Inisiasi  I
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
BERWUJUD
(Pendalaman Materi dari
Modul I)
1. Aktiva tetap berwujud
diperoleh dari pembelian.
Ada 4 alasan membeli aktiva berwujud,
yaitu:
1)     Mengharapkan adanya penghematan
2)    Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
3)    Mendapatkan suatu aktiva tetap berwujud
dengan kualitas baik
4)    Tidak ada pihak lain yang bisa menyediakan
aktiva tetap berwujud yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria yang diinginkan
perusahaan
a. Pembelian aktiva tetap berwujud secara tunai.
Harga aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian
tunai adalah sebesar seluruh pengeluaran kas untuk mendapatkan aktiva tetap
berwujud tersebut hingga siap digunakan.
Contoh:
PT. Alfa membeli 1 unit 
komputer pada tanggal 12 April 2005 seharga Rp5.000.000,- dengan termin
3/10, n/30. Biaya administrasi pembelian komputer adalah Rp50.000,- yang
meliputi PPN dan biaya pengantaran barang. 
1     
Jurnal apabila PT. Alfa melakukan
membayar sebelum tanggal 22 April 2005 adalah:
Komputer........................................Rp 4.900.000,-
     Kas....................................................................
Rp 4.900.000,-
Perhitungan:
     Harga faktur                                      :  Rp 5.000.000,-
     Potongan tunai=
3%xRp5.000.000,-      : (Rp    150.000,-)
     Biaya pembelian                                  :  Rp     
50.000,-
     Harga perolehan
komputer                     Rp 4.900.000,-
2    
Jurnal apabila PT. Alfa melakukan
membayar antara tanggal 22 April 2005 sampai 12 Mei 2005 adalah:
Komputer................................................. Rp
4.900.000,-
Rugi tidak memanfaatkan potongan...Rp    150.000,-
     Kas....................................................................................Rp5.050.000,-
Catatan : Jika dalam transaksi pembelian terdapat persyaratan
atau termin kita harus memahami makna termin tersebut dan dalam perhitungan
transaksi harus melibatkan termin dengan pengaruh laba atau rugi memanfaatkan
diskon. Tapi jika dalam transaksi tidak ada termin maka langsung pada nilai
yang tertera dalam transaksi tersebut. Pengayaan tentang termin:
Contoh pembelian seperangkat furnitur tanggal 20 Agustus 2007,
seharga Rp 12.500.000, dan biaya angkut dan pasang Rp 500.000, dengan termin 5/10, n/30. Termin ini bermakna pembeli akan diberi diskon
jika pembayaran dilakukan sebelum tanggal 30 Agustus 2007, melewati tanggal
tersebut sampai dengan hari ke 30 pembeli tidak memanfaatkan diskon yang
diberikan hingga harus di catat rugi tidak memanfaatkan diskon. Pencacatan
seperti contoh di atas.
b. Pembelian aktiva tetap
berwujud secara angsuran
Harga jual secara kredit atau angsuran lebih besar
dibandingkan secara tunai, karena ada unsur bunga. Unsur bunga ini harus
diperlakukan sebagai biaya bunga selama periode mengangsur.
Ada 2 keadaan yang berkaitan dengan unsur bunga ini, yaitu:
1.    
Bunga dinyatakan secara eksplisit.
Contoh:
PT. Biru membeli membeli mobil secara kredit dengan harga beli
secara tunai sebesar Rp 25.000.000,-. Pembayaran pertama saat penyerahan mobil
pada tanggal 8 Januari 2005 sebesar Rp10.000.000,-. Kekurangannya diangsur
sebanyak 3 kali setiap tanggal 31 Desember 2005 dengan beban bunga 10%/tahun
dari saldo utang.
Jurnal untuk pembayaran pertama 
Tgl 8/1/05  
Kendaraan....................Rp 25 juta
                                 Utang
pembelian kendaraan.....Rp 15 juta
                                  Kas..................................................Rp
10 juta
Jurnal untuk angsuran I dengan bunga (10% x Rp 15 juta) 
Tgl 31/12/05   Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp  1,5 juta
                            Utang pembelian kendaraan...Rp  5 juta
                             Kas........................................................Rp
6,5 juta
Jurnal untuk angsuran II
dengan bunga (10% x Rp 10 juta)
Tgl 31/12/06   Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp  1 juta
                            Utang pembelian kendaraan...Rp 5 juta
                             Kas........................................................Rp
6 juta
Jurnal untuk angsuran III
dengan bunga (10% x Rp 5 juta) 
Tgl 31/12/07   Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp500.000,-
                            Utang pembelian kendaraan...Rp 5 juta
                             Kas........................................................Rp
5,5 juta
2.   
Bunga tidak dinyatakan secara eksplisit
Contoh:
Misalkan angsuran dibayarkan tiap tgl 31 Desember sebesar
Rp6.245.235,- sebanyak 3 kali.
Jadi total kas yang dikeluarkan adalah sebesar Rp28.735.705,-
(Rp10 juta + [3xRp6.245.235,-]). Ada selisih sebesar Rp3.735.705,- dari harga
tunai. Dari sini diperhitungkan tingkat bunga sebesar 12% (trial and error).
| 
   
Tanggal 
 | 
  
   
Jumlah 
 | 
  
   
Biaya
  Bunga 
 | 
  
   
Utang 
 | 
  
   
Pokok
  Utang 
 | 
 
| 
   
8/1/05 
31/12/05 
31/12/06 
31/12/07 
 | 
  
   
- 
Rp6.245.235,- 
Rp6.245.235,- 
Rp6.245.235,- 
 | 
  
   
- 
12%xRp15.000.000=Rp1.800.000 
12%xRp10.554.765=Rp1.266.572 
12%xRp 5.576.102=Rp   669.133 
 | 
  
   
- 
Rp4.445.235 
Rp4.978.663 
Rp5.576.102 
 | 
  
   
Rp15.000.000 
Rp10.554.765 
Rp 
  5.576.102 
- 
 | 
 
| 
   
Jumlah 
 | 
  
   
Rp18.735.705 
 | 
  
   
Rp3.735.705 
 | 
  
   
Rp15000.000 
 | 
  
   | 
 
Jurnal untuk pembayaran pertama
Tgl 8/1/05  
Kendaraan...........Rp25.000.000
                             Utang
pemb. Kend............Rp15.000.000
                             Kas.......................................Rp10.000.000
Jurnal untuk pembayaran angsuran I
Tgl 31/12/05   Biaya
bunga pemb. Kend....Rp1.800.000
                       Utang pemb. Kend..............Rp4.445.235
                             Kas..........................................Rp6.245.235
Jurnal untuk pembayaran angsuran II
Tgl 31/12/05   Biaya
bunga pemb. Kend....Rp1.226.572
                       Utang pemb. Kend..............Rp4.978.663
                             Kas..........................................Rp6.245.235
Jurnal untuk pembayaran angsuran III
Tgl 31/12/05   Biaya
bunga pemb. Kend....Rp   669.132
                       Utang pemb. Kend..............Rp5.576.102
                             Kas..........................................Rp6.245.235
c. Pembelian aktiva tetap berwujud secara gabungan
(lumpsum)
Pencatatan harga gabungan harus dialokasikan ke tiap jenis
aktiva tetap berwujud berdasarkan nilai wajar (harga pasar) masing-masing
aktiva tetap tersebut.
Contoh:
PT. Top membeli tanah, bangunan pabrik dan mesin dengan total
harga Rp 600.000.000,-. Biaya administrasi dan biaya persiapan sampai aktiva
tetap tersebut siap digunakan adalah Rp25.000.000,-.
Pada tanggal pembelian, harga pasar masing-masing aktiva
adalah:
3     Tanah.................................................Rp
450.000.000
4     Bangunan
pabrik..............................Rp 200.000.000
5     Mesin.................................................Rp
250.000.000
Jumlah         Rp 900.000.000
§ Jurnal
untuk pembelian tanah, pabrik dan mesin secara lumpsum
Tanah..........................................Rp312.500.000
Bangunan
pabrik.......................Rp138.888.889
Mesin..........................................Rp173.611.111
          Kas............................................................Rp625.000.000
          Perhitungan
alokasi:
2. Aktiva tetap berwujud
yang diperoleh dari pertukaran

Dimana:
Nilai pertukaran = Kas yang diterima +
Nilai wajar aktiva 
a.  Pertukaran
aktiva tidak serupa-terdapat laba pertukaran
PT. Bumi membeli tanah dengan pembayaran
kas sebesar Rp20.000.000,- dan sebuah mobil bekas. Pada saat transaksi, nilai
buku mobil adalah Rp35.000.000,- (harga perolehan Rp40.000.000,- dan akumulasi
depresiasi Rp5.000.000,-) dan harga pasar mobil sebesar Rp37.000.000,-
sedangkan harga pasar tanah adalah Rp35.000.000,-.
§ Jurnal untuk tukar tambah mobil dengan
tanah
Tanah............................................Rp57.000.000,-
Akumulasi Depresiasi mobil.....Rp  5.000.000,-
     Laba pertukaran
aktiva tetap berwujud......Rp 
2.000.000,-
     Kendaraan............................................................Rp40.000.000,-
Kas.........................................................................Rp20.000.000,-
b.  Pertukaran
aktiva tidak serupa-terdapat rugi pertukaran
Bila pada contoh PT Bumi diatas, harga pasar mobil adalah
Rp30.000.000,-, maka:
§ Jurnal untuk tukar tambah mobil dengan
tanah
Tanah..................................................................Rp50.000.000,-
Akumulasi Depresiasi mobil...........................Rp  5.000.000,-
Rugi pertukaran aktiva tetap berwujud......Rp  5.000.000,-
     Kendaraan........................................................................Rp40.000.000,-
Kas.....................................................................................Rp20.000.000,
c.  
Pertukaran aktiva serupa-terdapat rugi
pertukaran dan tidak ada penerimaan kas
PT. Mae hendak menukar kendaraan dinas
karyawannya dengan yang baru. Nilai buku kendaraan lama adalah Rp25.000.000,-
(harga perolehan Rp32.000.000,- dan akumulasi depresiasi Rp7.000.000,-). Harga
tunai kendaraan baru adalah Rp 40.000.000,-, dengan pengeluaran kas oleh PT.
Mae sebesar Rp20.000.000.
§ Jurnal untuk tukar tambah kendaraan
Kendaraan
(baru)...........................................Rp40.000.000,-
Akum. Depresiasi kendaraan
(lama)..........Rp  7.000.000,-
Rugi pertukaran aktiva tetap
berwujud..Rp   5.000.000,-
     Kendaraan
(lama)..................................................Rp32.000.000,-
     Kas...........................................................................Rp20.000.000,-
d.  Pertukaran
aktiva serupa-terdapat rugi pertukaran dan tidak ada penerimaan kas
Bila pada contoh PT Mae diatas,
pengeluaran kas untuk menukar mobil sebesar Rp10.000.000,-, maka:
§ Jurnal untuk tukar tambah kendaraan
Kendaraan
(baru)...........................................Rp35.000.000,-
Akum. Depresiasi kendaraan
(lama)..........Rp  7.000.000,-
     Kendaraan
(lama)..................................................Rp32.000.000,-
     Kas...........................................................................Rp10.000.000,-
* Pada
pertukaran aktiva serupa, apabila terjadi kerugian, maka kerugian harus segera
diakui. Tapi apabila timbul laba, maka pengakuan laba harus ditunda.
e.  Pertukaran
aktiva seruap-ada penerimaan kas
PT. Jazz menukar lemari dengan yang lebih
sederhana. Harga perolehan komputer lama Rp2.500.000,- dan telah
didepresiasikan sebesar Rp500.000,-. Harga tunai lemari baru adalah
Rp2.250.000,- Dari transaksi ini PT.Jazz menerima kas sebesar Rp250.000,-.
§ Jurnal untuk tukar tambah komputer
Kas.........................................................Rp  250.000,-
Perabot kantor-lemari
(baru).........Rp1.800.000,-
Akumulasi depr perabot
toko.........Rp   500.000,-
     Laba
penjualan lemaari..................................Rp     50.000,-*
     Perabot
toko-lemari (lama)...........................Rp2.500.000,-
* Bag. Laba yang boleh
diakui:

3. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan surat berharga
Contoh:
PT. Birdie “membeli” mesin yang “dibayar”
dengan 1.500 lembar saham biasa. Nilai nominal per lembar saham adalah
Rp20.000. Harga pasar mesin pada tanggal transaksi adalah Rp35.000.000
§  Jurnal “pembelian” mesin yang “dibayar”
dengan 1.500 lembar saham biasa
Mesin...................................Rp35.000.000
       Modal saham
biasa.....................................Rp30.000.000
       Agio saham
biasa........................................Rp 
5.000.000
4. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pemberian (donasi) atau hasil temuan.
     Contoh:
     PT. Lestari mendapatkan sumbangan kendaraan
dengan harga pasar sebesar Rp9.000.000.
§  Jurnal untuk penerimaan sumbangan
kendaraan
       Kendaraan.............................................Rp9.000.000
              Modal
donasi.........................................................Rp9.000.000
Apabila ada sejumlah biaya yang harus
ditanggung oleh PT. Lestari, misalnya ongkos balik nama sebesar Rp1.500.000.
maka:
§  Jurnal untuk biaya administrasi balik
nama
       Modal
donasi....................................Rp1.500.000
              Kas.........................................................................Rp1.500.000
Inisiasi II
SAUDARA MAHASISWA, sudahkah anda
membaca Modul 2 BMP EKMA 4313 anda? Mari kita mengkaji materi di modul tersebut!!
DEPRESIASI
DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
Berbicara mengenai depresiasi, maka depresiasi adalah salah
satu dari tiga istilah penyusutan yang kita gunakan. Penyusutan, ialah
berkurangnya manfaat ekonomis suatu aktiva tetap selama masa
penggunaannya.Penyusutan meliputi:
1     
Depresiasi , istilah penyusutan untuk
aktiva tetap berwujud
2    
Deplesi, istilah penyusutan untuk aktiva
sumber alam
3    
Amortisasi, istilah penyusutan untuk
aktiva tetap tidak berwujud
Keempat faktor ini harus anda pahami sebelum menghitung biaya
penyusutan:
1.       
Harga Perolehan (HP): Keseluruhan
pengeluaran yang layak dibebankan untuk memperoleh suatu aktiva tetap
2.       Umur Ekonomis (i): Umur aktiva tetap sejak siap digunakan
sampai pada waktu aktiva tetap tersebut secara ekonomis sudah tidak
menguntungkan lagi untuk dipergunakan terus.
3.      
Nilai sisa/residu
(NR): Nilai aktiva tetap setelah habis umur
ekonomisnya atau jumlah yang diharapkan akan diperoleh melalui penjualan aktiva
yang bersangkutan setelah pemberhentian pemakaian.
4.      
Metode Penyusutan 
Sedangkan dalam pencatatannya, jurnal depresiasi adalah
sebagai berikut:
Contoh:
Biaya Depresiasi Peralatan Kantor       Rp. 50.000
          Akumulasi
depresiasi Peralatan Kantor          Rp.
50.000.
Saat tutup buku, akumulasi ini akan menjadi pengurang harga
aktiva tetap pada laporan neraca:
NERACA
| 
   
Aktiva Tetap 
     Peralatan
  Kantor           200.000 
     Ak.penyusutan               (50.000) 
                                         
  150.000 
 | 
  
   | 
 
METODE PENYUSUTAN
Metode penyusutan adalah cara mengalokasikan harga perolehan sebagai biaya operasional sepanjang umur aktiva. Hasil perhitungannya adalah biaya depresiasi (Dep) per tahun dari aktiva tetap tersebut.
METODE AKTIFITAS
Dalam metode
aktivitas, umur ekonomis aktiva tetap diukur berdasarkan jumlah jam kerja atau
jumlah produk yang mampu diberikan oleh aktiva tetap tersebut.
Rumus:         Jumlah
jam/unit yang dihasilkan x ( HP – NR)
                  Total
jam / unit yang dihasilkan
Contoh,
PT ISO MANTHEP membeli mesin pengaduk adonan dengan harga
faktur Rp 250.000.000, biaya pemasangan dan biaya lain yang dikapitalisasikan
Rp 30.000.000. Mesin tersebut diperkirakan dapat memproduksi sebanyak 5.000.000
unit kue selama umur ekonomisnya. Pada tahun 2005 diproduksi kue sebanyak
500.000 unit. Nilai residu mesin adalah Rp 20.000.000. Buat jurnal penyusutan
mesin yang dicatat PT ISO MANTHEP
        Dari soal tersebut diketahui:
        HP = Rp 250.000.000 + Rp 30.000.000 = Rp
280.000.000
        NR= Rp 40.000.000
        HP – NR = Rp 280.000.000 - Rp 20.000.000
= Rp 260.000.000
        Unit yang dihasilkan th 2005 = 500.000
unit.
        Total Unit yang dihasilkan = 5.000.000
unit
        Dep = 500.000    unit x Rp 260.000.000
                 5.000.000 unit
             
= Rp26.000.000
        Jadi Jurnalnya adalah 
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Adonan      Rp. 26.000.000
       Akumulasi
depresiasi Mesin Pengaduk Adonan  Rp.
26.000.000
Bagaimana Saudara, apakah anda bias memahami dengan baik
Metode Aktifitas? 
METODE
GARIS LURUS.
Adalah metode yang paling mudah. Digunakan apabila suatu
aktiva tetap memiliki penyusutan yang relatif tetap setiap tahunnya.
Contoh: Dengan soal diatas, apabila diketahui umur ekonomis
(i)  Mesin Pengaduk Adonan adalah 5
tahun, maka:
Penyusutan per tahun selama 5 tahun adalah:
          HP – NR  =  Rp.260.000.000
 = 
Rp. 52.000.000
             i                     5
Jadi Jurnalnya per
tahun:
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Adonan      Rp. 52.000.000
          Akumulasi
depresiasi Peralatan Kantor          Rp.
52.000.000
Sekarang Marilah
kita lihat Program Depresiasi dengan Metode Garis Lurus ini. Perhatikanlah
bahwa depresiasi per tahun besarnya tetap, mulai dari tahun I sampai dengan
umur mesin tersebut habis!
Program Depresiasi
dengan Metode Garis Lurus (dalam ribuan)
| 
   
Tahun 
 | 
  
   
Harga Perolehan 
 | 
  
   
Depresiasi 
/tahun 
 | 
  
   
Akumulasi 
Depresiasi (total depresiasi yang telah terjadi) 
 | 
  
   
Nilai Buku Akhir Tahun 
(HP – Akumulasi) 
 | 
 
| 
   
0 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
280.000 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
228.000 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
52.000+52.000=104.000 
 | 
  
   
176.000 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
52.000+52.000+52.000 
= 156.000 
 | 
  
   
124.000 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
52.000+52.000+52.000 
+52.000= 208.000 
 | 
  
   
72.000 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000 
 | 
  
   
52.000+52.000+52.000 
+52.000+52.000=
  260.000 
 | 
  
   
20.000 
 | 
 
DEPRESIASI DENGAN PEMBEBANAN MENURUN
Pada metode diatas,
kita bisa menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai buku pada tahun tertentu
kita selalu menggunakan Harga Perolehan Aktiva tersebut. Seperti pada metode
garis lurus, diatas untuk mendapatkan nilai buku setiap tahun, kita selalu mengurangkan
Rp. 280.000.000 dengan akumulasi depresiasi pada tahun yang
bersangkutan.
Hal ini tidak
terjadi pada depresiasi pembebanan menurun. Pada metode ini, nilai buku
terakhir lah yang dikurangi dengan akumulasi penyusutan tahun tersebut untuk
mendapatkan nilai buku selanjutnya, dan seterusnya. Cobalah perhatikan 3 metode
pembebanan dibawah ini.
METODE SALDO MENURUN BERGANDA (DOUBLE
DECLINING BALANCE)
Rumus mencari
persentase depresiasi tiap tahun adalah 
2/umur ekonomis X
Nilai Buku  atau 2 kali tarip depresiasi
garis lurus.
Contoh: dari soal
diatas
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
Umur ekonomis = 5
tahun
1      Tarif depresiasi garis lurus = 52.000.000    = 0.2
                                            260.000.000
     Depresiasi/ tahun saldo menurun berganda = 2
x 0,2 = 0,4 
2     Atau 2/ umur ekonomis = 2/5 = 0,4
Yang perlu
diperhatikan pada Metode ini:
1.    
Biaya depresiasi
tahun pertama diperhitungkan dengan menggunakan Harga Perolehan, tanpa
dikurangi nilai sisa.
2.   
Biaya depresiasi
untuk tahun terakhir, tidak dihitung berdasarkan tarif (0,4 x Nilai buku),
melainkan dengan mengurangi nilai buku tahun tersebut dengan nilai residu.
Depresiasi tahun I =
2/5 x Rp. 280.000.000
                            = 0,4 x 
Rp. 280.000.000
                              = Rp. 112.000.000.
Program Depresiasi
dengan Metode Saldo Menurun Berganda(dalam ribuan)
| 
   
Tahun 
 | 
  
   
Harga Perolehan 
 | 
  
   
Depresiasi 
/tahun 
0,4 x NB 
 | 
  
   
Akumulasi 
Depresiasi  
 | 
  
   
Nilai Buku Akhir Tahun 
(HP – Akumulasi) 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
112.000 
 | 
  
   
112.000 
 | 
  
   
168.000 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
67.200 
 | 
  
   
179.200 
 | 
  
   
100.800 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
40.320 
 | 
  
   
219.520 
 | 
  
   
60.480 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
24.192 
 | 
  
   
243.712 
 | 
  
   
36.288 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
36.288 – 20.000 =
  16.288 
 | 
  
