memiliki suatu nilai
yang ditetapkan terlebih
dahulu oleh PT yang
bersangkutan. Pemerintah tempat
PT tersebut berdiri
sering juga membuat peraturan
yang mengharuskan adanya
saham sebesar nilai tertentu walaupun saham tersebut tidak
bernilai nominal. Ada juga saham tak bernilai
nominal yang ditetapkan
nilai minimumnya. Hal
ini bertujuan agar PT
penerbit bisa memperoleh
modal dengan jumlah
minimum tertentu dari penjualan saham
tersebut. Nilai nominal
saham biasanya ditetapkan
dalam jumlah yang kecil dengan
maksud agar saham dapat lebih
mudah terjual. Di samping
itu, dengan nilai
nominal yang kecil
dapat dihindari setoran
modal yang lebih rendah dari nilai nominal saham.
Hak-hak pemegang
saham, antara lain
berikut :
1. Hak Suara
Hak ini
digunakan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham
untuk dapat ikut serta menentukan
kebijaksanaan manajemen perusahaan.
2. Hak Pembagian Laba
Pemegang saham
mempunyai hak untuk
ikut mendapatkan bagian
laba yang dihasilkan oleh
perusahaan. Pembagian laba
ini berupa dividen yang akan dibagikan sesuai dengan
kebijaksanaan manajemen.
3. Hak memperhatikan proporsi pemilikan saham
Hak ini
digunakan dalam perusahaan
yang mengeluarkan saham
baru. Para pemegang saham
akan memperoleh kesempatan
pertama untuk membeli saham
baru yang diterbitkan
sebanyak proporsional jumlah saham
yang dimilikinya sehingga
jika pemegang saham
menggunakan haknya tersebut maka
proporsi pemilikan saham
akan tetap. Hak
untuk membeli saham baru ini disebut dengan preemptive right.
4. Hak pembagian harta perusahaan pada saat
likuidasi
Apabila oleh
karena suatu hal
perusahaan harus menutup
usahanya (likuidasi) maka pemegang
saham berhak atas
sisa harta perusahaan setelah kewajiban perusahaan
kepada pihak luar terselesaikan semua.
B. JENIS SAHAM
Terdapat 2
jenis saham yang
lazim dikeluarkan oleh
sebuah PT, yaitu saham
biasa (common stock) dan saham prioritas
(preference/ preferred stock). Perbedaan antara kedua
jenis saham tersebut adalah sebagai berikut.
1. Saham Biasa
Saham Biasa
memiliki hak atas
kekayaan perusahaan dan
hak atas pembagian laba
pada urutan yang
terakhir. Dengan demikian,
apabila pada suatu saat
perusahaan harus dilikuidasi,
pemegang saham biasa
baru dapat menerima hak
atas kekayaan perusahaan
setelah kewajiban kepada
kreditor dan hak pemegang
saham prioritas dipenuhi
atau terselesaikan.
2. Saham Prioritas
Saham jenis
ini mempunyai keistimewaan-keistimewaan tertentu dibanding dengan
saham biasa. Keistimewaan
tersebut, antara lain
berikut ini.
a. Prioritas dalam hal pembagian dividen
Dalam hal
pembagian dividen, pemegang
saham prioritas berhak
untuk menerima terlebih dahulu.
Untuk itu saham
prioritas diterbitkan dengan nilai nominal untuk menentukan
besarnya dividen yang diterimanya.
b. Prioritas atas pembagian aktiva perusahaan
saat likuidasi
Pada
saat
perusahaan dilikuidasi, pemegang
saham prioritas akan menerima
pembagian aktiva perusahaan
setelah kewajiban terhadap kreditor dipenuhi
perusahaan. Dengan begitu
pemegang saham prioritas mempunyai hak
untuk menerima pembagian
aktiva perusahaan lebih dahulu dari pemegang saham biasa.