   
260.000 
 | 
  
   
20.000 
 | 
 
Depresiasi tahun
II  = 0,4 x  Rp. 168.000.000
                                 = Rp. 67.200.000.
Depresiasi tahun III
= 0,4 x  Rp. 100.800.000
                                  = Rp.40.320.000.
Depresiasi tahun IV
= 0,4 x  Rp.60.480.000
                                = Rp.24.192.000.
Depresiasi tahun V =
36.288 – 20.000 = 16.288
METODE JUMLAH ANGKA
TAHUN
Untuk mencari
depresasi per tahun, pertama-tama kita jumlahkan umur penggunaan aktiva
tersebut.
Karena n pada soal
diatas adalah 5 tahun, maka:  1 + 2 + 3 +
4 + 5 = 15.
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
NR= Rp 20.000.000
HP – NR = Rp 280.000.000
- Rp 20.000.000 = Rp 260.000.000
Depresiasi tahun 1 =
5/15 x Rp 260.000.000= Rp. 86.666.667
Depresiasi tahun 2 =
4/15 x Rp 260.000.000 = Rp. 69.333.333
Depresiasi tahun 3 =
3/15 x Rp 260.000.000= Rp. 52.000.000
Depresiasi tahun 4 =
2/15 x Rp 260.000.000= Rp. 34.666.667
Depresiasi tahun 5 =
1/15 x Rp 260.000.000 = Rp. 17.333.333
Program Depresiasi
dengan Metode Jumlah Angka Tahun 
| 
   
Tahun 
 | 
  
   
Harga Perolehan 
 | 
  
   
Depresiasi 
/tahun 
 | 
  
   
Akumulasi 
Depresiasi  
 | 
  
   
Nilai Buku Akhir Tahun 
(HP – Akumulasi) 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
86.666.667 
 | 
  
   
86.666.667 
 | 
  
   
193.333.333 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
69.333.333 
 | 
  
   
156.000.000 
 | 
  
   
124.000.000 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
52.000.000 
 | 
  
   
208.000.000 
 | 
  
   
72.000.000 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
34.666.667 
 | 
  
   
242.666.667 
 | 
  
   
37.333.333 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
280.000 
 | 
  
   
17.333.333 
 | 
  
   
260.000.000 
 | 
  
   
20.000.000 
 | 
 
METODE SALDO YANG
MENURUN
Persentase untuk
depresiasi (r) = 
Berdasarkan contoh
diatas : 
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
NR= Rp 2.000.000
 n  = 5
tahun.
r = 
   = 1- 
   = 1 – 0,59
   = 0,41
Sehingga depresiasi
tahun I = 0,41 x Rp. 280.000.000
                                              =
Rp 114.829.522,5  dan seterusnya lalu
dibuatkan program depresiasi, yang caranya sama dengan metode pembebanan menrun
berganda.
Selain beberapa
metode diatas, ada beberapa aktiva tetap yang karena jumlah unitnya yang banyak
membutuhkan metode khusus untuk memperkirakan depresiasinya.  Salah satu metode khusus tersebut adalah :
METODE PERSEDIAAN
Digunakan untuk
aktiva tetap yang jumlah unitnya banyak namun harga perolehannya rendah. Pada
akhir periode ditaksir harga pasar aktiva tersebut dab digunakan sebagai nilai
buku.
Depresiasi Periode
200x = Nilai buku awal periode+Pembelian aktiva tetap 
                                          pada
tahunX-Nilai aktiva tetap yang diberhen-
                                          tikan
tahunX –Nilai buku akhir tahunX
INVESTASI
v  Investasi dalam Sekuritas Utang 
A. 
PENGERTIAN SEKURITAS UTANG 
Sekuritas  utang 
(debt  securities)  merupakan 
instrumen  yang menunjukkan  hubungan 
kreditor  dengan  suatu 
perusahaan.  Sekuritas  utang meliputi  sekuritas 
pemerintah,  obligasi,  utang 
yang  dapat  dikonversikan (convertible  debt), 
commercial  paper,  dan 
lain-lain.  Piutang  dagang 
dan piutang  pinjaman  bukan 
merupakan  sekuritas  utang 
karena  tidak  memenuhi definisi sekuritas. 
Investasi  dalam 
sekuritas  utang  dikelompokkan 
menjadi  tiga  kategori untuk  tujuan 
akuntansi  dan  pelaporan. 
Ketiga  kategori  tersebut 
adalah sebagai berikut: 
1.  Dimiliki sampai jatuh tempo
(held-to-maturity). 
Sekuritas
utang yang menurut maksud dan kemampuan perusahaan akan dimiliki sampai jatuh
tempo. 
2.  Perdagangan (trading). 
Sekuritas  utang  yang  dibeli 
dan  dimiliki  terutama 
untuk  dijual  dalam waktu 
dekat  untuk  menghasilkan 
keuntungan  atas  selisih 
harga  jangka pendek. 
3.  Tersedia untuk dijual (available for sale). 
Sekuritas  utang 
yang  tidak  diklasifikasikan  sebagai 
sekuritas  yang dimiliki sampai
jatuh tempo atau perdagangan. 
B. 
PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK SETIAP KATEGORI SEKURITAS UTANG 
Biaya  yang 
diamortisasi  (amortized  cost) 
adalah  biaya  perolehan/akuisisi  yang 
disesuaikan  untuk  memperhitungkan  amortisasi 
diskonto  atau premi,  jika 
dianggap  tepat.  Nilai 
wajar  (fair  value) 
adalah  jumlah  yang digunakan  bila 
instrumen  keuangan  dipertukarkan 
dalam  transaksi  berjalan antara  pihak-pihak 
yang  berkeinginan,  selain 
dari  penjualan  terpaksa 
atau 
likuidasi.
C. 
PENGHITUNGAN SEKURITAS UTANG UNTUK SETIAP KATEGORINYA 
1. 
Sekuritas Utang yang Dimiliki hingga Jatuh Tempo 
Hanya sekuritas utang yang dapat
diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dimiliki  sampai 
jatuh  tempo.  Hal 
ini  dikarenakan,  menurut 
definisinya, sekuritas ekuitas tidak mempunyai tanggal jatuh tempo.
Sekuritas utang harus diklasifikasikan 
sebagai  dimiliki  hingga 
jatuh  tempo  hanya 
jika  entitas  yang melaporkan  mempunyai 
(a)  niat  positif, 
dan  (b)  kemampuan 
untuk 
memiliki  sekuritas 
itu  sampai  jatuh 
tempo.  Perusahaan  tidak 
boleh mengklasifikasikan 
sekuritas  utang  sebagai 
sekuritas  yang  dimiliki 
sampai jatuh  tempo  jika 
berniat  untuk  memiliki 
sekuritas  tersebut  selama 
periode waktu  yang  tidak 
terbatas.  Demikian  pula 
jika  perusahaan  mengantisipasi perubahan  suku 
bunga,  risiko  mata 
uang  asing,  kebutuhan 
likuiditas  atau alasan  manajemen 
aktiva  kewajiban  lainnya 
maka  sekuritas  itu 
tidak  boleh 
diklasifikasikan
sebagai dimiliki sampai jatuh tempo.
2.  Sekuritas Utang yang tersedia untuk dijual 
Investasi  dalam 
sekuritas  utang  yang 
termasuk  dalam  kategori 
tersedia untuk  dijual  dilaporkan 
sebesar  nilai  wajar. 
Keuntungan  dan  kerugian 
yang belum  terealisasi  (unrealized 
holding  gain  and 
loss)  yang  berkaitan 
dengan perubahan nilai wajar sekuritas utang yang tersedia untuk dijual
dicatat dalam akun keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum terealisasi.
Akun ini dilaporkan  sebagai  laba 
komprehensif  lainnya  dan 
sebagai  komponen 
terpisah  dari 
ekuitas  pemegang  saham 
sampai  benar-benar  terealisasi. 
Jadi, perubahan nilai wajar tidak dilaporkan sebagai bagian dari laba
bersih sampai sekuritas  itu  dijual. 
Pendekatan  ini  mengurangi 
volatilitas  (ketidakstabilan)
laba bersih.
3.  Sekuritas Utang Perdagangan 
Sekuritas  perdagangan 
(trading  securities)  dimiliki 
oleh  suatu perusahaan  dengan 
maksud  untuk  dijual 
dalam  periode  waktu 
yang  singkat. Perdagangan  dalam 
konteks  ini  berarti 
pembelian  dan  penjualan 
sering dilakukan  dan  sekuritas 
perdagangan  digunakan  untuk 
menghasilkan  laba dari  selisih 
harga  jangka  pendek. 
Periode  kepemilikan  atas 
sekuritas  ini 
biasanya  kurang 
dari  3  bulan 
dan  mungkin  lebih 
sering  diukur  dalam hitungan  hari 
atau  jam.  Sekuritas 
ini  dilaporkan  pada 
nilai  wajar,  dengan keuntungan  dan 
kerugian  kepemilikan  yang 
belum  terealisasi  (unrealized holding  gains 
and  losses)  dilaporkan 
sebagai  bagian  dari 
laba  bersih.  Setiap diskonto  atau 
premi  tidak  diamortisasi.
Investasi dalam
Sekuritas Saham 
A.  PENGERTIAN SEKURITAS SAHAM 
Sekuritas Ekuitas (equity securities)
digambarkan sebagai sekuritas yang menunjukkan 
bagian  kepemilikan,  seperti 
saham  biasa,  saham 
preferen  atau modal  saham 
lainnya.  Sekuritas  ekuitas 
juga  mencakup  hak 
untuk memperoleh  atau  melepaskan 
bagian  kepemilikannya  dengan 
harga  yang sudah  disepakati 
atau  yang  dapat 
ditentukan,  seperti  warran, 
hak,  serta  opsi beli (call option) atau opsi jual (put
option). Sedangkan, sekuritas utang yang dapat 
dikonversi,  dan  saham 
preferen  yang  dapat 
ditebus  tidak  diperlakukan sebagai  sekuritas ekuitas. Pada saat  sekuritas ekuitas dibeli, harga pokoknya
mencakup harga beli sekuritas tersebut ditambah komisi pialang dan ongkos
lainnya yang berkaitan dengan pembelian itu. 
Sejauh 
mana  suatu  perusahaan 
yang  berperan  sebagai 
investor memperoleh  bagian  atas 
saham  biasa  perusahaan 
lain  (investee),  biasanya menentukan  perlakuan 
akuntansi  untuk  investasi 
tersebut  sesudah  akuisisi. Investasi  oleh 
satu  perusahaan  dalam 
saham  biasa  perusahaan 
lain  dapat diklasifikasikan  menurut 
persentase  saham  dengan 
hak  suara  investee 
yang dimiliki investor. 
1.       
Kepemilikan kurang dari 20% (metode
nilai  wajar/fair value) – investor
mempunyai hak pasif. 
2.       
Kepemilikan  antara 
20%  dan  50% 
(metode  ekuitas)  – 
investor mempunyai pengaruh yang signifikan.  
3.       
Kepemilikan lebih dari 50% (laporan
konsolidasi) – investor mempunyai hak mengendalikan.
B.  PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK SETIAP KATEGORI
SEKURITAS SAHAM 
1.  Sekuritas Saham yang Dimiliki Kurang dari 20%.
Seperti telah disebutkan, sekuritas
ekuitas dicatat pada biaya (cost) atau harga 
pokok/cost-nya.  Dalam  beberapa 
kasus,  biaya/cost  sukar 
ditentukan. Misalnya, sekuritas ekuitas yang diperoleh dalam pertukaran
dengan imbalan nonkas  (properti  atau 
jasa)  harus  dicatat 
pada  (a)  nilai 
wajar  imbalan  yang diberikan  atau 
(b)  nilai  wajar 
sekuritas  yang  diterima, 
mana  yang  dapat ditentukan  dengan 
lebih  jelas.  Tidak 
adanya  nilai  yang 
dapat  ditentukan dengan  jelas 
untuk  properti  atau 
jasa  atau  harga 
pasar  sekuritas  yang diperoleh mungkin mengharuskan
digunakannya penilaian atau estimasi agar diperoleh suatu harga pokok (cost).
Apabila 
seseorang  memiliki  hak 
kurang  dari  20% 
maka  diasumsikan bahwa  investor 
itu  mempunyai  pengaruh 
yang  kecil  atau 
tidak  mempunyai pengaruh  terhadap 
investee.  Dalam  hal 
ini,  jika  harga 
pasar  tersedia  maka investasi  itu 
dinilai  dan  dilaporkan 
setelah  akuisisi  dengan 
menggunakan metode  nilai  wajar 
(fair  value  method). 
Metode  nilai  wajar 
mengharuskan perusahaan 
mengklasifikasikan  sekuritas  ekuitas 
pada  saat  akuisisi 
sebagai sekuritas  yang  tersedia 
untuk  dijual  atau 
sekuritas  perdagangan.  Oleh karena 
sekuritas  ekuitas  tidak 
mempunyai  tanggal  jatuh 
tempo  maka sekuritas  ini 
tidak  dapat  diklasifikasikan  sebagai 
sekuritas  yang  dimiliki sampai jatuh tempo.
2.  Sekuritas Saham yang dimiliki antara 20 – 50%
Walaupun 
perusahaan  investor  dapat 
memiliki  saham  perusahaan 
investee  kurang 
dari  50%,  hal 
ini  menyebabkan  perusahaan 
investor  tidak memiliki kendali
hukum terhadap perusahaan investee. Akan tetapi, meskipun investor  berinvestasi 
dalam  saham  dengan 
hak  suara  kurang 
dari  50%, mereka  masih 
mempunyai  kemampuan  untuk 
menerapkan  pengaruh  yang signifikan  terhadap 
kebijakan  operasi  dan 
keuangan  investee.  Untuk memberikan  pedoman 
akuntansi  bagi  para 
investor  jika  saham 
biasa  dengan hak suara yang
dimiliki adalah 50% atau kurang, dan untuk mengembangkan definisi  operasional 
dari  “pengaruh  yang 
signifikan”  maka  APB 
dalam Opinion No. 18 menyatakan bahwa kemampuan untuk menjalankan
pengaruh itu  dapat  ditunjukkan 
dalam  beberapa  cara.
Sering 
kali,  diperlukan  pertimbangan 