c. Dapat ditukarkan menjadi saham biasa
Ada perusahaan
yang memberikan hak
kepada pemegang saham prioritasnya untuk
bisa menukarkannya menjadi
saham biasa setelah jangka waktu tertentu
masa pemilikannya dengan
rasio pertukaran tertentu. Saham
prioritas dengan hak
konversi (convertible preferred stock) ini
tidak hanya mendapatkan
hak prioritas atas
pembagian dividen, tetapi ia juga mempunyai hak tukar menjadi saham
biasa.
d. Dapat dipanggil/dilunasi setiap saat
Jenis
saham prioritas yang dapat dipanggil setiap saat (callable prefered stock)
setelah lewat jangka
waktu pemilikan tertentu
dapat ditarik/dilunasi oleh perusahaan
penerbit jika dirasa perlu.
Nilai pelunasan saham prioritas
biasanya sudah ditentukan
lebih dahulu dan besarnya biasanya di atas nilainya pada
saat diterbitkan.
3. Jenis Hak Preferen Saham Prioritas Atas
Dividen
Dalam
kaitannya dengan pembagian dividen, hak preferen yang ada pada saham prioritas
bisa dibagi menjadi, seperti berikut.
a. Kumulatif berpartisipasi
b. Kumulatif dan tidak berpartisipasi
c. Tidak kumulatif berpartisipasi
d. Tidak kumulatif tidak berpartisipasi
Akuntansi untuk
Penerbitan Saham dan Transaksi Terkait
Perusahaan yang
berbentuk PT (Perseroan
Terbatas) memperoleh
modalnya dengan jalan
menerbitkan dan menjual
saham. Banyaknya saham, jenisnya,
dan cara pemilikannya
diatur dalam akte
pendirian (Certificate of Corporation)-nya. Pemilik
PT merupakan orang
yang memiliki saham PT
tersebut. Modal yang diperoleh
dari menerbitkan saham disebut
Modal Saham. Dalam
kaitannya dengan pengeluaran
saham, terdapat istilah-istilah yang harus Anda pahami dari modal saham,
yaitu:
1. Modal
Saham Diotorisasi atau
Modal Saham Statutair
atau Modal Dasar
Adalah
jumlah saham beserta
nilai nominalnya yang
dapat diterbitkan sesuai dengan
akte pendirian PT yang bersangkutan.
2. Modal Saham Beredar
Adalah jumlah saham yang terjual dan
berada dalam peredaran.
3. Modal Saham Belum Beredar
Adalah
jumlah saham yang
sudah ada otorisasi
pengeluarannya, tetapi masih
belum terjual.
4. Modal Saham Yang Ditarik Dari Peredaran
(Treasury Stock)
Adalah
jumlah lembar saham
beserta nilai nominalnya
yang pernah beredar yang
kemudian dibeli kembali
(ditarik dari peredaran)
oleh PT yang bersangkutan.
5. Modal Saham Ditempatkan
Adalah jumlah modal saham beredar
ditambah treasury stock.
6. Modal Saham Belum Ditempatkan
Adalah
selisih antara modal
saham diotorisasi dengan
modal saham ditempatkan.
7. Modal Saham Dipesan
Adalah
jumlah saham yang
telah dipesan pembeliannya
oleh pihak tertentu. Saham
yang dipesan ini baru akan
diserahkan kepada pembelinya
setelah harga saham tersebut dibayarkan semuanya.
A. SAHAM BERNILAI NOMINAL
Dari Kegiatan
Belajar 1 Anda
telah mengetahui bahwa
saham yang dikeluarkan oleh
sebuah PT bisa
mempunyai nilai nominal
ataupun tidak. Besarnya nilai
nominal telah ditentukan
dalam akte pendirian
PT tersebut. Harga jual saham
sering kali berbeda dengan nilai nominalnya. Hak ini dapat dimaklumi karena
kondisi perekonomian serta
perusahaan penerbit sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya harga jual
saham. Standar Akuntansi Indonesia mengatur
agar saham dicatat
sebesar nilai nominalnya.