dalam  menentukan  apakah 
suatu investasi  sebesar  20% 
atau  lebih  menghasilkan 
“pengaruh  yang  signifikan” terhadap kebijakan investee. Pada
akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, 
meningkatnya  jumlah  upaya 
merger  dan  pengambilalihan  “secara 
paksa” telah  menciptakan  situasi 
di  mana  “pengaruh 
yang  signifikan”  atas 
investee sulit ditentukan. Oleh karenanya, FASB memberikan contoh-contoh
kasus, di mana  investasi  sebesar 
20%  atau  lebih 
tidak  memungkinkan  investor 
untuk melaksanakan  “pengaruh  yang 
signifikan”.  Berikut  ini 
contoh-contoh  yang diberikan
FASB. 
Investee  menentang
akuisisi sahamnya oleh investor. Misalnya, investee mengajukan  tuntutan 
terhadap  investor  atau 
mengajukan  pengaduan kepada badan
regulator pemerintah. 
a.        
Investor dan investee menandatangani
suatu perjanjian yang menyatakan bahwa 
investor  akan  melepaskan 
hak-hak  pemegang  saham 
yang signifikan.  Hal  ini  biasanya  terjadi 
jika  investee  menolak 
upaya pengambilalihan  oleh  investor, 
dan  investor  setuju 
untuk  membatasi kepemilikan
sahamnya dalam investee. 
b.       
Bagian 
kepemilikan  investor  tidak 
menghasilkan  “pengaruh  yang signifikan”  karena 
kepemilikan  mayoritas  atas 
investee  terpusat  pada sekelompok kecil pemegang saham yang
mengoperasikan investee tanpa memperhatikan pandangan investor lainnya. 
c.        
Investor 
membutuhkan  atau  menginginkan 
lebih  banyak  informasi keuangan  daripada 
yang  diterbitkan  investee 
kepada  publik.  Kemudian, mencoba mendapatkannya dari
investee, namun gagal. 
d.       
Investor mencoba dan gagal untuk
menempatkan wakilnya dalam dewan direksi investee.
C.  METODE EKUITAS 
 Dalam 
metode  ekuitas  diketahui 
adanya  hubungan  ekonomi 
yang  nyata antara  investor 
dan  investee.  Investasi 
pada  awalnya  dicatat 
pada  cost/biaya saham  yang 
diperoleh,  kemudian  disesuaikan 
pada  setiap  periode 
untuk memperhitungkan 
perubahan  aktiva  bersih 
investee,  yaitu  jumlah 
tercatat investasi  secara  periodik 
ditambah  (dikurangi)  dengan 
bagian proporsional  investor  atas 
laba  (rugi)  investee 
dan  dikurangi  dengan semua 
dividen  yang  diterima 
investor  dari  investee.
Daftar Pustaka 
Ikatan  Akuntan 
Indonesia.  (1999).  Standar 
Akuntansi  Keuangan-Buku  Satu.  
Jakarta:
Salemba Empat.  
Kieso,  Donald 
E.  dan  Jerry 
J.  Weygandt.  (2004). 
Intermediate  Accounting. 
Edisi
ke-11. New York: John Wiley & Sons.
INISIASI
4
UTANG
JANGKA PENDEK DAN UTANG JANGKA PANJANG
UTANG
JANGKA PENDEK 
A.  PENGERTIAN UTANG JANGKA PENDEK (UTANG LANCAR)
Utang  lancar 
merupakan  kewajiban  yang 
pelunasannya  menggunakan
sumber  daya  yang 
diklasifikasikan  sebagai  aktiva 
lancar  atau  dengan pembentukan utang lancar baru.
Definisi ini diterima secara luas karena tidak fokus hanya pada salah satu
jenis industri dan  menghubungkan
antara  utang lancar  dan 
aktiva  lancar.  Selain 
itu,  definisi  tersebut 
hanya  secara  tersirat memasukkan  unsur 
siklus operasi  yang  memang di 
setiap industri terkadang berbeda-beda. 
Secara  umum,  siklus 
operasi  didefinisikan  sebagai 
periode waktu  antara  akuisisi 
barang  dan  jasa 
dalam  proses  manufaktur 
dengan realisasi  kas  yang 
dihasilkan  dari  penjualan. 
Berikutnya  akan  dijelaskan jenis-jenis utang lancar. 
B.  JENIS-JENIS UTANG LANCAR 
Ada banyak jenis utang
lancar. Berikut ini jenis-jenis utang lancar 
yang dibahas dalam modul ini. 
1.  Utang Usaha 
Utang  usaha 
muncul  karena  adanya 
perbedaan  waktu  penerimaan 
jasa atau  akuisisi  aktiva 
dengan  pembayarannya.  Biasanya 
perbedaan  waktu tersebut
dijelaskan dalam syarat penjualan  yang
biasanya 30 hingga 60 hari. 
Misalnya, 2/10 dan
n/30. 
Kebanyakan,
sistem akuntansi didesain untuk mencatat kewajiban dalam pembelian barang
adalah ketika barang tersebut diterima atau, secara praktik, ketika  bukti 
invoice  diterima.  Namun, 
sering  kali  terjadi 
penundaan pencatatan barang dan kewajiban yang terkait. Pada prinsipnya
jika hak milik telah  berpindah  kepada 
pembeli  sebelum  barang 
diterima  maka  transaksi tersebut  harus 
dicatat  saat  perpindahan 
hak  milik  barang 
tersebut.  Perhatian juga harus
diberikan pada transaksi yang terjadinya berdekatan dengan akhir periode  akuntansi 
dan  awal  periode 
selanjutnya.  Penting  sekali 
untuk menentukan  bahwa  pencatatan 
barang  yang  diterima 
(inventory)  merupakan perjanjian  dalam 
bentuk  kewajiban  (utang 
lancar),  dan  keduanya 
harus dicatat dalam periode yang tepat.
2.  Wesel Bayar Jangka Pendek 
Wesel  Bayar 
merupakan  janji  tertulis 
untuk  membayar  sejumlah 
uang pada  tanggal  tertentu 
di  kemudian  hari. 
Biasanya  muncul  akibat 
dari pembelian,  pembiayaan,  dan 
lain  sebagainya.  Wesel 
bisa  diklasifikasikan jangka  panjang 
atau  jangka  pendek, 
tergantung  tanggal  jatuh 
tempo pembayarannya.  Wesel  bisa 
berupa  interest-bearing  atau 
zero-interest-bearing.
3.  Utang Dividen Kas 
Utang  Dividen 
Kas  merupakan  jumlah 
yang  harus  dibayar 
oleh perusahaan  kepada  para  pemegang  sahamnya 
setelah  mendapatkan
persetujuan  dari  dewan 
direksi.  Pada  tanggal 
pengumuman,  perusahaan
mengasumsikan  kewajiban  yang 
menempatkan  para  pemegang 
saham sebagai kreditor sebesar jumlah yang diumumkan. Oleh karena utang
dividen kas  biasanya  selalu 
dibayar  dalam  kurun 
waktu  kurang  dari 
satu  tahun (biasanya 3 bulan),
utang dividen dikategorikan utang jangka pendek.
4.  Deposito yang Dapat Dikembalikan 
Sering  kali 
suatu  perusahaan  meminta 
kepada  konsumennya  untuk membayar  sejumlah 
uang  sebagai  jaminan 
atas  barang  perusahaan 
yang berada  di  tangan 
konsumen.  Biasanya,  keadaan 
semacam  ini  terjadi 
dalam kontrak  sewa.  Uang 
yang  dibayar  konsumen 
tersebut  disebut  dengan deposito.  Contoh 
lain  deposito  adalah 
uang  jaminan  yang 
dibayar  oleh karyawan  kepada 
perusahaan  atas  barang-barang 
perusahaan  yang  dipinjam oleh 
si  karyawan,  seperti 
kunci,  kendaraan,  dan 
properti  lainnya.  Kedua deposito  di 
atas  akan  dikembalikan 
apabila  kontrak  telah 
selesai.  Dengan demikian,  pengklasifikasian  deposito 
sebagai  jangka  pendek 
atau  jangka panjang tergantung
dari kontrak yang disepakati kedua belah pihak. 
5.  Pendapatan Diterima di Muka 
Perusahaan  yang 
bergerak  di  bidang  media 
cetak,  seperti  majalah 
dan koran  biasanya  menerima 
cek  dari  konsumennya 
untuk  berlangganan.
Perusahaan  penerbangan  juga 
sering  menjual  tiketnya 
jauh  hari  sebelum pemberangkatan. Selain kedua
perusahaan tadi, restoran juga kadang-kadang menjual  semacam 
tiket  kepada  konsumennya 
untuk  bisa  ditukarkan 
atau digunakan  untuk  membeli 
makanan.
C.  AKUNTANSI UNTUK KONTINJENSI 
 Kontinjensi 
didefinisikan  oleh  FASB 
sebagai  suatu  kondisi 
yang  belum pasti  bagi 
perusahaan  apakah  kemungkinannya  untung 
(gain  contingencies) atau  rugi 
(loss  contingencies)  apabila 
suatu  kejadian  di 
masa  mendatang terjadi  atau 
gagal  terjadi.  Berdasarkan 
definisi  tersebut,  kontinjensi 
dibagi menjadi  dua  jenis, 
yaitu  (1)  untung 
(gain  contingencies)  dan 
(2)  rugi  (loss
contingencies).
1.  Gain Contingencies 
Gain  Contingencies 
merupakan  klaim  atau 
hak  untuk  menerima 
aktiva (atau  pengurangan  kewajiban/utang)  yang 
kemungkinannya  belum  pasti. Beberapa contohnya, antara lain
berikut ini. 
a.  Kemungkinan 
menerima  uang  kas 
yang  berupa  pemberian, 
donasi, bonus, dan lain-lain. 
b.  Kemungkinan pengembalian pajak dari
pemerintah. 
c.  Kemungkinan menang di pengadilan 
Para  akuntan 
sepakat  untuk  melakukan 
kebijakan  konservatif.  Gain contingencies  tidak 
dicatat.  Akan  tetapi, 
kejadian-kejadian  tersebut
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan apabila ada kemungkinan yang
sangat  tinggi  hal 
tersebut  terealisasi.  Akibatnya, 
sangatlah  jarang  kita memperoleh  informasi 
tentang  gain  contingencies 
dalam  suatu  laporan keuangan maupun catatan kakinya. 
2.  Loss Contingencies 
Loss  contingencies 
merupakan  situasi,  di 
mana  perusahaan  menghadapi kemungkinan  kerugian. 
Kewajiban  yang  muncul 
akibat  dari  loss contingencies  ini 
disebut  dengan  kewajiban 
kontinjen  (Contingent
Liabilities). Ketika loss contingencies terjadi, kemungkinan terjadi atau tidak
terjadinya suatu peristiwa di masa 
mendatang untuk  menentukan  munculnya kewajiban  kontinjen 
dapat  dikategorikan  sebagai 
probable,  reasonable probable,
dan remote. Berikut penjelasan dari FASB: 
a.       Probable
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu
peristiwa sangat tinggi. 
b.      Reasonable
Probable 
Kemungkinan 
terjadi  atau  tidak 
terjadinya  suatu  peristiwa 
lebih  dari remote, tetapi kemungkinannya
tidak terlalu tinggi. 
c.       Remote
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu
peristiwa sangat rendah. 
UTANG JANGKA PANJANG 
A.  KARAKTERISTIK DAN PENGERTIAN UTANG JANGKA
PANJANG 
Utang  Jangka 
Panjang  merupakan  utang 
perusahaan  yang  akan 
jatuh tempo  lebih  dari 
satu  periode  akuntansi. 
Contoh  Utang  Jangka 
Panjang adalah Utang Wesel Jangka Panjang dan Utang Obligasi.  Utang Jangka Panjang merupakan utang yang
memerlukan proses formal dalam 
pembentukannya,  yaitu  persetujuan 
dari  dewan  direksi 
dan/atau pemegang  saham.  Selain 
itu,  utang  jangka 
panjang  selalu  dibarengi 
dengan perjanjian  atau  batasan-batasan  tertentu 
untuk  perlindungan  baik 
kreditor maupun debitur (peminjam). 
B.  UTANG WESEL JANGKA PANJANG 
 Perbedaan Utang Wesel jangka panjang dan Utang
Wesel Jangka Pendek adalah  pada  saat 
jatuh  temponya.  Perbedaan 
utang  wesel  jangka 
panjang dengan  utang  obligasi 
adalah  utang  wesel 
jangka  panjang  tidak 
tersedia  di pasar  sekuritas 
umum.  Sedangkan,  persamaan 
antara  utang  wesel 
jangka panjang  dengan  utang 