Apabila ternyata harga jual saham lebih tinggi dari nominalnya maka
kelebihan harga tersebut dicatat sebagai
Agio Saham. Sedangkan
apabila harga jual
saham lebih rendah dari nominalnya maka selisih kurangnya dicatat
sebagai Disagio Saham. Dalam neraca
pos Agio dan
Disagio Saham disajikan
sebagai penambah dan pengurang
pos modal saham
yang akan membentuk
Modal Disetor. Agio atau Disagio Saham untuk masing-masing jenis saham
dicatat secara terpisah. Apabila
penjualan saham menimbulkan
disagio, pada dasarnya perusahaan
berhak melakukan pungutan
tambahan kepada pemegang saham.
Masalah mengenai pungutan
tambahan ini akan
dibahas tersendiri dalam sub-bahasan
yang terpisah. Agio
atau Disagio yang
timbul dari penjualan saham
akan dihapuskan secara
proporsional pada saat
saham ditarik dari peredarannya.
B. SAHAM TANPA NILAI NOMINAL
Terdapat 2
alasan terhadap penerbitan
saham tanpa nilai
nominal, yaitu (1) untuk
menghindari timbulnya disagio
saham yang menyebabkan
adanya semacam kewajiban bersyarat (contingent liability) kepada
pemegang saham, dan (2) sukar
untuk menghubungkan antara
nilai saham dengan
nilai sehat (fair market
value)-nya. Meskipun demikian
jarang ada pemerintah
suatu negara yang mengizinkan pengeluaran jenis saham ini.
C. PENJUALAN SAHAM DENGAN PROSEDUR PESANAN
Adakalanya penjualan
saham dilakukan dengan
menggunakan prosedur pesanan.
Yang dimaksud dengan prosedur pesanan adalah pembeli memesan terlebih dahulu
atas saham yang
akan dibelinya. Pada
umumnya pesanan tersebut disertai
dengan pembayaran uang muka untuk sebagian harga saham yang dipesan.
Saham yang dipesan
biasanya baru akan
diserahkan kepada pemesannya apabila
si pemesan tersebut
telah melunasi seluruh
harga jual saham yang
dipesan. Yang berlaku
di negara Amerika
Serikat, pada umumnya penjualan
saham dengan prosedur
pesanan dilakukan oleh perusahaan kecil
yang hendak melakukan
go public. Bisa
juga prosedur ini dilakukan
oleh suatu perusahaan
apabila ia memberi
kesempatan kepada pegawainya
untuk ikut memiliki perusahaan dengan cara membeli sahamnya.
D. PENJUALAN SAHAM SECARA LUMPSUM
Penjualan secara
lumpsum adalah penjualan
terhadap beberapa jenis saham dengan harga gabungan. Sebagai
contoh, 100 lembar saham biasa dan 50 lembar
saham prioritas dijual
dengan harga Rp. 30.000.000,00. Masalah akuntansi yang
timbul di sini
adalah bagaimana mengalokasikan harga gabungan tersebut
ke masing-masing jenis
saham agar dapat
ditentukan masing-masing
harga jualnya. Hal
ini perlu dilakukan
mengingat prinsip akuntansi mengharuskan
untuk mencatat tiap
jenis saham yang
dikeluarkan dengan terpisah.
Ada
dua metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan harga jual gabungan ke
tiap jenis saham,
yaitu (1) Metode
Proporsional (Proportional Method), dan (2) Metode
Inkremental (Incremental Method).
E. PENJUALAN SAHAM MELALUI TRANSAKSI NONKAS
Tidak jarang
perusahaan memberikan sahamnya
sebagai imbalan dari barang
atau jasa yang
diterima dari pihak
lain. Dalam keadaan
seperti ini, akan timbul
masalah terhadap penentuan
harga jual saham
maupun harga perolehan aktiva
yang diterima. Untuk menentukan nilai pertukaran tersebut, dapat digunakan
dasar sebagai berikut.
1. Harga
jual saham ditentukan sebesar harga pasar aktiva atau harga pasar saham yang
diserahkan, mana di
antara keduanya yang
paling jelas. Dalam hal
keduanya dapat ditentukan
dengan pasti maka
diambil harga pasar saham yang
diserahkan. Ketentuan ini sesuai dengan prinsip harga perolehan (cost principles).
2. Apabila harga
pasar keduanya tidak
bisa ditentukan secara
jelas maka Dewan Komisaris
dapat memutuskan nilai
pertukaran tersebut dengan bantuan pihak ahli yang independen.
F. PUNGUTAN TAMBAHAN TERHADAP PEMEGANG SAHAM
Apabila perusahaan
mengalami keadaan tidak
mempunyai cukup kas untuk
membiayai operasi normalnya
(illiquid) maka perusahaan
atas persetujuan Dewan Komisaris
atau Rapat Umum
Pemegang Saham bisa melakukan pungutan
tambahan terhadap pemegang
saham. Pungutan tambahan ini
mengakibatkan adanya pemasukan
kas pada perusahaan.
Biasanya pungutan
dilakukan apabila dahulunya
pada saat saham
dijual, harga jual lebih
rendah dari nilai
nominalnya sehingga pungutan dimaksudkan untuk menutup kekurangan
harga jual tersebut.
G. BIAYA-BIAYA PENERBITAN SAHAM
Biaya-biaya yang
timbul sehubungan dengan
diterbitkannya saham
seperti: biaya cetak
saham, biaya advertensi
penjualan saham, biaya administrasi/perizinan penerbitan
dan penjualan saham,
komisi untuk agen, fee untuk underwriter, dan lain-lain
dapat diperlakukan sebagai berikut.
1. Sebagai pengurang
dari Agio Saham
atau penambah Disagio
Saham. Dengan perlakuan ini,
pengeluaran kas untuk
membayar biaya-biaya sehubungan dengan
penerbitan dan penjualan
saham dicatat dengan mendebit rekening Disagio Saham atau
rekening Agio Saham.
2. Diakumulasikan sebagai
biaya organisasi perusahaan
atau biaya pendirian perusahaan.
Biaya ini harus diamortisasi tiap periode akuntansi selama jangka waktu yang
telah ditentukan oleh peraturan yang ada.
H. PERUBAHAN BENTUK PERUSAHAAN NON PT MENJADI PT
Sebuah PT
mungkin saja didirikan
akibat dari perubahan
bentuk awalnya, misalnya dari
perusahaan perseorangan, firma
atau CV. Dengan demikian, perusahaan
tersebut sudah ada
terlebih dahulu, namun
hanya terjadi perubahan bentuk perusahaan.
Lalu
apa masalah akuntansinya? Masalah akuntansi PT yang berasal dari perubahan bentuk
dari non PT
adalah penentuan aktiva
dari PT itu
sendiri. Untuk mencatat hal
tersebut yang dapat
dijadikan dasar pencatatan
adalah nilai buku aktiva
perusahaan terdahulu atau
atas dasar harga
pasar/taksiran yang
disepakati. Masalah selanjutnya
adalah prosedur pencatatan
transaksi itu sendiri.
TREASURY STOCK
A. TIMBULNYA TREASURY STOCK DAN TUJUANNYA
Ada kalanya
suatu perusahaan menarik
sebagian sahamnya dari peredaran. Penarikan
saham itu bukan
dimaksudkan sebagai penghapusan hak pemilik sehingga penarikan
saham tidak bersifat permanen. Oleh karena itu, setiap saat saham yang ditarik
dapat dijual kembali tanpa perlu otorisasi, baik dari pemilik maupun dewan
direksi. Saham yang ditarik sementara oleh perusahaan yang menerbitkan itu
biasa disebut dengan Treasury Stock. Treasury
Stock selain diperoleh
dengan menarik secara
sengaja dari peredarannya, yaitu
dengan jalan membelinya,
juga dapat diperoleh, misalnya dari donasi atau sebagai
penerimaan pelunasan suatu klaim.