obligasi  adalah  keduanya 
dinilai  pada  present 
value future  interest  dan 
arus  kasnya,  dengan 
diskonto  atau  premium 
yang diamortisasi sepanjang umur wesel atau obligasi. 
1.  Wesel Diterbitkan pada Nilai Pari 
Apabila
suatu wesel diterbitkan pada saat tingkat suku bunga efektif dan besarnya bunga
yang tercantum pada nilai pari adalah sama maka tidak akan ada  diskon 
ataupun  premium  sehingga 
wesel  tersebut  dikatakan 
diterbitkan pada nilai pari.
2.  Wesel Diterbitkan Tidak Pada Nilai Pari 
a.
 Zero-interest-bearing
notes 
Sama  halnya 
dengan  utang  wesel 
jangka  pendek,  Zero-interest-bearing
notes  bukan  berarti 
utang  wesel  jangka 
panjang  yang  tanpa 
bunga,  tetapi bunga  tetap 
harus  dibayar  walaupun 
itu  implisit  dan 
disebut  dengan  tingkat bunga 
implisit.  Tingkat  bunga 
implisit  merupakan  tingkat 
bunga  hasil  dari perbandingan  kas  (cash) 
yang  diterima  dengan 
jumlah  (amount)  yang diterima  di 
masa  mendatang.  Selisih 
antara  nilai  pari 
utang  wesel  dengan nilai 
yang  di-present  value-kan 
(kas  yang  diterima) 
dicatat  sebagai  diskon dan diamortisasi ke biaya bunga
sepanjang umur utang wesel tersebut.
C.  UTANG OBLIGASI 
Utang  obligasi 
pada  dasarnya  merupakan 
suatu  pernyataan  pengakuan utang berbunga secara tertulis,
sekaligus surat kesanggupan untuk membayar bunga  secara 
periodik  dan  pelunasannya. 
Misalkan,  Anda  memiliki 
satu lembar  SUO  (Surat 
Utang  Obligasi)  yang 
dikeluarkan  oleh  PT 
Libra  maka berarti  PT 
Libra  secara  tertulis 
mengakui  berutang  kepada 
Anda.  Sekaligus PT  Libra 
menyatakan  sanggup  untuk 
membayar  bunga  obligasi 
secara periodik kepada Anda dan sanggup melunasi pada saatnya. 
Secara  umum 
di  dalam  SUO 
terdapat  informasi  mengenai 
hal-hal 
berikut:
1.       
Nilai 
nominal,  yaitu  nilai 
yang  tercantum  di 
dalam  SUO.  Nilai 
ini merupakan jumlah yang diakui oleh perusahaan penerbit obligasi
sebagai pokok  utang  yang 
akan  dilunasi  pada 
saat  jatuh  tempo. 
Walaupun  pada umumnya  jumlah 
yang  akan  dibayar/dilunasi  oleh 
perusahaan  penerbit obligasi  adalah 
sebesar  nilai  nominalnya, 
akan  tetapi  ada 
juga  obligasi yang  pelunasannya 
tidak  sebesar  nilai 
nominalnya.
2.       
Tingkat bunga, yaitu besarnya bunga per
tahun yang disanggupi penerbit obligasi untuk dibayarkan secara periodik kepada
pemegangnya. Tingkat bunga  ini  biasanya 
dinyatakan  dalam  persentase 
tertentu  dari  nilai nominalnya.
3.       
Periode pembayaran bunga, merupakan
jangka waktu pembayaran bunga yang 
menjadi  kewajiban  perusahaan 
penerbit  obligasi.  Periode pembayaran  bunga 
ini  bisa  setahun 
sekali,  tengah  tahunan, 
triwulanan, dan  sebagainya.  Periode 
pembayaran  bunga  tengah 
tahunan,  artinya bunga obligasi
dibayarkan setiap setengah tahun sekali.
4.       
Tanggal 
jatuh  tempo  adalah 
saat  obligasi  harus 
dilunasi  oleh penerbitnya.  Sebagai 
contoh,  obligasi  PT 
Libra  yang  Anda 
miliki mempunyai  tanggal  jatuh 
tempo  1  Oktober 
2020.  Ini  berarti 
obligasi tersebut  sudah  harus 
dilunasi  oleh  PT 
Libra  pada  tanggal 
1  Oktober 2020.
D.  PENERBITAN SURAT UTANG OBLIGASI 
Di  pengantar 
sudah  disinggung  bahwa 
timbulnya  utang  obligasi 
karena perusahaan  memerlukan  adanya 
tambahan  dana  untuk 
membiayai  suatu investasi yang
memerlukan dana cukup besar. Sering kali hasil dari investasi tersebut  baru 
bisa  dinikmati  setelah 
beberapa  tahun  sehingga 
perusahaan tidak bisa memenuhi dana dengan utang jangka pendek. Dan
karena besarnya kebutuhan  dana  tersebut, 
perusahaan  juga  tidak 
bisa  menghimpunnya  hanya dari 
satu  investor  saja.
E.  JENIS UTANG OBLIGASI 
Ada
beberapa jenis obligasi yang bisa dibedakan dari beberapa tinjauan, antara lain
berikut ini. 
1.  Dilihat dari bukti kepemilikan obligasi, ada
2 jenis obligasi, yaitu berikut ini. 
a.  Obligasi atas nama (registered bonds).  
Obligasi  ini 
memerlukan  pendaftaran  nama 
pemiliknya  dalam catatan  perusahaan. 
Jika  terjadi  pemindahan 
pemilikan,  perusahaan
penerbit  harus  mengetahuinya.  Dalam 
hal  ini,  obligasi 
yang  dijual dibatalkan dan
diterbitkan obligasi baru atas nama pemilik baru. 
b.  Obligasi 
atas  unjuk  (beared  bonds) 
atau  obligasi  kupon 
(coupon bonds). 
Obligasi  ini 
mudah  sekali  pemindahan 
pemilikannya.  Oleh  karena orang 
yang  bisa  menunjukkan 
surat  utang  obligasi 
tersebut  atau yang  menyerahkan 
kupon  yang  memang 
disertakan  dianggap sebagai
pemiliknya dan berhak atas pembayaran bunga.
2.  Dilihat dari cara pelunasannya, obligasi
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu berikut ini. 
a.  Obligasi bersyarat (term bonds) atau straight
bonds, ordinary bonds. 
Adalah  obligasi 
yang  jatuh  temponya 
pada  satu  tanggal. 
Pelunasan terhadap  obligasi  ini 
dilakukan  seluruhnya  pada 
tanggal  jatuh temponya. 
b.  Obligasi berseri (serial bonds). 
Adalah  obligasi 
yang  pelunasannya  dilakukan 
secara  bertahap. Dengan kata
lain, obligasi ini mempunyai tanggal jatuh tempo yang tidak sama untuk
masing-masing serinya. 
c.  Obligasi terpanggil (callable bonds) atau
redeemable bonds.  
Obligasi  jenis 
ini  saat  pelunasannya 
tergantung  pada  perusahaan yang  menerbitkan. 
Jika  perusahaan  penerbit 
menginginkan  untuk
mengurangi  utang  obligasinya 
maka  ia  akan 
memanggil  dan memberitahukan  kepada 
pemilik  obligasi  mengenai 
bagian  obligasi yang  akan 
dilunasi.  Perusahaan,  kemudian 
melunasi  sebesar  bagian utang 
obligasi  tersebut.  Bunga 
atas  obligasi  yang 
dilunasi dibayarkan lagi. 
3.  Dilihat dari ada tidaknya jaminan, dikenal 2
jenis obligasi, yaitu berikut ini: 
a.  Obligasi terjamin (secured bonds). 
Obligasi  ini 
diterbitkan  dengan  disertai 
jaminan  berupa  harta tertentu dari perusahaan penerbit. 
b.  Obligasi tak terjamin (unsecured bonds) atau
debenture bonds. 
Obligasi  jenis 
ini  tidak  dijamin 
dengan  harta  tertentu 
dari perusahaan penerbit. Tetapi walaupun begitu secara hukum obligasi
ini  dijamin  dengan 
setiap  harta  perusahaan 
yang  belum  dijadikan jaminan untuk keperluan lain. 
4.  Obligasi 
Terjamin  ditinjau  dari 
harta  untuk  menjaminnya 
dibedakan menjadi berikut. 
a.  Obligasi hipotek (mortgage bonds). 
Obligasi  ini 
dijamin  dengan  aktiva 
tetap  tertentu  milik 
perusahaan penerbit. 
b.  Obligasi jaminan kepercayaan (collateral
trust bonds). 
Obligasi  jenis 
ini  pengeluarannya  dijamin 
dengan  surat  berharga perusahaan lain yang dimiliki
perusahaan penerbit
c.  Obligasi bergaransi (guaranteed bonds). 
Merupakan
obligasi yang dijamin oleh pihak ketiga. 
5.  Ditinjau dari pembayaran bunganya, obligasi
bisa dibedakan: 
a.  Obligasi laba (income bonds). 
Pada
obligasi jenis ini pembayaran bunga dilakukan jika perusahaan penerbit
memperoleh laba dalam operasinya. 
b.  Obligasi penghasilan (revenue bonds). 
Obligasi  ini 
pembayaran  bunganya  diambilkan 
dari  penghasilan tertentu
perusahaan penerbit.
AKUNTANSI UTANG
OBLIGASI 
A.  PERMASALAHAN AKUNTANSI UTANG OBLIGASI 
Setelah  Anda 
mengenal  apa  itu 
Utang  Obligasi  dengan 
beragam jenisnya,  tentunya  Anda 
akan  bertanya,  bagaimana 
perlakuan  akuntansi terhadap  utang 
obligasi  tersebut.  Perlakuan 
akuntansi  tentunya  meliputi 
cara pencatatannya  sampai  bagaimana 
menyajikan  dalam  laporan 
keuangan. 
B.  AKUNTANSI UTANG OBLIGASI SAAT PENGELUARANNYA 
Maksud  dari 
subbahasan  ini  adalah 
untuk  menjelaskan  bagaimana perusahaan  penerbit 
obligasi  harus  mencatat 
atas  pengeluaran  dan 
penjualan obligasi. Di dalam melakukan pencatatan terhadap pengeluaran
obligasi ada 2 metode yang bisa digunakan, yaitu berikut ini. 
1.      Pencatatan
dilakukan hanya terhadap obligasi yang terjual saja. 
2.      Pencatatan  dilakukan 
tidak  hanya  terhadap 
obligasi  yang  terjual 
saja, tetapi juga dilakukan terhadap obligasi yang masih belum terjual. 
Kedua  metode 
tersebut  dipakai  karena 
sering  kali  obligasi 
yang  sudah disetujui  untuk 
dikeluarkan  belum  atau 
tidak  langsung  terjual 
semuanya.
C.  AKUNTANSI OBLIGASI SELAMA DALAM PEREDARAN 
Permasalahan  akuntansi 
terhadap  obligasi  selama 
dalam  peredarannya meliputi
berikut ini. 
1.  Pengakuan dan pembayaran bunga periodik. 
2.  Amortisasi terhadap Premium atau Diskonto
Utang Obligasi. 
 LABA
DITAHAN DAN OPSI SAHAM
Seperti  telah 
Anda  ketahui,  Laba 
yang  Ditahan  merupakan 
bagian  dari modal  perusahaan 
yang  berbentuk  Perseroan 
Terbatas  (PT).  Dikatakan demikian  karena 
untuk  perusahaan  yang 
bukan  berbentuk  PT, 
pos  yang sesuai dengannya akan
mempunyai istilah dan karakteristik yang berlainan. 
Telah  disinggung 
di  dalam  modul 
mengenai  Modal  Saham, 
Laba  yang Ditahan  merupakan 
elemen  modal  yang 
berasal  dari  hasil 
kegiatan  usaha perusahaan.  Laba 
yang  ditahan  termasuk 
Hak  dari  Pemegang 
Saham (Owner’s  Equity),  oleh 
sebab  itu  pada 
saatnya  nanti  perusahaan 
harus mengembalikannya kepada pemegang saham. 
Pada  dasarnya, 
tujuan  investor  menanamkan 
kekayaannya  ke  suatu perusahaan  dengan 
membeli  sahamnya  adalah 
agar  ia  dapat 
memperoleh pendapatan  dari  kekayaan 
yang  ditanamnya  itu. 
Sehubungan  dengan  itu, perusahaan  berkewajiban 
untuk  mengelola  kekayaan 
investor  yang 
dipercayakan  kepadanya 
sehingga  kekayaan  tersebut 
dapat  semakin berkembang. Pengembangan
kekayaan yang dikelola perusahaan diwujudkan dengan  laba 
yang  diperoleh  dari 
hasil  kegiatan  usahanya. 
Dengan  demikian, sudah  selayaknya 
apabila  perusahaan  harus 
membagikan  laba  yang diperolehnya  kepada 
para  pemegang  saham.
Dividen
Kita
telah  menyinggung di depan bahwa
dividen  merupakan  Laba 
yang Ditahan  perusahaan  yang 
dibagikan  ke  masing-masing 
pemegang saham sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Sedangkan besarnya total dividen  yang