B. AKUNTANSI TREASURY STOCK
Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) tidak
memperkenankan adanya
pengakuan laba ataupun
rugi pada transaksi
yang menyangkut modal (ekuitas). Oleh
karena itu, jika
terdapat perbedaan antara
jumlah yang dibayarkan perusahaan
waktu membeli kembali
sahamnya sebagai treasury stock dengan
jumlah yang diterimanya
pada waktu saham
dikeluarkan dan dijual maka tidak
diperkenankan diakui sebagai laba atau rugi.
Untuk keperluan
pencatatan terhadap treasury
stock, SAK memperke-nankan untuk memilih salah satu
metode berikut.
1. Metode Harga Perolehan (Cost Method).
2. Metode Nilai Nominal (Par Value Method).
INISIASI 8
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Teman-teman mahasiswa Tuton SPM yang saya cintai, setelah
kita membahas perencanaan strategic dan penyiapan anggaran, sampailah kita pada
proses Evaluasi Kinerja. Pada tahap ini Kinerja Keuangan yang sesungguhnya
dibandingkan dengan Kinerja Keuangan yang dianggarkan dengan menggunakan suatu
alat yakni Variance Analysis atau analisis perbedaan. Namun kinerja tidak hanya
dapat diukur dari aspek financial saja, aspek non financial juga harus dapat
diukur. Untuk itu kita perlu menggunakan alat lain untuk mengukur kinerja Non
financial yakni dengan Balance Score Card (BSC).
Setelah membaca Modul 8 mengenai Pengukuran dan Evaluasi
Kinerja, pada akhir inisiasi ini anda harus mampu:
1.
Mengukur
kinerja financial dengan Variance Analysis
2.
Mengukur
kinerja manajemen dengan Balance Score Card
3.
Menetapkan
target kinerja
Nah teman-teman mahasiswa sekalian, selamat mengikuti
tuton ini, selamat belajar dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas-tugasnya
serta aktif berpartisipasi dalam forum diskusi. Kontribusi teman-teman sekalian
dalam forum ini juga akan memberikan kontribusi terhadap nilai akhir anda.
Salam tutor anda,
Amalia Kusuma Wardini
Variance Analysis
Tujuan Akhir
kita menghitung kinerja keuangan dengan analisis varians ini adalah mengukur varians laba, dimana :
Varians
Laba = Varians Pendapatan – Varians Beban (biaya)
Varians =
Selisih. Perhitungan tersebut dibuat untuk setiap lini produk kemudian
dijumlahkan untuk mendapatkan Total Varians.
Varians Positif (+) berarti menguntungkan, karena mengindikasikan Laba Aktual melebihi Laba yang dianggarkan.
Berarti
langkah yang harus kita lakukan adalah pertama, menghitung Varians Pendapatan, kemudian menghitung Varians Beban (biaya).
I. Dalam menghitung Varians Pendapatan (Selisih Penjualan), komponen perhitungannya
mencakup :
a.
Varians
Harga Penjualan = [ Harga Aktual – Harga
standar ] x volume aktual
b. Varians Bauran dan Volume = [ Volume Aktual – Volume yang dianggarkan]
x kontribusi per unit yang dianggarkan
c.
Varians
Bauran (Mix) =
[ (Total volume aktual x proporsi yang
dianggarkan) – Volume penjualan aktual ]
x kontribusi per unit yang dianggarkan
d.
Varians
Volume = [ (Total volume penjualan
aktual x Presentase yang dianggarkan) – (penjualan yang dianggarkan x
kontribusi per unit yang dianggarkan) ]
Sehingga varians pendapatan merupakan total dari
varians ketiga komponen (harga penjualan, bauran dan volume) diatas sebagaimana
dapat dilihat pada table 8.7 Modul 8.
Karena selisihnya merupakan nilia Positif (+)
maka dikatakan Menguntungkan sebagai
akibat dari Volume yang melebihi yang dianggarkan. Dari selisih penjualan (Varians Pendapatan)
tersebut dapat diuraikan lagi menjadi :
e.
Varians
Pangsa Pasar = [ (penjualan aktual –
volume industry) x penetrasi pasar yang dianggarkan x kontribusi per unit yang
dianggarkan]
f.
Varians
Volume Industri =[ (Volume industry
actual – volume industry yang dianggarkan) x penetrasi pasar yang dianggarkan x
kontribusi per unit yang dianggarkan]
Berdasarkan
table 8.8 Modul 8, diketahui bahwa
selisih pangsa pasar menunjukkan
nilai positif (+) artinya perusahaan
berhasil meraih pangsa pasar sehingga menguntungkan namun tidak untuk volume industry karena menunjukkan
nilai negative (-).
Setelah
menghitung Varians Pendapatan selanjutnya kita menghitung Varians Bebans yang
terdiri adri Biaya Manufaktur dan Biaya Non Manufaktur.
II. Dalam
menghitung Varians beban
perhitungannya mencakup biaya tetap
dan biaya variable.
Biaya manufaktur mencakup :
- Varians
Biaya Tetap = Biaya tetap actual –
Biaya tetap yang dianggarkan
- Varians
Biaya Variabel terdiri ari:
b.1.
Varians Biaya bahan baku = Biaya bahan
baku standar – biaya bahan baku sesungguhnya
b.2.
Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL) = Biaya TKL standar – biaya TKL sesungguhnya
b.3.
Varians Biaya Overhead Variabel = Biaya
Overhead standar – Biaya Overhead sesungguhnya
Biaya Non Manufaktur mencakup :
- Varians
Biaya Overhead Tetap = Biaya
Overhead standar – biaya overhead sesungguhnya
- Biaya
Pemasaran = Biaya Pemasara standar
– biaya pemasaran sesungguhnya
- Biaya
Administrasi dan Umum = Biaya
administrasi umum – biaya administrasi sesungguhnya
Kembali ke
rumus diatas, setelah total varians pendapatan dan total varians beban
diperoleh, kemudian Varians Laba dapat diketahui (lihat gambar 8.2 pada Modul 8
BMP SPM).
Ringkasan Laporan
Kinerja
Laba sesungguhnya
|
A
|
Laba dianggarkan
|
B
|
Varians
|
A - B
|
Analisis Varians
|
|
I.
Varians Pendapatan
|
I
|
II.
Varians Beban
|
II
|
Total Varians
|
I - II
|
Sehingga
Varians Laba = Varians Pendapatan – Varians beban
Nah
teman-teman mahasiswa, untuk lebih memahami mengenai analisis varians ini, coba
anda kerjakan tes formatif pada Modul 8 BMP SPM hal 8.18 s.d 8.20. Baca kembali
Kegiatan Belajar 2 mengenai Balance Score Card. Untuk lebih memahami pengukuran
dan evaluasi kinerja ini, anda akan diberikan tambahan bacaan. Selamat
belajar..!
Faktor-faktor Internal
Faktor internal perusahaan juga
menjadi penentu keharmonisan organisasi, seperti :
1) Kultur/Budaya Organisasi
Faktor internal yang terpenting
adalah kultur/budaya di dalam organisasi itu sendiri, yang meliputi kepercayaan
umum, nilai kebersamaan, norma perilaku dan asumsi yang diterima dalam
organisasi. Kultur/budaya organisasi biasanya diwarnai oleh kepribadian
pimpinan organisasi dan juga manajemen dibawahnya menyesuaikan wilayah
pengendalian.
2) Gaya Manajemen
Gaya manajemen juga juga berpengaruh
terhadap sistem pengendalian manajemen perusahaan. Pimpinan yang kharismatik
dan terbuka akan memiliki pegangan kuat atas pengendalian perusahaan, demikian
pula untuk pimpinan yang sikapnya formal dan tertib akan memberi pengaruh pada
formalitas dan tata tertib pengendalian yang berlaku.