dapat dibagikan oleh perusahaan, pada dasarnya sebesar saldo Laba yang Ditahan
yang dimiliki perusahaan, selama tidak ada pembatasan  terhadap 
penggunaan  Laba  yang 
Ditahan  untuk  tujuan 
khusus.
Pembagian  dividen 
kebanyakan  berakibat  berkurangnya 
aktiva 
Perusahaan,  yang 
dapat  berupa  kas 
atau  aktiva  lainnya. 
Meskipun  demikian, ada
kemungkinan pembagian dividen hanya akan mengakibatkan berubahnya
komposisi  modal  perusahaan, 
tanpa  mempengaruhi  aktiva. 
Kemungkinan-kemungkinan  ini  tergantung 
dari  jenis  dividen 
yang  dibagikan.  Tentunya Anda 
bertanya,  ada  berapa 
jenis  dividen  yang 
dapat  dibagikan  oleh perusahaan?  Secara 
umum,  jenis  dividen 
yang  dapat  dibagikan 
perusahaan adalah berikut ini. 
1.  Dividen Kas (Cash Dividends). 
2.  Dividen Aktiva Nonkas (Property Dividends). 
3.  Dividen Utang (Script Dividends). 
4.  Dividen Likuidasi (Liquidating Dividends). 
5.  Dividen Saham (Stock Dividends). 
Di  antara 
kelima  jenis  dividen 
tersebut,  yang  paling 
banyak  digunakan perusahaan  adalah 
dividen  kas.  Oleh 
karenanya,  dividen  kas 
biasa  disebut dengan dividen.
Pembatasan Laba yang Ditahan
A.  PENGERTIAN 
Anda  telah 
dijelaskan  bahwa  pada 
dasarnya  laba  yang 
diperoleh perusahaan  harus  diserahkan 
kepada  pemegang  saham 
sebagai  return  atau pendapatan  pemilik 
atas  kekayaan  yang 
ditanamkan  pada  perusahaan. 
Oleh karena  itu,  apabila 
ada  laba  belum 
dibagikan  dan  terakumulasi 
dalam  Laba yang  Ditahan 
maka  jumlah  akumulasi 
laba  tadi  merupakan 
jumlah maksimum  yang  dapat 
dibagikan  kepada  pemegang 
saham  sebagai  dividen. Namun  demikian, 
dengan  pertimbangan  tertentu 
serta  ada  ketentuan-ketentuan  hukum 
yang  mengaturnya,  perusahaan 
perlu  melakukan pembatasan  terhadap 
penggunaan  Laba  yang 
Ditahan  untuk  tujuan-tujuan khusus.
Terdapat  banyak 
penyebab  dan  tujuan 
perusahaan  melakukan
pembatasan  terhadap  Laba 
yang  Ditahan.  Tujuan-tujuan 
yang  paling  umum adalah berikut ini. 
1.       
Menjaga
berkurangnya modal yang disetor. 
2.       
Memenuhi
perjanjian utang. 
3.       
Menjaga  kemungkinan 
kerugian  yang  harus 
ditanggung  perusahaan untuk masa
yang akan datang. 
4.       
Untuk
keperluan perencanaan keuangan perusahaan.
B.  PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK MENJAGA
BERKURANGNYA MODAL DISETOR 
Modal
yang disetor atau ditanam para pemegang saham pada perusahaan merupakan jaminan
bagi kreditor atas kekayaan yang dipinjamkannya kepada perusahaan.  Besarnya 
modal  yang  disetor 
ini  merupakan  salah 
satu  aspek yang  sering 
kali  dipertimbangkan  oleh 
kreditor  dalam  menentukan 
berapa jumlah  yang dapat
dipinjamkan kepada perusahaan. Sehubungan dengan itu, untuk  menjaga 
kepentingan  kreditor  terhadap 
perusahaan,  sudah sewajarnyalah  jika 
perusahaan  menjaga  agar 
jangan  sampai  terjadi pengurangan jumlah modal yang
disetor.  
Seperti  yang 
telah  Anda  ketahui 
dari  modul  terdahulu, 
treasury  stock merupakan  saham 
yang  ditarik  kembali 
sementara  oleh  perusahaan 
yang menerbitkannya. 
Pembelian  saham  sendiri 
berupa  treasury  stock 
untuk sementara jelas berakibat berkurangnya modal yang disetor, sampai
treasury stock dijual kembali. Misalkan, oleh karena suatu hal, penurunan modal
yang disetor karena pembelian treasury stock menjadi tidak sementara lagi,
artinya penurunan  modal  yang 
disetor  menjadi  bersifat 
permanen  maka  hal 
ini  jelas mengingkari  prinsip 
yang  dikemukakan  di 
atas.  Untuk  menghindari terjadinya  hal 
tersebut  maka  bersamaan 
dengan  pembelian  treasury 
stock, perusahaan perlu membuat cadangan terhadap penurunan modal yang
disetor, yaitu  dengan  jalan 
melakukan  pembatasan  terhadap 
Laba  yang  Ditahan sebesar  harga 
perolehan  treasury  stock. 
Dengan  demikian,  bila 
terjadi 
penurunan  modal 
yang  disetor  akibat 
pembelian  treasury  stock 
menjadi bersifat  permanen  maka 
Laba  yang  Ditahan 
yang  telah  dibatasi penggunaannya tersebut dapat
dikapitalisasi menjadi modal yang disetor.
C.  PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK MEMENUHI
PERJANJIAN UTANG 
Untuk  menjaga 
kredibilitas  perusahaan,  serta 
untuk  meyakinkan  calon kreditor  bahwa 
utang  perusahaan  kepadanya 
pasti  akan  dilunasi 
pada waktunya,  perusahaan  menyisihkan 
sebagian  kasnya  sebagai 
dana  untuk melunasi  utangnya 
tersebut.  Penyisihan  dana 
ini  dilakukan  perusahaan dengan  cara 
membuat  pembatasan  terhadap 
penggunaan  kas  dengan membentuk  dana 
untuk  tujuan  yang 
dimaksud.  Pembatasan  kas 
untuk keperluan  pelunasan  utang, 
pada  umumnya  diberlakukan 
terhadap  utang jangka panjang.
D.  PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK
KEMUNGKINAN TIMBULNYA KERUGIAN DI MASA YANG AKAN DATANG 
 Apabila perusahaan menderita suatu kerugian
dalam jumlah yang cukup besar maka mungkin sekali berakibat mengurangi jumlah
modal yang disetor. Untuk  menghindari  keadaan 
demikian,  perusahaan  perlu 
melakukan pembatasan  terhadap  Laba 
yang  Ditahan  untuk 
tujuan  tersebut,  begitu terdapat  indikasi 
kerugian  itu  akan 
diderita  oleh  perusahaan. 
Misalkan, perusahaan mengalami proses pengadilan dalam sengketa dengan
pihak lain, yang  diperkirakan  perusahaan 
akan  kalah  dan 
harus  memenuhi  klaim 
pihak lawan.  Atau  dapat 
juga  bila  terdapat 
kecenderungan  adanya  deflasi 
terus-menerus  yang  menyebabkan 
perusahaan  perlu  menyesuaikan 
harga  pokok persediaannya, dan
sebagainya.
E.  PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK
PERENCANAAN KEUANGAN PERUSAHAAN 
Untuk  meningkatkan 
kapasitasnya,  perusahaan  senantiasa 
melakukan pengembangan-pengembangan. 
Pengembangan  perusahaan  dengan sendirinya membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Kebutuhan tambahan dana tersebut 
bisa  didapat  dari 
kreditor  ataupun  tambahan 
setoran  modal  dari pemegang 
saham.  Akan  tetapi, 
pemenuhan  kebutuhan  dana 
dengan  kedua cara  tersebut 
sering  kali  sulit 
untuk  dilaksanakan.  Pemenuhan 
dana  yang paling  gampang 
dilaksanakan  dan  paling 
pasti  direalisasikan  adalah 
berasal dari  laba  perusahaan 
itu  sendiri.  Untuk 
itu,  laba  yang 
diperoleh  perusahaan dari  kegiatan 
usahanya  sudah  selayaknya 
jika  tidak  dibagikan 
seluruhnya kepada  pemegang  saham 
sebagai  dividen.
F.  PENYAJIAN PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN DI
DALAM NERACA 
Pembatasan  terhadap 
Laba  yang  Ditahan 
harus  diungkapkan  di 
dalam laporan  keuangan  akhir 
tahun.  Tujuan  pengungkapan 
atas  dibatasinya penggunaan  Laba 
yang  Ditahan  adalah 
agar  pihak  yang 
berkepentingan, terutama 
pemegang  saham,  mengetahui 
berapa  jumlah  Laba 
yang  Ditahan yang dapat dibagikan
sebagai dividen. 
Anda  telah  mengetahui  bahwa 
terhadap  pembatasan  Laba 
yang  Ditahan dapat dilakukan
pencatatan berupa catatan nonformal atau dapat pula dicatat di  dalam 
pembukuan  perusahaan.  Untuk 
yang  terakhir  ini 
diperlukan  jurnal untuk  mencatat 
pembatasan  Laba  yang 
Ditahan.  Jika  perusahaan 
mencatat Laba  yang  Ditahan 
ke  dalam  pembukuan 
maka  di  dalam 
Neraca  Laba Ditahan tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian, yaitu berikut ini. 
1.  Laba Ditahan Apropriasi (dengan pembatasan). 
2.  Laba Ditahan Bebas (tanpa pembatasan).
Hak Beli Saham
A.  PENGERTIAN HAK BELI SAHAM 
Di  dalam 
Pengantar,  Anda  telah 
dijelaskan  secara  sepintas 
mengenai timbulnya  hak  beli 
saham.  Hak  beli 
saham  timbul  berkenaan 
dengan dilakukannya  emisi  saham 
oleh  perusahaan.  Emisi 
saham  itu  dilakukan 
oleh perusahaan  dalam  rangka 
untuk  menambah  jumlah 
modal  sahamnya.  Anda tentu 
bertanya,  mengapa  emisi 
saham  harus  diikuti 
dengan  adanya  hak 
beli saham? Sebuah pertanyaan yang bagus! 
Pada  dasarnya 
hak  beli  saham 
tersebut  timbul  karena 
adanya  hak  yang dimiliki 
oleh  pemegang  saham 
untuk  dapat  mempertahankan  hak 
pemilikan relatifnya 
terhadap  perusahaan.  Anda 
telah  mengetahui  hak 
tersebut  dari modul  sebelumnya 
yang  istilah  asingnya 
adalah  preemptive  right. 
Dengan adanya  hak  ini 
maka  apabila  perusahaan 
menerbitkan  dan  menjual 
saham barunya maka pemegang saham mempunyai hak untuk membeli saham baru
tersebut  sebanyak  proporsional 
dengan  nominal  saham 
yang  dimilikinya. Apabila  hak 
ini  dimanfaatkan  oleh 
pemegang  saham,  artinya 
dia  membeli saham  baru 
yang  ditawarkan  kepadanya 
maka  pemegang  saham 
itu mempunyai  hak  pemilikan 
relatif  yang  tetap 
besarnya  terhadap  perusahaan baik sebelum terjadi emisi saham
maupun sesudahnya.  
B.  HAK BELI SAHAM UNTUK PEMEGANG SAHAM 
Dari  uraian 
sebelumnya  Anda  telah 
mengetahui  bahwa  pada 
dasarnya hak  beli  saham 
timbul  karena  dimilikinya 
preemptive  right  oleh 
para pemegang saham. Hak beli saham diberikan kepada pemegang saham
bentuk Sertifikat Hak Beli Saham. Telah dijelaskan bahwa sertifikat hak beli
saham untuk  para  pemegang 
saham  diterbitkan  pada 
saat  perusahaan  melakukan emisi  saham. 
Jumlah  lembar  sertifikat 
hak  beli  saham 
diterbitkan  sebanyak jumlah  lembar 
saham  yang  telah 
beredar  sebelum  emisi 
saham.  Dengan demikian,  jumlah 
lembar  sertifikat  hak 
beli  saham  yang 
dibagikan  kepada tiap  pemegang 
saham  adalah  sebanyak 
jumlah  lembar  saham 
yang dimilikinya.  
Sertifikat  Hak 
Beli  Saham  pada 
umumnya  mengandung  informasi mengenai hal-hal berikut. 
1.       
Harga  saham 
baru  yang  ditawarkan 
perusahaan  kepada  pemegang 
Hak Beli Saham, untuk tiap lembar saham baru tersebut. 
2.       
Masa  berlakunya 
Sertifikat  Hak  Beli 
Saham,  yaitu  batas 
waktu  terakhir untuk dapat
menggunakan sertifikat tersebut. 
3.       
Jumlah  lembar 
Sertifikat  Hak  Beli 
Saham  yang  dapat 
digunakan  untuk membeli tiap
lembar saham.