3) Organisasi Informal
Kalau melihat struktur organisasi,
maka yang tampak adalah hubungan formal antara individu satu engan lainnya
secara formal. Seperti didalam struktur organisasi, bahwa seorang manajer
produksi melaporkan pada manajer divisi A. Namun, dalam menjalankan dan
memenuhi tanggung jawabnya, baik seorang manajer unit, unit pendukung, teman
maupun kolega saling berinteraksi. Media interaksinya juga beragam, misalnya :
klub olahraga, kelompok pengajian, grup arisan, kumpulan aktivis sosial dan
sebagainya. Oleh karena itu, proses pengendalian manajemen tidak terpisah dari
kenyataan adanya hubungan penting antara satu individu dengan individu lainnya.
4) Persepsi dan Komunikasi
Penyamaan persepsi antar individu
dalam organisasi dan baik tidaknya komunikasi antar individu akan menentukan
efektivitas sistem pengendalian. Kesulitan muncul karena ragam informasi yang
berasal dari sumber yang berbeda-beda, baik formal (anggaran, dokumen resmi)
maupun informal (pembicaraan). Untuk menyamakan persepsi, maka perusahaan
melakukan pertemuan (meeting) rutin
anggota, seminar, workshop maupun
penyebaran informasi menggunakan media kaset dan CD.
---tiada
prestasi tanpa disiplin dan kerja keras---
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Kenneth R. (1987). Concepts of Corporate Strategy,3rd Ed. (Irwin, Mc
Grawhill)
Anthony dan Govindarajan. (2004). Management Control Systems. Chicago: Irwin.
Boone, L., Kurtz, D. (1992). Contemporary Marketing. Fort Worth, TX: Dryden Press.
Cholis, David J., Montgomery, Chyntia A. (1998). Corporate Strategy. Irwin, Mc Grawhill.
"Developing
Your Strategic SWOT Analysis." Austrainer. (2005). http://www.austrainer.com/archives/1397.htm. (10 Desember 2005).
Ferrell, O., Hartline, M., Lucas, G., Luck, D. (1998). Marketing Strategy. Orlando, FL: Dryden
Press
"Swoting Your Way to Success." BHC. (2005). http://www.bradhuckelco. com. au/reports. (10
Januari 2005).
b. Formulasi Strategi
vs Pengendalian Manajemen
Jika melihat
hierarki manajemen-tiga level (Gambar 1.2.) maka manajemen dibagi menjadi tiga
level yaitu manajemen atas, manajemen tengah, dan manajemen level
bawah/operasional. Jika aktivitas perencanaan dan pengendalian dikaitkan dengan
level manajemen maka manajemen atas melakukan aktivitas formulasi strategi,
manajemen tengah melakukan aktivitas pengendalian manajemen, dan manajemen
level bawah melakukan aktivitas pengendalian tugas (Gambar 1-3).
Cara manajemen
menyelesaikan persoalan pengendalian strategik
akan berbeda dengan pengendalian manajemen. Penyelesaian persoalan
pengendalian strategik akan memfokuskan diri pada lingkungan eksternal
organisasi, bisa menyangkut industri atau lingkungan organisasi, sedangkan
persoalan pengendalian manajemen dengan memfokuskan diri pada lingkungan
internal, misalnya bagaimana mempengaruhi perilaku karyawan agar bergerak
sesuai dengan keinginan organisasi.
Salah satu bagian
dari pengendalian strategik adalah formulasi strategi. Formulasi strategi
adalah proses menentukan strategi baru, sedangkan pengendalian manajemen adalah
proses implementasi strategi. Jadi
formulasi strategi sangat tidak sistematik karena keputusan strategik yang
berhadapan dengan ancaman, kesempatan, dan ide baru tidak terjadi pada interval
rutin di samping melibatkan kebijakan
estimasi angka yang kasar. Berlawanan dengan pengendalian manajemen, di mana
prosesnya melibatkan langkah-langkah teratur
dengan menggunakan estimasi angka yang lebih pasti. Keterlibatan pada
analisis strategik melibatkan sedikit orang sebagai penyumbang ide (staf kantor
pusat, manajemen senior, dan lain-lain) dibandingkan pengendalian manajemen
yang melibatkan staf pada berbagai level dalam organisasi.
c. Pengendalian
Tugas vs Pengendalian Manajemen
Perbedaan utamanya
adalah pengendalian tugas sangat scientific
sedangkan pengendalian manajemen tidak. Pada pengendalian manajemen manajer
berinteraksi dengan manajer lain, pada pengendalian tugas kadang malah tidak
berhubungan sama sekali dengan manusia, sehingga pertimbangan manajer menjadi
bagian dari pengendalian manajemen namun sedikit atau hampir sama sekali tidak
pada pengendalian tugas.
Tabel 1.2.
mengidentifikasi perbedaan keputusan antara formulasi strategi, pengendalian
manajemen, dan pengendalian tugas melalui contoh nyata. Perhatikan hubungan
antara keputusan formulasi strategi dengan pengendalian manajemen dan
pengendalian tugas. Keputusan strategi baru: Membeli bisnis yang tidak
berhubungan dengan bisnis utama membawa konsekuensi bagi manajer tengah untuk
memperkenalkan produk baru dalam product
line dan selanjutnya manajer level bawah/operasional untuk melakukan
koordinasi order masuk. Contoh lain adalah keputusan strategi baru: Membeli
bisnis baru membawa konsekuensi bagi manajer tengah untuk melakukan ekspansi
pabrik dan selanjutnya manajer level bawah/operasional untuk melakukan
penjadwalan produksi. Penjadwalan produksi dilakukan agar tidak mengganggu
produksi utama meskipun dilakukan ekspansi pabrik.
Formulasi Strategi
|
Pengendalian Manajemen
|
Pengendalian Tugas
|
Membeli bisnis yang tidak berhubungan dengan bisnis utama
|
Memperkenalkan produk baru pada lini produk
|
Koordinasi pesanan masuk
|
Membeli bisnis baru
|
Ekspansi pabrik
|
Penjadwalan Produksi
|
Merubah
(Debt Equity Ratio)
|
Mengeluarkan Obligasi
|
Mengatur arus kas
|
Menambah penjualan langsung (direct
selling)
|
Menentukan anggaran pemasaran
|
Pesan iklan di media masa
|
Perencanaan kebijakan spekulasi persediaan
|
Menentukan tingkat persediaan
|
Pemesanan kembali persediaan
|
Mengambil keputusan mengenai
besaran dan arah penelitian
|
Pengendalian organisasi penelitian
|
Menjalankan proyek penelitian individu
|
Sumber: Anthony dan Govindarajan, Management Control System, 11th
Ed., (Chicago: Irwin, 2004), hal : 12
Bacalah
kembali modul 1 BMP SPM, setelah itu cobalah kerjakan soal latihan dan tes
formatif yang ada.
Selamat
belajar..!
Daftar Pustaka
Anthony dan
Govindarajan. (2004). Management Control
Systems. Chicago: Irwin
Beam, Henry H.
(1993). Strategy Formulation for General
Managers. Kendall/Hunt Publishing Company.
Charles, T.
Hongren. (2004). Introduction to
Management Accounting. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Halim, Abdul,
Cahyono, Ahmad dan Fukhri, M Husin. (2003). Sistem
Pengendalian Manajemen. UPP AMP YKPN.
Marciariello dan
Kirby. (1994). Management Control
Systems, Using Adaptive Systems to Attain Control. New Jersey: Prentice
Hall, Englewood Cliffs.
1 komentar:
KABAR BAIK!!!
Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Posting Komentar