C.  HAK BELI SAHAM UNTUK PEMBELI SURAT BERHARGA
PERUSAHAAN 
Sertifikat  Hak 
Beli  Saham  dapat 
pula  diterbitkan  dan 
diberikan  kepada pembeli  surat 
berharga  yang  diterbitkan 
perusahaan,  seperti  Surat 
Utang Obligasi  ataupun  Saham. 
Biasanya  pemberian  Sertifikat 
Hak  Beli  Saham kepada 
pembeli  surat  berharga 
perusahaan  bertujuan  untuk 
dapat  menjual surat berharganya
dengan harga pasar yang lebih tinggi. 
Dengan  adanya 
nilai  ekonomis  pada 
Sertifikat  Hak  Beli 
Saham  maka Sertifikat Hak Beli
Saham dapat disebut sebagai surat berharga pula. Dengan demikian,  apabila 
nilai  ekonomis  Sertifikat 
Hak  Beli  Saham 
tadi  bisa ditentukan  secara 
pasti  maka  penjualan 
surat  berharga  yang 
disertai  dengan Sertifikat Hak
Beli Saham pada dasarnya merupakan penjualan terhadap dua jenis surat berharga.
Oleh  karena itu,  hasil penjualan  surat 
berharga tersebut perlu 
dialokasikan  kepada  masing-masing 
jenis  surat  berharga 
yang  dijual, seperti  halnya 
pada  penjualan  surat 
berharga  secara  lumpsum  pada 
modul terdahulu.
D.  HAK BELI SAHAM UNTUK KARYAWAN PERUSAHAAN  
Kita  telah 
membahas  secara  cukup 
terperinci  tentang  pemberian 
Hak Beli  Saham  kepada 
para  pemegang  saham 
dan  pembeli  surat 
berharga perusahaan.  Hak  Beli 
Saham,  seperti  yang 
telah  kita  bicarakan 
pada  bagian sebelumnya,  juga 
bisa  diberikan  kepada 
karyawan  perusahaan.  Hak 
Beli Saham untuk karyawan perusahaan biasa disebut dengan Opsi Saham (Stock
Option). 
Sebagaimana  halnya 
dengan  Hak  Beli 
Saham  lainnya,  opsi 
saham merupakan  hak  istimewa 
yang  diberikan  kepada 
karyawan  perusahaan  yang memenuhi 
kriteria  tertentu  untuk 
dapat  membeli  saham 
perusahaan  dalam jumlah dan harga
tertentu selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Harga saham  yang 
ditawarkan  kepada  karyawan 
pemegang  opsi  saham 
disebut Harga  Opsi  (Option 
Price).  Sedangkan  masa 
berlakunya  opsi  saham 
disebut Periode Opsi (Option Period). 
LABA
PER SAHAM
Penilaian  kinerja 
suatu  perusahaan  merupakan 
hal  yang  sangat 
penting baik  bagi  investor, 
calon  investor,  maupun 
manajemen.  Bagi  investor penilaian  kinerja 
menjadi  dasar  apakah 
akan  melepas,  menambah, 
atau mempertahankan investasinya. Bagi calon investor, penilaian kinerja
menjadi dasar  keputusan  untuk 
berinvestasi  atau  tidak. 
Dan  bagi  manajemen, penilaian kinerja menjadi dasar
bonus yang diterimanya dan keputusan untuk menentukan kebijakan-kebijakan di
masa depan. Dengan kata lain, penilaian kinerja 
suatu  perusahaan  merupakan 
dasar  yang  sangat 
penting  dalam pembuatan keputusan
oleh banyak pihak. 
Metode-metode  dalam 
penilaian  kinerja  suatu 
perusahaan  banyak  sekali jenisnya,  baik 
yang  bersifat  finansial 
maupun  yang  bersifat 
nonfinansial. Secara nonfinansial, kinerja perusahaan bisa dilihat dari
loyalitas konsumen, kualitas 
limbah,  corporate  social 
responsibilities,  dan  lain 
sebagainya. Sedangkan, 
secara  finansial,  kinerja 
perusahaan  bisa  diukur 
dari  item-item yang  ada 
di  laporan  keuangan. 
Selain    itu,  yang 
paling  banyak  digunakan adalah  analisis 
rasio  keuangan.  Cara 
kerja  analisis  rasio 
keuangan  adalah 
dengan  membandingkan 
antar  satu  item  yang  ada 
di  laporan  keuangan dengan item lainnya. Salah satu yang
paling banyak digunakan adalah Laba per saham (Earnings per Share/EPS). 
EPS 
merupakan  rasio  yang 
membandingkan  antara  total 
laba  yang diperoleh  perusahaan 
dengan  saham  biasa  yang 
beredar  sehingga  dapat diketahui nilai laba yang diperoleh
setiap lembar saham. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memberikan laba bagi pemegang 
sahamnya  yang  semakin 
baik.
LABA PER SAHAM DASAR 
Besarnya 
laba  dan  arus 
kas  yang  dihasilkan 
oleh  perusahaan  di 
masa depan  merupakan  faktor 
penting  penentu  nilai 
perusahaan  tersebut. Menilai  perusahaan 
secara  keseluruhan  merupakan 
hal  yang  krusial 
ketika terjadi negosiasi merger, buyouts, dan kejadian lain yang serupa
– merupakan kejadian yang jarang terjadi selama masa hidup perusahaan. Dalam
penilaian sehari-hari,  banyak  analis 
memilih  fokus  pada 
nilai  saham  biasa 
secara individu  (per  lembar). 
Untuk  tujuan  ini, 
mengetahui  pendapatan  yang 
diperoleh  setiap 
saham  akan  sangat 
membantu.  Karena  faktor 
tersebutlah, laba per saham dihitung. 
Data 
laba  per  saham 
biasanya  dilaporkan  dalam 
keterangan  finansial yang  banyak 
digunakan  oleh  para 
pemegang  saham  dan  investor 
potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Laba per saham
(Earnings per Share/EPS)  menunjukkan  laba 
yang  dihasilkan  oleh 
setiap  lembar  saham biasa. Jadi, EPS dilaporkan hanya untuk
saham biasa.
A.  STRUKTUR MODAL SEDERHANA 
Perusahaan  yang 
struktur  modalnya  dianggap 
sederhana  adalah  yang hanya terdiri dari saham biasa atau
termasuk juga saham biasa potensial yang merupakan  hasil 
konversi  atau  yang 
bisa  melemahkan  (dilute) 
laba  per lembar  saham 
biasa.  Struktur  modal 
dikatakan  kompleks/rumit  jika didalamnya  termasuk 
sekuritas  yang  dapat 
memberikan  efek  dilutif 
(dilutive effect) terhadap laba per lembar saham biasa. Perhitungan EPS
untuk struktur 
modal  yang 
sederhana  melibatkan  dua 
items  (selain  laba 
bersih),  yaitu: dividen  saham 
preferen  dan  jumlah 
saham  yang  beredar 
dengan menggunakan rata-rata tertimbang. 
1.  Dividen Saham Preferen 
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, bahwa EPS terkait dengan laba per lembar  saham 
biasa.  Ketika  perusahaan 
mempunyai  saham  beredar 
yang berupa  saham  biasa 
dan  saham  preferen 
maka  dividen  saham 
preferen periode  saat  ini 
harus  dikurangkan  dari 
laba  bersih  untuk 
memperoleh  laba yang  tersedia 
bagi  pemegang  saham 
biasa.  Rumusan  untuk 
menghitungnya adalah sebagai berikut: 
Dalam  melaporkan 
informasi  EPS,  dividen 
saham  preferen  harus 
dikurangkan  dari 
setiap  komponen  laba 
(dari  operasional  berjalan 
dan  laba 
sebelum  item 
luar  biasa)  dan 
akhirnya  dari  laba 
bersih  untuk  memperoleh 
laba  yang tersedia bagi pemegang  saham biasa.
2.  Rata-rata Tertimbang Jumlah Saham yang
Beredar 
Dalam  semua 
perhitungan  EPS,  rata-rata 
tertimbang  jumlah  saham beredar 
selama  periode  berjalan 
menjadi  dasar  bagi 
jumlah  per  saham 
yang dilaporkan.  Saham  yang 
diterbitkan  dan  dibeli 
selama  periode  berjalan, berdampak  pada 
jumlah  saham  beredar 
dan  harus  di 
rata-rata  tertimbangkan
dengan  membaginya  ke 
dalam  periode-periode  beredarnya.
3.  Dividen Saham dan Stock Splits (Pemecahan
Saham) 
Ketika  terjadi 
pembagian  dividen  saham 
dan  stock  split 
(pemecahan saham), 
perhitungan  rata-rata  tertimbang 
saham  beredar  perlu 
untuk dilakukan  restatement  sebelum 
dividen  saham  atau 
split.
LABA PER SAHAM –
STRUKTUR  MODAL KOMPLEKS 
Satu 
masalah  dalam  perhitungan 
EPS  dasar  adalah 
perhitungan  tersebut gagal mengantisipasi
potensi dampak dilusian pada saham beredar ketika perusahaan  mempunyai 
sekuritas  dilusian  (dilutive  securities).  Sekuritas dilusian  adalah 
sekuritas  yang  bisa 
dikonversi  ke  sahan 
biasa  dan  konversi tersebut  menyebabkan 
melemahnya  EPS.  Sekuritas 
dilusian  menimbulkan masalah  serius 
karena  jika  mereka 
dikonversi  ke  saham 
biasa  menimbulkan dampak yang
negatif bagi nilai EPS. Efek negatif ini bisa menjadi signifikan dan,  lebih 
penting  lagi,  hal 
tersebut  tidak  diharapkan, 
kecuali  laporan keuangan  mampu 
mensinyalir  keberadaan  potensi 
dampak  dilusian  dengan cara-cara tertentu. 
Suatu 
struktur  modal  yang 
kompleks  terjadi  ketika 
perusahaan mempunyai 
sekuritas  yang  dapat 
dikonversi,  opsi,  waran 
atau  hak  lain 
yang jika  dikonversi  menyebabkan 
menurunnya  nilai  EPS. 
Oleh  karena  itu, perusahaan  dengan 
struktur  modal  yang 
kompleks,  baik  EPS 
dasar  maupun dilusian harus dilaporkan.
A.  LABA PER SAHAM DILUSIAN–EFEK-EFEK YANG DAPAT
DIKONVERSI (CONVERTIBLE SECURITIES) 
Saat
terjadi konversi, sekuritas konvertibel diubah menjadi saham biasa. Metode
untuk menilai dampak dilusian dalam potensi konversi terhadap EPS disebut  dengan 
if-converted  method. 
If-converted  method  untuk 
obligasi konvertibel 
menggunakan  asumsi  sebagai 
berikut.  (1)  terjadinya 
konversi terhadap  sekuritas  konvertibel 
dilakukan  pada  awal 
periode  (atau  pada 
saat penerbitan  sekuritas,  jika  diterbitkan 
pada  awal  periode), 
dan  (2) pengeliminasian  bunga 
yang  terkait.  Jadi, 
denominator  –  rata-rata tertimbang  jumlah 
saham  beredar  – 
meningkat  dengan  bertambahnya 
saham yang  diasumsikan  terbit 
tersebut.
B.  LABA PER SAHAM DILUSIAN–OPSI DAN WARAN 
Opsi
saham dan waran yang beredar dimasukkan dalam perhitungan EPS dilusian, kecuali
jika mereka bersifat antidilutive. Opsi dan warran dan yang sejenisnya  dimasukkan 
dalam  perhitungan  EPS 
dilusian  dengan menggunakan
metode saham treasury (treasury stock
method). Metode  saham  treasury 
mengasumsikan  bahwa  opsi 
atau  waran diterapkan,  pada 
awal  tahun  (atau 
tanggal  diterbitkannya  jika 
diterbitkan setelah  awal  tahun) 
dan  bahwa  proses 
dari  diberlakukannya  opsi  dan  waran digunakan untuk membeli saham biasa
dalam treasury. Jika harga berlakunya lebih rendah daripada harga pasar saham
maka proses dari diterapkannya opsi dan 
waran  tidak  cukup 
untuk  melakukan  pembelian 
kembali  (buy  back) seluruh saham.


2 komentar:
kak minta soft file donk
4.3 Ekma4313 Akuntansi Keuangan Menengah Ii - Soft Connection >>>>> Download Now
>>>>> Download Full
4.3 Ekma4313 Akuntansi Keuangan Menengah Ii - Soft Connection >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
4.3 Ekma4313 Akuntansi Keuangan Menengah Ii - Soft Connection >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK xz
Posting Komentar